CINTA SEORANG PANGERAN

Cintai Aku Seutuhnya



Cintai Aku Seutuhnya

0Alena melotot dengan mulut ternganga mendengar kata-kata Nizam. Wajah Nizam menjadi semakin cabul. "Coba Kau bayangkan. Aku akan mencium Reina, mulai dari mata.." Nizam berkata sambil mendesah.. bibirnya lalu Ia sentuhkan ke mata Alena. "Lalu ke hidungnya...." Ciuman Nizam menurun ke hidung Alena. "Kemudian ke bibirnya... seperti ini" Nizam lalu menghujamkan ciumannya ke Alena penuh dengan nafsu.     

Sesaat kemudian Alena terhanyut tapi kemudian Alena lalu meronta..Ia mendorong wajah Nizam agar menjauh dari wajahnya.     

"Kamu Pangeran Cabul..Menyebalkan!! Awas saja kalau berani coba-coba seperti itu pada Reina!!" Wajah Alena merah padam. Giginya gemeretak menahan marah.     

"Aku cabul??? Beraninya kamu mengatai putra Mahkota Kerajaan Azura dengan panggilan Cabul. Bukankah kau tadi yang menyuruh!!" Kata Nizam sambil tersenyum dan wajahnya mendekat lagi mau mencium Alena. Tapi telapak tangan Alena hinggap di wajah Nizam.     

"Jangan mendekat!! Jauh sana!!" Kata Alena sambil mendorong wajah Nizam agar menjauh dari wajahnya. Wajah Nizam terdorong ke belakang dengan tangan Alena ada di wajahnya.     

"Siapa yang menyuruh Kamu mencium Reina?" Kata Alena mencak-mencak. Ia benar-benar panas hati mendengar kata-kata Nizam.     

"Ooh..Jadi tidak boleh menciumnya. Baiklah kalau begitu, Aku akan langsung menyentuhnya dibagian ini" Tangan Nizam bergerak dan hinggap di dada Alena. Alena langsung terkejang. Ia mencengkram tangan Nizam lalu mengangkatnya dari dadanya kemudian memutarnya. Nizam memekik kesakitan.     

"Ouch..Alena beraninya Kau menyakiti Aku. Tanganku sakit!!" Nizam mengaduh-ngaduh, mukanya meringis.     

"Aku akan mematahkan tanganmu " Alena makin memutar tangan Nizam.     

"Kenapa Kamu jadi galak begitu. Aku kan takut berdosa kalau tidak menyentuh Putri Reina, bukannya Itu yang tadi kau bilang?"     

"Iya sih...tapi Aku sebenarnya ga iklash" Wajah Alena menjadi muram.     

Nizam jadi terenyuh. Ia tadi cuma bercanda, tapi Alena yang polos kelihatan langsung terpancing.     

"Jangan marah Alena, Aku cuma bercanda saja, mari sini Aku peluk. Hanya kamu satu-satunya yang ada di hatiku dan ku izinkan menyentuhku. Aku tidak akan pernah bisa bersikap adil. Aku akan berusaha untuk menceraikannya." Kata Nizam sambil memeluk Alena dengan erat. Wajah Alena langsung berseri-seri.     

"Bagaimana kalau Reina tidak mau diceraikan"     

Nizam terdiam Ia hanya mengelus-ngelus perut Alena. Tentu saja Putri Reina tidak akan mau diceraikan. Bukankah sejak kecil Ia sudah didoktrin untuk menjadi Ratu Azura. Bercerai dari Nizam berarti Reina tidak akan pernah bisa menjadi seorang Ratu. Nizam sudah bisa menebak Reina lebih baik mati daripada harus bercerai. Ini tentang harga dirinya sebagai seorang keturunan dari Perdana Mentri. Seorang kaum bangsawan yang paling berpengaruh di Azura. pemegang kedudukan terpenting kedua setelah Raja.     

"Kita lihat saja nanti, Kau fokus saja pada kandungan mu..Jangan memikirkan hal yang lain." Lalu Nizam berbisik di perut Alena.     

" Kasihan Kamu Nak.. belum apa-apa sudah banyak ikut menanggung peristiwa yang menakutkan" Kata Nizam sambil mencium perut Alena dengan penuh rasa prihatin.     

"Semoga Engkau akan menjadi anak yang tangguh. Agar kelak menjadi pemimpin yang hebat" kata Nizam lagi.     

Alena mengelus rambut Nizam. "Bagaimana kalau anak ini seorang perempuan?" Kata Alena.     

"Jika Ia memiliki adik laki-laki maka adiknya lah yang akan meneruskan tahta. Tetapi jika semua adiknya perempuan juga. Maka akan kita didik Ia untuk menjadi seorang Ratu"     

Suasana jadi hening, hanya ada deru kendaraan yang terdengar halus ditelinga penumpang.     

"Nizam!!" Kata Alena menyebut nama Suaminya dengan pelan.     

"Ya..." Nizam tengadah. Matanya yang tajam tampak sangat menawan. Wajah singanya berubah jadi seperti kucing.     

"Bagaimana kalau anaknya bodoh seperti Aku?" Kata Alena dengan polosnya.     

Mata Nizam terbelalak lalu tidak dapat ditahan Ia tertawa terbahak-bahak sampai badannya berguncang.     

"Siapa yang mengatakan Kau bodoh??" kata Nizam sambil menghapus ujung matanya yang berair. Saking lucunya Nizam tertawa sampai keluar air matanya. Alena benar-benar pelipur lara hatinya. Kepolosannya tidak akan ada diseluruh Azura.     

"Kau tidak bodoh Alena. Hanya karena Kau begitu polos dan baik hati. Hatimu begitu murni. Kau bertindak dan bersikap seperti apa kata hatimu bukan apa kata otakmu. Ditambah semua orang disekeliling mu memanjakanmu dengan berlebihan. Ayahmu, Ibumu, Cynthia termasuk Aku." Nizam tersenyum menatap wajah Alena     

"Kau tidak perlu menggunakan otakmu untuk mempengaruhi orang. Hanya dengan tatapan matamu Kau sudah membuat orang luruh di Kakimu. Bahkan dua orang bodoh di rumah Nendri mati konyol hanya karena menginginkan mu. Anak ini kelak tidak akan Aku manjakan. Ia akan Aku didik dengan keras agar bisa menjadi pemimpin yang hebat"     

"Jangan Kau didik Ia dengan keras. Aku tidak ingin Ia seperti dirimu?" Alena cemberut.     

"Apa maksudmu??" Nizam melotot.     

"Kau orang yang galak dan kejam. Aku ingin anakku menjadi pemimpin yang bijaksana"     

Nizam tercengang mendengar kata-kata Alena.     

"Apa maksudnya Kau berkata seperti itu? Apa maksudnya dengan mengatakan Aku kejam???" Nizam tambah melotot. Mukanya merah padam.     

Melihat Nizam akan murka dengan tenang Alena berbisik ke telinga Nizam.     

"Maafkan Aku, Aku salah bicara. Kau boleh menghukumku diatas ranjang sepuasnya" Bisik Alena sambil menggigit telinga Nizam dengan lembut.     

Bagaikan bara api yang tersiram embun pagi. Hati Nizam berubah jadi sejuk. Tetapi Bara Apinya menjadi pindah dari area hati ke area bawah. Nizam mencengkram erat paha Alena. "Kau.. beraninya membuat Aku langsung bergejolak seperti ini" Nizam menggeliat.     

"Sabar...jangan disini. Lihat di depan ada Arani dan sopir. Mereka pasti akan terganggu kalau kita bercinta sekarang"     

"Apa perlu mereka Aku tendang keluar dulu?" Kata Nizam sambil mulai memerah panas.     

"Kau ini!!" Alena melotot.     

Nizam tersenyum semakin mesum. Ia tiba-tiba berpaling ke arah Arani.     

"Arani!! Hentikan mobil dipenginapan terdekat"     

Arani membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Nizam. Menatap ke arah majikannya yang memerah. Walaupun Arani tidak mendengar apa yang dibisikkan oleh Nizam dan Alena tapi Ia menyadari apa yang akan terjadi. Arani mengangguk penuh hormat.     

"Baiklah yang Mulia" Katanya. Lalu Ia mengambil handphonenya dan mulai membuka Google map. Kemudian berkata pada sopir. "Belokan Mobil ke arah kiri 100 m dari sini. Di sebelah Kanan Setelah belokan depan ada hotel kecil yang bernama Hotel Permata. Kita akan singgah dulu di hotel tersebut"     

Sopir mengangguk dengan cepat. Ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena jalanan sedikit sepi.     

Nizam menatap ke depan dengan tidak sabar. Alena menggelengkan kepalanya. "Kamu..ini" Katanya sambil mencubit pinggang Nizam. Nizam cuma mengaduh kecil sambil mencekal tangan yang mencubitnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.