CINTA SEORANG PANGERAN

Maafkan Aku, Thalal.



Maafkan Aku, Thalal.

0Nizam tampak menghapus keringat yang menetes di wajah istrinya yang merona merah. Di kecupnya bibir indah itu dengan penuh kelembutan. Alena menyenderkan kepalanya di dada Nizam. Ia lalu bertanya perlahan.     

" Aku tahu hari ini ada peristiwa besar. Walaupun sebesar apa Aku tidak tahu. Yang terakhir aku ingat adalah Pangeran Abbash menembak Justin. Justin tertembak dengan dada berlumuran darah. Aku berteriak histeris dan bertanya serta memukuli Pangeran Abbash dengan membabi buta. " Alena tiba – tiba meneteskan air matanya dan semakin membenamkan wajahnya ke dada Nizam yang bidang. Nizam hanya terduduk terpaku sambil memejamkan matanya. Tangannya mengelus kepala istrinya.     

Bagaimana Ia harus memberitahukan Alena kalau Edward terbunuh oleh anak buah Pangeran Barry. Bagaimana bisa Ia memberitahukan Alena kalau anak – anaknya hampir mati di bunuh dan Cynthia sampai sekarang tidak tahu keberadaannya ada di mana. Nizam mengatupkan bibirnya dengan kuat. Ia sangat tidak mengerti bagaimana bisa semua ini terjadi.     

Ia sudah mengira akan terjadi kerusuhan tetapi Ia tidak mengira kerusuhan akan sebesar ini. Nizam tidak mengerti mengapa Senator Anderson begitu membencinya hingga Ia bersekongkol dengan Pangeran Barry dan menyebabkan anaknya sendiri mati.     

Edward.. Edward.. Nizam menggigil ketika teringat kematian Edward. Ya Tuhan.. apa yang akan terjadi kalau Alena tahu bahwa Edward mati hanya demi menyelamatkannya. Menyelamatkan tubuhnya agar Alena tidak kehilangannya. Betapa besar cinta Edward pada istrinya. Nizam sungguh tidak mengerti sebenarnya apa yang dimiliki istrinya sehingga banyak pria yang rela mati untuknya.     

"Nizam.." Suara Alena lirih memanggil nama suaminya. Nizam menjawab dengan hanya mengguman.     

"Apakah kau menyembunyikan sesuatu kepadaku ? Mengapa Kita bertiga ada di kamar hotel yang sama. Apakah Pangeran Abbash menculikku dan kemudian kau membebaskan Aku ? " Kata Alena sambil membelai dada suaminya dengan lembut. Nizam menghela nafasnya.     

"Kau sudah pandai menganalisa." Kata Nizam sambil tetap mengelus kepala Alena. Nizam masih kebingungan untuk menceritakan yang sebenarnya. Ia tidak mau Alena merasa tertekan dengan semua masalah yang sedang timbul hari ini. Apakah Alena bisa menahan perasaannya kalau Ia tahu peristiwa hari ini semua penyebabnya adalah Alena.     

Ketika Nizam berpikir bahwa peristiwa hari ini adalah balas dendam Pangeran Barry karena Arani menganiaya Pangeran Abbash tetapi ternyata itu adalah salah. Pangeran Barry ingin memanfaatkan acara wisuda ini untuk menghabisinya dan anak – anaknya serta menguasai Alena seorang diri.     

Nizam menjadi kembali resah. Ia tidak ingin Alena histeris. Ia harus membuat Alena tertidur nyenyak walaupun untuk malam ini. Agar Alena bisa terbangun besok dengan perasaan yang lebih baik dan jikalau nanti Ia mendapatkan berita buruk tentang sahabatnya Cynthia dan Edward maka minimal Alena akan mendapatkan perasaan yang lebih tegar.     

"Alena tidurlah.. Kau pasti letih." Kata Nizam sambil membaringkan Alena di jok mobil bagian tengah. Mobil ini adalah mobil Chief Jeremy yang biasa Ia gunakan untuk alat akomodasi Ia. Mobil ini memang mewah tetapi tetap saja tidak semewah mobil Nizam atau mobil pribadi Chief Jeremy sehingga walaupun tidak nyaman tetapi semoga dapat membawa Alena ke dalam mimpi indahnya.     

"Tetapi Nizam Aku merasa kalau dari tadi Aku tertidur. Tetapi Kau memang benar. Walaupun Aku tidak mengantuk tetapi badanku terasa sangat letih. Aku juga tiba – tiba teringat Cynthia. Aku pikir Ia tentu sudah pulang duluan. " Kata Alena sambil membaringkan tubuhnya.     

Nizam menelan ludahnya yang terasa sangat seret, tetapi Nizam kemudian berbohong kepada Alena.     

" Tentu saja Ia pulang duluan. Mungkin sekarang Ia sudah tertidur. Sebaiknya kau jangan ganggu Ia" Kata Nizam sambil keluar dari mobil untuk pindah tempat duduk ke belakang stir mobil. Alena menganggukan kepalanya dan mulai memejamkan matanya. Tidak berapa lama Ia sudah mendengkur halus.     

Nizam kemudian mengangkat handphonenya sambil berjalan menjauhi mobil. Ia tidak ingin Alena mendengar saat dia menelpon. Ia menelpon adiknya langsung, begitu nadanya tersambung Pangeran Thalal sudah langsung menjawab telepon dari kakaknya.     

"Assalamualaikum Kakak.. " Suara Pangeran Thalal tampak bergetar membuat Nizam tertegun. Apalagi kemudian Ia mendengar nafas Pangeran Thalal terasa sangat berat dan bercampur isak tangis. Nizam merasa hatinya terasa di remas – remas. Ia merasa menjadi seorang Kakak yang lemah tidak berdaya.     

Pangeran Thalal menyerahkan istrinya untuk dijagai Nizam tetapi ternyata Nizam tidak mampu menjaganya dengan baik sehingga Cynthia hilang dan sampai sekarang Ia belum mendapatkan berita dari Arani. Bukankah Arani di suruh mencari Cynthia bersama Ali dan Fuad. Nizam merasa egois telah menyelamatkan istrinya terlebih dahulu dibandingkan mencari Cynthia.     

Pangeran Thalal baru mengucapkan salam dan  belum bicara apa – apa. Tetapi Nizam sudah mengerti kalau Pangeran Thalal sudah tahu kalau istrinya hilang.     

"Waalaikum salam. Aku minta maaf Thalal.. " Suara Nizam begitu lirih sambil melihat ke arah mobil untuk memastikan kalau Alena masih tertidur di dalam mobil.     

Suara Pangeran Thalal tampak serak ketika menjawab permintaan maaf kakaknya.     

"Tidak apa Kakak, Aku mengerti apa yang terjadi. Aku hanya berharap Kakak berhasil menyelamatkan Kakak Putri terlebih dahulu.." Pangeran Thalal berkata dengan terbata – bata membuat hati Nizam semakin terasa teriris. Cobaan ini terasa begitu berat rasanya. Di satu sisi Ia sangat menyayangi adiknya dan adik iparnya. Tetapi di satu sisi Ia juga harus menyelamatkan istrinya terlebih dahulu. Ini sungguh sebuah dilema yang terlalu sulit untuk dilakukan.     

Dan yang paling menyakitkan lagi bagi Nizam adalah adiknya tidak memarahinya. Ia malah mengatakan hal yang begitu menghiris hatinya. Pangeran Thalal memahami pilihan yang dibuat Nizam. Adiknya tidak sedikitpun menyalahkan dirinya. Mengapa saat ini Nizam merasa lebih baik adiknya mencaci maki dirinya daripada mengatakan pengertian seperti ini.     

"Maafkan Aku, Aku terlalu egois.. " Suara Nizam terasa seperti semilir angin yang berhembus di belakang telinganya.     

"Cukup Kakak, sebaiknya Kakak cepat pulang. Pangeran Axel sudah mulai menangis menjerit – jerit. Ia tidak mau disusui dengan botol. Ia merindukan ibunya " Kata Pangeran Thalal seakan ingin menutup pembicaraan ini.     

"Bagaimana dengan anakmu. Pangeran Atha ?" Kata Nizam malah bertanya tentang keponakannya.     

"Kakak tidak usah khawatir. Pangeran Atha baik – baik saja" Kata Pangeran Thalal berbohong. Bagaimana Ia tidak bohong kalau sebenarnya Pangeran Atha juga dari tadi sore terus merengek – rengek ingin menyusu ke ibunya langsung. Untungnya Ia sering menggendong anaknya sendiri sehingga setiap kali anaknya merengek maka pangeran Thalal akan menggendongnya dan mendekap di dadanya. Mendengarkan detak jantungnya kepada anaknya sehingga Pangeran Atha lalu terdiam tenang. Pangeran Atha sudah akrab dengan detak jantung ayah dan ibunya.     

Nizam menutup teleponnya dan Ia segera masuk ke dalam mobil lalu  meluncur menuju jalan ke rumahnya. Di sepanjang jalan, Nizam tetap berpikir cara untuk membebaskan Cynthia. Malam ini Ia berniat hanya akan mengantarkan Alena saja ke rumah lalu Ia akan pergi lagi mencari Cynthia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.