CINTA SEORANG PANGERAN

Pernikahan Edward (7)



Pernikahan Edward (7)

0Edward meneguk gelas minuman nya. Ia duduk sendiri dipojok bar apartemen pribadinya. Lila melihat dengan gelisah. Sudah ada sejam Edward minum. Didepannya terdapat sebotol minuman yang sudah tinggal setengahnya. Walaupun Edward akan menikahi nya tetapi Ia bukan siapa-siapa bagi Edward. Ia hanya lah sebuah topeng yang Edward kenakan untuk menutupi rasa cintanya pada Alena. Sehingga ketika Ia melihat Edward minum sendiri Ia tidak berani mengusiknya.     

Ia bukanlah wanita bodoh yang tidak tahu kapan harus diam atau kapan harus bertindak. Melihat Edward minum dengan wajah sangat muram Ia tahu yang paling baik adalah dengan mendiamkannya seorang diri. Tapi Lila juga tidak meninggalkannya sendiri. Ia hanya duduk di sudut sofa sambil memperhatikan calon suaminya minum sendiri.     

Lila sendiri dari awal bertemu sudah sangat mengagumi sosok Edward yang memang sangat tampan rupawan. Sosok Edward yang mencintai Alena Tanpa pamrih membuat Lila merasa bahwa Edward sosok pria idaman wanita yang sesungguhnya. Apalagi kemudian Ia tahu bahwa Edward anak seorang pejabat tinggi pemerintah Amerika. Ia tambah kagum karena Edward yang sangat rendah hati.     

Malam tadi usai menerima telepon dari seseorang Edward langsung berbicara pada Lila untuk bersiap-siap membantu Alena untuk membuat projek tugas Akhir. Lila tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi tetapi melihat betapa galaunya wajah Edward Ia tahu bahwa Edward merasa sangat tertekan.     

"Lila!!!" Tiba-tiba Edward memanggilnya. Lila segera menghampirinya lalu duduk dihadapannya. Memandang Edward dengan penuh rasa iba.     

"     

" Kau tahu siapa yang meneleponku tadi?" Tanya Edward.     

Lila menggelengkan kepalanya sambil menatap Edward.     

"Dia, Dia Nizam. Dia memintaku untuk mengizinkan dirimu membantu Istrinya Alena untuk membuat suatu projek dan Kau tahu mengapa Nizam meminta mu untuk membantu Alena dalam membuat proyek?" Kata Edward sambil tersenyum getir.     

"Apakah Yang Mulia Pangeran Nizam ingin menguji kadar cintamu pada Alena?" Kata Lila menebak-nebak     

Edward menggelengkan kepalanya sambil tertawa keras. Ia sudah mulai mabuk.     

"Dia tidak perlu menguji kadar cintaku pada Istrinya. Ia sudah tahu berapa besar cintaku pada Alena. Ia meminta mu untuk menjadi pembimbingnya agar dia bisa leluasa menyiksaku." Edward memegang erat gelas minuman nya lalu menenggaknya langsung.     

Lila tercengang mendengar penjelasan Edward. Dia adalah orang yang sangat jenius tetapi apa yang dikatakan oleh Edward sangat tidak masuk di akal. Mengapa pula Nizam ingin menyiksa Edward. Dan bagaimana bisa Edward begitu tersiksa hanya karena membantu Alena. Bukankah di awal pertemuan dengan Edward dia sudah diminta untuk membantu Alena.     

Jadi apa salahnya jika Ia membantunya lagi. Lagipula bukankah bantuannya cuma sekedar mendampingi Alena untuk menyelesaikan suatu projek tugas akhir. Dan itu bukanlah persoalan besar sebagai mana Ia diminta untuk menyelesaikan masalah Alena ketika melawan Sisca.     

Melihat Lila termenung, Edward malah tambah tertawa. "Kamu memang pintar, tetapi Kamu harus tahu bahwa Nizam, Pangeran itu jauh lebih pintar dari mu. Otaknya sangat licik. Dia selalu bisa memanipulasi situasi untuk kepentingannya sendiri." Air mata Edward mulai mengalir membasahi pipinya yang mulai tirus.     

"Di awal perjumpaanku dengan nya, Aku sudah punya firasat bahwa Ia mencintai Alena. Tetapi ketika Aku meminta konfirmasi Ia malah menyerahkan Alena kepadaku. Aku dengan bodohnya mempercayai Ia. Tetapi nyatanya Ia malah tetap memata-matai Alena. Dan Ia selalu berusaha menghalang-halangi Aku untuk mendapatkan Alena.     

Dia mencintai Alena dengan seluruh obsesinya dan Ia berhasil merampas Alena dari sisiku. Ia kemudian menyiksaku tiada akhir. Bahkan kini Ia akan menyiksaku dengan memanfaatkan cintaku pada Alena."     

Suara Edward lebih mirip suara tangisan anak kecil yang begitu disakiti.     

Bulu kuduk Lila meremang merasakan aura jahat Nizam yang mulai Ia rasakan menyentuh syaraf otaknya. Adrenalinnya mulai mengaliri darah yang berdebar dengan kencang.     

"Tapi mengapa Ia ingin menyiksamu? Bukankah Kau sudah membantunya? Dan bagaimana bisa Kau merasa tersiksa?" Lila bertubi-tubi bertanya dengan suara pelan seakan-akan pertanyaan itu diajukan untuk dirinya sendiri.     

"Kau tidak akan pernah tahu bagaimana kejamnya dia terhadapku. Dia sangat membenciku karena Alena hampir pernah menjadi milikku. Padahal dia tahu bahwa Alena tidak pernah mencintaiku tapi dia tidak pernah perduli. Cintaku padanya dia anggap sebagai suatu dosa besar yang tidak terampuni. Dan sialnya bagi Nizam. Nizam tidak bisa menyentuh nyawaku karena Alena menganggapku sebagai sahabat terbaiknya. Akibatnya Ia terus menganiaya Aku" Edward meraih botol minumannya lalu menenggaknya langsung dari botolnya.     

Mata Lila berkaca-kaca saking sedihnya. Andaikan rasa perih dihati Edward bisa dialihkan sedikit saja kedalam hatinya. Mengapa dunia begitu kejam terhadap Edward. Mengapa mencintai seseorang menjadi sangat menyakitkan seperti itu. Seandainya semua orang merasakan apa yang Edward rasakan niscaya orang akan menjadi takut untuk jatuh cinta.     

"Apa yang akan dia lakukan nanti untuk menyakiti mu? Apakah Ia akan memukulmu?"     

"Ia sudah pernah memukulku hingga babak belur. Dan itu menyebabkan Alena marah dan membelaku dihadapan Nizam. Dan Kau tahu apa yang Ia lakukan untuk membalas perbuatan Alena yang membelaku? " Edward berkata pilu mengingat cerita Cynthia saat Nizam menyiksa Alena dengan memperkosanya hingga hampir saja Alena kehilangan bayinya.     

Lila menatap wajah Edward dengan penuh rasa ingin tahu. Bulu kuduknya semakin meremang.     

"Ia memperkosa Istrinya sendiri. Ia menyiksa Alena dengan membabi-buta."     

"Apa Ia memukuli Alena??" Suara Lila seperti orang yang tercekik. Mengapa Ia seperti mendengarkan cerita tentang seorang monster dan bukan tentang manusia.     

"Ia tidak memukuli Alena, tetapi Ia memaksa Istrinya dengan brutal hanya untuk membuktikan bahwa Alena adalah miliknya"     

"Tapi mengapa Alena diam saja disakiti oleh suaminya sendiri, mengapa Ia tidak melaporkan kepada pihak yang berwajib. Kasus itu sudah masuk kedalam kategori kekerasan dalam rumah tangga" Kata Lila.     

Edward menggelengkan kepalanya dengan pahit. " Karena Alena sangat mencintai Nizam. Ia berulang kali disakiti oleh Nizam tetapi selalu saja Ia memaafkan Nizam. Alena sangat baik hati. Ia sangat polos dan suci bagaikan embun pagi. Ia adalah aliran udara dingin bagi Nizam yang berdarah panas. Entah apa lagi yang akan Nizam lakukan padanya dan diriku " Kata Edward sebelum akhirnya Ia tidur dimejanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.