CINTA SEORANG PANGERAN

Pikiran Gelap Arani



Pikiran Gelap Arani

0Nizam tersenyum lalu berkata, "Sayang, mana bisa Aku membenci makhluk kecil yang tidak berdosa"     

Mulut Alena melengkung ke atas. "Jadi Aku tidak salahkan, kalau ingin mengadopsi dia?"     

"Ooh.. tentu saja tidak. Hanya saja apakah kau menyadari bahwa suatu hari bayi itu akan tumbuh dan memiliki pikirannya sendiri. Dapatkah Kau bayangkan bagaimana perasaannya kalau ternyata orangtua yang mengadopsinya adalah orang yang menjadi penyebab ayah kandungnya mati. Apa Kau juga siap dengan perasaan itu? Kau akan dibenci oleh orang yang kau besarkan dari bayi. Itu rasanya akan sangat menyakitkan dibandingkan kau tidak tahu apapun tentang bayi itu."     

"Tapi mengapa Nizam? Bukankah Aku akan memberikan kasih sayang yang begitu besar untuknya hingga dia akan menyayangiku sebagai ibu kandungnya" Alena mencoba untuk memprotes perkataan Nizam.     

"Honey, jangan begitu polos. Kalau Kau bukan penyebab kematian ayahnya, Aku tidak akan keberatan Kita mengadopsi dia. Tapi kenyataan bahwa Ayahnya meninggal karena melindungi mu akan membuat dia menyimpan dendam. Ingatlah bahwa tadi Aku sudah mengatakan bahwa darah lebih kental dari air. Baginya kelak kau hanyalah air dan ayahnya adalah darah. Dia akan lebih memilih perasaan dendam dari pada kasih sayang yang dipaksakan"     

"Mengapa Kamu bilang kasih sayang yang dipaksakan?" Alena tambah tidak mengerti.     

"Tentu saja Sayang itu adalah kasih sayang yang dipaksakan karena nanti dia akan beranggapan bahwa kau mengadopsinya bukan karena kasih sayang murni tapi karena untuk menebus perasaan bersalah padanya. Betul atau tidak? Kau ingin mengadopsi nya karena merasa bersalah"     

Alena menatap mata Suaminya dengan takjub. Mengapa ada orang yang otaknya begitu jenius seperti Suaminya. Dan mengapa Nizam berjodoh dengan dirinya yang bodoh.     

"Kau benar Nizam, Aku ingin mengadopsi nya karena kasihan dan merasa bersalah. Selain itu juga karena Andre mengatakan agar aku menjaga anaknya sebelum meninggal" Akhirnya Alena mulai melunak.     

Nizam tersenyum Ia menepuk tangan Alena dengan lembut.     

"Kau tidak perlu mengadopsinya untuk sekedar menjaganya. Kita akan menjamin kehidupannya sampai Ia kelak dewasa. Kita akan meminta Doni untuk mengurusnya. Mari sini Sayang, " Nizam berkata sambil menarik tangan Alena dan mendudukkan Alena dipangkuannya.     

"Sepulang dari kantor polisi kita akan mengunjungi Niken. Karena terakhir Aku dengar dari Nendri bahwa Niken berhasil membawa bayi Andre dan Sisca. Kita akan membicarakan masa depan anak itu dengan Niken"     

"Benarkah Nizam??" Alena berbinar-binar.     

"Tentu saja sayang. Sekarang duduklah yang manis. Aku akan mengelus perutmu untuk menstimulasi anak kita"     

Alena bersender di dada Nizam sambil menikmati elusan tangan Nizam. Arani menghela nafas pelan tapi rupanya Nizam mendengar helaan nafas Arani yang tidak teratur. Tarikan nafas yang panjang menunjukkan bahwa pemiliknya sedang gundah.     

" Kalau kau masih betah berada disamping ku. Singkirkan pikiran apapun dalam benakmu, Arani!!!" Kata Nizam dengan tajam pada Arani. Nizam sangat tidak suka mendengar Arani menghela nafas.     

Arani memerah mukanya. "Siap yang Mulia" Arani nyengir sambil memalingkan wajahnya ke luar mobil. Majikannya bagai punya Indra keenam saja.     

Alena terheran-heran menatap Nizam. "Emang Arani memikirkan apa? Kenapa kamu tahu?"     

" Dia sedang berpikir, Alangkah mulianya hati calon Ratu Azura" Kata Nizam berbisik ditelinga Alena. Alena terbelalak.     

"Apa betul Kau sedang memikirkan betapa mulianya hati Aku, Arani??" Kata Alena bertanya pada Arani.     

Arani memalingkan wajahnya ke belakang, lalu menganggukan kepalanya dengan penuh rasa hormat. "Betul Yang Mulia" Kata Arani. Dibawah tatapan mata Nizam yang tajam mana berani dia berkata bahwa dia sedang berpikir betapa dangkalnya pikiran calon ratu Azura.     

Alena merangkul leher Nizam. "Pikiran yang bagus. Jangan perintahkan lagi Arani untuk menyingkirkan pikiran itu"     

Nizam berkata dengan lemah lembut: "Perkataan mu adalah titah bagiku, Yang Mulia Alena"     

Arani mengatupkan mulutnya rapat-rapat menahan tawa. Bagaimana Alena tidak terus menerus bersikap polos karena Nizam sendiri terlihat sangat menikmati kepolosan Alena. Mungkin karena Nizam terlalu lelah menghadapi situasi istana yang penuh dengan taktik, intrik, siasat, kebohongan, kebusukan dan saling menjatuhkan. Jadi kepolosan hati Alena menjadikan kesejukan di hatinya.     

Tidak lama kemudian mobil memasuki suatu pekarangan Suatu Kantor. Dilihat dari banyaknya orang yang mengenakan seragam bewarna coklat. Nizam dan Arani langsung tau kalau itu adalah kantor polisi. Beberapa polisi tampak berjaga-jaga. Berita bahwa akan ada Pangeran dari kerajaan Azura membuat Komandan mereka memerintahkan penjagaan khusus. Ada dua mobil mewah yang memasuki halaman kantor kepolisian. Dari mobilnya saja sudah terlihat yang datang memang seorang pangeran.     

Beberapa polwan tampak mulai over acting. Secara reaktif mereka mendadak seakan memiliki banyak kegiatan di ruang publik. Mereka tampak hilir mudik mencari kesempatan untuk dapat melihat Pangeran secara langsung dengan mata kepala mereka sendiri.     

Kabar Berita bahwa ketampanan Pangeran Azura yang mampu meruntuhkan gunung es yang membeku itu membuat mereka penasaran luar biasa. Jadi jangan salahkan Mereka kalau naluri kewanitaan mereka terusik keluar melampaui garangnya seragam kepolisian yang mereka kenakan. Sekedar menikmati pesona alam semesta yang tumplek di wajah Pangeran Azura rasanya tidak terlalu berlebih-lebihan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.