CINTA SEORANG PANGERAN

Penawaran Pangeran Barry



Penawaran Pangeran Barry

0Kemudian Nizam melihat seseorang bertubuh tinggi, tegap dengan perawakan yang proporsional antara tinggi dan beratnya muncul dari arah dalam. Dia berpakaian setengah casual. Memakai celana jeans dan kemeja biru tua bertangan panjang dan sebagian lengan kemjanya nya digulung sampai siku. Wajahnya sangat tampan dengan mata yang tajam, hidung mancung dan berkulit sama putihnya dengan pangeran Abbash. Sekilas mereka mirip tetapi orang ini berwajah lebih tegas dari Pangeran Abbash dan lebih maskulin.     

Tentu saja Nizam sangat mengenal sosok tubuh ini karena mereka sering bertemu di ajang adu ketangkasan atau di antara pertemuan para pangeran putra mahkota. Bahkan di acara – acara resmi lainnya. Nizam tersenyum pada kakak iparnya ini.     

"Assalamualaikum, Kakak Ipar. Lama tidak berjumpa. Apa kabarmu ? " Kata Nizam sambil tersenyum mengejek. Pangeran Barry mengangkat alisnya dan membalas tersenyum tipis kepada Nizam. Ia tahu Nizam sedang mengejeknya tetapi Ia adalah Pangeran Putra Mahkota yang tentu saja Ia memiliki kecerdasan, ketenangan dan sikap sebagaimana seorang putra mahkota seharusnya. Ia tidak marah dengan ejekan dari Nizam sebaliknya Ia malah menjawab sapaan Nizam dengan tenang.     

"Waalaikum salam, Adik ipar. Aku merasa sangat tersanjung kau masih menyebutku kakak ipar. Tentunya kau ke sini bukan sekedar berkunjung untuk menanyakan tentang kesehatanku bukan? " kata Pangeran Barry sambil berdiri menyender di meja resepsionis.     

 Tangannya terlipat di dadanya yang bidang. Sekilas Ia seperti seorang foto model pria yang sedang berpose dan bersiap untuk di foto. Para penjaga yang berdiri berjajar di depan meja resepsionis langsung memberikan ruang untuk Pangeran mereka. Para penjaga bergeser dengan senjata yang tetap bersiaga di tangan mereka.     

Nizam memiringkan kepalanya mencoba membaca gestur pangeran Barry dan matanya juga menyelidiki keberadaan Cynthia yang sama sekali belum terlihat. Nizam mengusap hidungnya yang mancung dengan ujung telunjuknya.     

"Tentu saja tidak, karena seharusnya Kau yang menanyakan keadaanku setelah kau memberikan kejutan yang luar biasa di tempatku wisuda. Kau bukannya senang suami adikmu sendiri akan meraih gelar sarjana tapi kau malah menghancurkannya dengan begitu rupa. Kau sungguh kakak ipar yang tidak memiliki akhlak" Kata Nizam sambil masih tersenyum.     

Para penjaga menatap dua pangeran tampan yang saling berdiri sambil saling menyindir dan berkata penuh penekanan dengan gaya yang sangat tenang seakan nyawa mereka sedang tidak saling terancam.     

"Siapa sebenarnya yang tidak berakhlak. Aku yang merusak acara wisudamu atau Kau yang mentelantarkan adikku ? Sudah berapa lama kalian menikah ? Apakah kau pernah datang ke kamar adikku ? atau kau menyuruh pelayan dan kasim untuk mengantarkan adikku ke kamarmu. Hah.. Sungguh lucu. Kau katanya tahu banyak tentang agama. Tetapi kau tidak memenuhi kewajibanmu sebagai seorang suami?" Kata Pangeran Barry sambil menatap Nizam dengan wajah yang sangat sinis.     

Nizam langsung terdiam dengan wajah  merah. Karena walau bagaimanapun apa yang dikatakan oleh Pangeran Barry adalah suatu kebenaran. Ia sama sekali tidak pernah menyentuh adiknya Pangeran Barry bahkan terakhir kali Ia bertemu Putri Mira adalah saat putri itu menari di hari pernikahannya dengan Alena. Dan Nizam langsung mengakui kesalahannya dengan "gentle".     

"Aku minta maaf..." Nizam menghela nafas terlebih dahulu sebelum berkata lagi.     

"Aku tahu Aku salah tetapi Aku manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan. Kau tahu Aku lama tinggal di Amerika. Pola pikir dan perasaanku cukup terpengaruh oleh pemikiran dan budaya Amerika. Aku ternyata tidak sanggup menjalankan tradisi putra mahkota yang banyak memiliki wanita di dalam harem." Kata Nizam mengakui kesalahannya.     

Pangeran Barrry malah tertawa sinis. " Kau jangan berbicara tentang budaya Amerika di hadapankku.  Aku merasa kau sedang mencari alasan untuk menutupi kelemahanmu. Apa kau sudah kehilangan kemampuanmu sebagai laki – laki dari Kerajaan Aliansi ? Apa Kau memang sudah bukan laki – laki Azura lagi? Apakah Kau tidak sanggup melayani wanita lebih dari satu? Apakah kau sudah kehilangan kejantannmu ? Atau kau memang tipe laki – laki yang hanya merangkak di kaki satu wanita saja ?"     

Wajah Nizam langsung kelam, " Tutup mulutmu!! Mulutmu sungguh kotor sekotor perbuatanmu. Katakan apa maumu sebenarnya ? Kau mengirimkan pasukan untuk membunuh anak – anakku. Kau juga mengacaukan acara wisuda. Perbuatanmu sudah tidak terampuni lagi" Kata Nizam sambil mengacungkan senjatanya ke muka Pangeran Barry.     

"Aku ingin kau mati!! " Kata pangeran Barry dengan muka tidak kalah kelamnya.     

"Kalau begitu apa yang kau tunggu ? Mengapa Kau malah beradu mulut dengan ku. Bunuhlah Aku sekarang" Kata Nizam sambil membusungkan dadanya.     

"Kau memang pangeran yang memiliki nyali yang tinggi. Tapi jangan harap Aku akan mengampunimu. Aku bersumpah.. Aku sangat menginginkan kematianmu sekarang juga" Kata pangeran Barry.     

"Setiap orang pasti akan mati entah sekarang atau kapanpun. Aku hanya berharap kalau kematianku akan layak untuk menebus rasa bersalahku terhadap adikmu. Kau boleh membunuhku setelah kau membebaskan Cynthia terlebih dahulu"     

"Baiklah!! Aku menghargai kebesaran hatimu Aku juga akan membebaskan Putri Cynthia dan juga akan membebaskan Arani asisten pribadimu itu. Lihat dia sudah ada dibelakangmu sekarang" Kata Pangeran Barry sambil memberikan isyarat kepada Nizam dan Nizam lalu memalingkan wajahnya ke belakang. Ia melihat Arani sudah dalam keadaan terikat dan mulut terlakban. Nizam tercekat melihat keadaan Arani. Arani sendiri hanya bisa menatap Nizam dengan penuh penyesalan.     

Ia tadi sedang menunggu Nizam tetapi tidak lama Nizam masuk Ia dikepung oleh pasukan bersenjata. Arani bahkan tidak diberi kesempatan untuk melakukan perlawanan karena orang yang mengepungnya sangat banyak. Sehingga ketika di ikat dan mulutnya ditutup. Arani sudah tidak berkutik.      

Sampai di sini Nizam baru menyadari kalau kedatangan Arani agaknya sudah diketahui dari awal oleh mereka. Dan Pangeran Barry benar – benar sangat pintar. Ia sengaja tidak menempatkan banyak pengawal di taman yang banyak binatangnya untuk menggiring Arani ke tempat itu. Pantas saja walaupun tempat nya terang tetapi Arani tidak ketahuan.      

Pangeran Barry ingin Arani menggiring Nizam untuk masuk ke dalam perangkap mereka. Kepintaran Pangeran Barry ternyata memang bukan cerita isapan jempol belaka. Walaupun kenyataannya ternyata kepintaran Pangeran Barry terkadang dikalahkan oleh adiknya sendiri.     

Kemudian Pangeran Barry melanjutkan perkataannya. " Aku akan menerima permintaan maafmu dengan syarat kau mau melakukan beberapa hal untukku?" Pangeran Barry tersenyum licik.      

Nizam menatap tajam pada Pangeran Barry. Ia tahu kalau Pangeran Barry pasti akan mengajukan syarat yang mustahil Ia lakukan. Pangeran Barry bukanlah orang yang baik yang suka menepati janji.  Nizam sangat yakin kalaupun syarat pangeran Barry akan Ia sanggupi, Nizam merasa bahwa Ia akan tetap di bunuh juga.     

Lagipula Nizam tidak memiliki hak untuk melakukan suatu penawaran. Makanya Ia hanya diam untuk mendengarkan  perkataan Pangeran Barry dan Ia juga sedang menebak - nebak cara apa yang akan digunakan Pangeran Barry untuk membunuh dirinya, Arani dan bahkan Cynthia yang masih belum terlihat olehnya. Nizam hanya berdoa semoga Cynthia masih hidup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.