CINTA SEORANG PANGERAN

Nizam, It\'s Hurt So Much (3)



Nizam, It\'s Hurt So Much (3)

0Cynthia berdiri lalu melangkah kakinya keluar dari kamar. Wajahnya sangat masam bagaikan cuka yang difermentasi bertahun-tahun. Keningnya berkerut-kerut dan mulutnya mengerucut beberapa cm ke depan. Langkahnya tergesa-gesa membuat para pengawal yang mengikutinya menjadi khawatir majikannya akan terjatuh, bukankah Cynthia lagi hamil muda. Kalau seandainya dia terjatuh dan kehilangan janinnya maka kepalanya akan terlepas dari badannya.     

Cynthia terus berjalan seakan tidak perduli dengan kekhawatiran para pengawal yang mengikutinya dari belakang. Kakinya yang panjang itu melangkah lebar-lebar sampai di depan Aula. Dilihatnya pengawal yang tadi akan menyusul Nizam malah berdiri di depan Aula dan melihat Nizam dari kejauhan melalui celah pintu Aula.     

"Kau!! Apa yang sedang Kau lakukan disini? Bukankah Aku menyuruhmu untuk memanggil Yang Mulia Nizam?? Mengapa Kau malah berdiri bagaikan orang bego disini? Tidak tahukan kau, Yang Mulia Alena sedang menunggu kedatangannya?" Cynthia menunjuk-nunjuk hidung si pengawal dengan perasaan kesal. Mukanya merah padam dan matanya terbelalak tajam.     

Wajah pengawal itu menjadi pucat pasi dan bergetar, Ia menunduk sambil berkata lirih, "Yang Mulia Pangeran sedang berbicara, Hamba tidak berani menyela. Ampuni Hamba Yang Mulia" Pengawal itu membungkukkan badannya meminta ampun.     

Cynthia mendorong tubuh pengawal yang sedang berdiri di depan pintu Aula ke samping agar menyingkir dari hadapannya, "Minggir Kamu!! Dasar Kau bodoh, tidak bisa membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting. Istri yang Mulia adalah segalanya untuk Yang Mulia Nizam. Rapat ini seribu kali tidak berguna dibandingkan dengan kesakitan istrinya" Kata Cynthia sambil membuka pintu Aula dengan kasar.     

Begitu pintu terbuka dengan keras dan menimbulkan suara yang cukup berisik hingga membuat perkataan Nizampun terhenti. Semua mata segera beralih dari memandang ke Nizam menjadi ke sosok tubuh wanita yang tinggi semampai dan rambut pirang menjela-jela dari sebalik selendang yang menutupi kepalanya. Mukanya yang cantik tidak sedikitpun menunjukkan keramahan. Nizam dan Pangeran Thalal menatap dengan sedikit terpaku. Mr.Arescha sampai menahan nafas takjub dengan tingkah bekas siswanya itu. Ia merasa kenapa Cynthia menjadi sangat cantik dan mempesona.     

Cynthia melangkah dengan tergesa melewati wajah orang-orang yang menatapnya dengan takjub. Gaunnya berkibar dihembus angin musim panas.     

Tidak ada satupun yang mampu membuka mulutnya saking takjubnya. Nizam sendiri tidak bisa berkata apapun selain menatap Cynthia yang berjalan ke arahnya dengan wajah masam.     

"Yang Mulia Putra Mahkota!! Tolong hentikan dengan segera rapat ini. Istri Anda sedang dalam proses melahirkan dan dia membutuhkan kehadiran Anda disisinya. Dan Saya harap semua yang hadir disini tidak keberatan mengijinkan Yang Mulia menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami" Kata Cynthia bagaikan suara petir yang memecahkan keheningan. Wajah Nizam seketika pucat pasi, dan orang-orang langsung bersuara bagaikan gemuruh yang mengiringi suara petir tadi.     

Tanpa bicara sepatah katapun, Nizam melangkah turun dari tempatnya berdiri kemudian berjalan keluar dari Aula diikuti oleh Cynthia. Sementara itu Arani tergesa-gesa membereskan perlengkapan milik Nizam dan memberikannya kepada Ali agar diamankan.     

"Kau suruh para pengawal lainnya untuk bersiap. Sesuai dengan perencanaan pengamanan bayi Yang Mulia. Tangkap semua orang yang mencurigakan apalagi jika memiliki wajah dari ras Timur Tengah. Amankan daerah dalam radius 300 meter." Arani berkata kepada Fuad sambil melangkah mengikuti Nizam.     

Cynthia sendiri sudah ikut berjalan dibelakang Nizam. Ia melangkah diringi tatapan Mr. Arescha yang tidak sadar diperhatikan oleh Pangeran Thalal. Pangeran Thalal mengerutkan keningnya sambil Ia juga turut pergi.     

Nizam tidak berkata apapun sampai langkahnya terus menuju ruangan tempat Alena bersalin. Belum apa-apa keringatnya sudah mengucur deras. Perutnya terasa mulas dan dada berdebar-debar. Ia bagaikan orang yang hendak menuju kematian. Langkahnya seperti melayang karena jiwanya yang berguncang. Ini adalah pengalaman pertamanya menghadapi istri yang akan melahirkan. Suatu peristiwa yang sangat penting.     

Peristiwa luar biasa yang akan mengubah statusnya dari seorang suami menjadi seorang Ayah. Ia akan memiliki buah hati penerus keturunannya. Dinasti Al-Walid. Putra Nizam yang perkasa. Bagaimana Ia tidak tegang menunggu saat-saat yang paling mendebarkan ini.     

Nizam semakin tegang ketika pengawal yang berdiri di ruang bersalin membukakan pintu untuknya. Jeritan suara Alena yang sedang kesakitan langsung menusuk telinganya. Alena yang sedang menjerit kesakitan itu langsung menatap Nizam yang memasuki ruangannya. Ia langsung meraung kepada suaminya.     

"NIZAAAM....tolong Aku, Ini sangat menyakitkan...Aduuuh..It's hurt Nizam. Please helpme. Bebaskan Aku dari rasa sakit yang menyiksa ini" Kata Alena sambil menangis meraung-raung.     

Nizam memburu Alena dan langsung memeluknya, " Honey Alena, maafkan Aku. Sungguh Aku memahami rasa sakit yang sedang Kau derita tapi apa yang harus ku lakukan, AAKh..." Nizam memekik karena Alena tiba-tiba menggigit bahunya dengan kuat.     

Nizam meremas bantal tempat Alena meletakkan kepalanya. Gigi Alena yang menghujam menimbulkan rasa sakit yang langsung menyerang seluruh urat syarafnya. Rasa gigitan Alena yang sedang menahan sakit bagaikan mengulang memori saat mereka menjalani malam pengantin dulu.     

Dulu para Kasim menyuruhnya untuk memijat hidung Alena agar Alena melepaskan gigitannya. Tetapi sekarang Ia sama sekali tidak ingin memijat hidung Istrinya Ia malah menggigit bibirnya sendiri untuk menahan rasa sakit pada bahunya.     

Nizam memejamkan matanya menahan sakit tapi ketika Ia mendengar suara Dokter yang berkata di sampingnya, Nizam membuka matanya.     

"Yang Mulia, Hamba minta izin untuk menginduksi Yang Mulia Putri Alena, Karena pembukaan nya masih belum naik-naik" Kata Dokter Gillbert.     

Nizam menatap wajah Dokter bule itu. Menginduksi?? memasukan obat penambah kontraksi Kepada Istrinya. wanita yang diberikan suntikan induksi tambahan katanya akan merasakan sakit yang lebih daripada menunggu pembukaan lahiran yang normal. Padahal Istrinya sudah terlihat sangat kesakitan seperti ini. Nizam mengatupkan bibirnya dengan kuat. Ia melihat ke wajah Dokter Desy yang sedang berada di depan Alena yang berbaring tidak berdaya. Tangannya sedang memeriksa kondisi bukaan lahiran si kembar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.