CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Akan Menyanyikan Lagu Untukmu, Anakku



Aku Akan Menyanyikan Lagu Untukmu, Anakku

0Pagi itu ia dan Lila menantunya berdandan begitu cantik untuk pergi ke tempat wisuda Edward. Mereka bahkan saling memuji kecantikan masing – masing. Tetapi kini wajah cantik itu berlumuran darah anaknya. Anak satu – satunya yang Ia besarkan dengan penuh kasih sayang kini berbaring tidak bernyawa dihadapannya.     

" Apa yang terjadi ? Siapa yang membunuh anakku ? Siapa ? Dan mengapa dia melakukannya. Anakku sangat baik.. tidak punya musuh.. bahkan Ia sedang menunggu kelahiran anak pertamanya. Mengapa?? Ya Tuhan... Ampunilah segala dosa – dosaku" kata Ny. Anderson sambil lalu mengambil Edward dalam pelukan Nizam dan menangis histeris.     

Bahkan ketika petugas medis datang mendekat untuk mengangkat jenazah Edward, Ny. Anderson masih memeluk Edward dan tidak mengizinkan siapapun untuk mengambil Edward dalam pelukannya.     

"Nyonya.. biarkan kami merawat Tuan Edward.. tolong" Kata Petugas medis sambil berjongkok dan berbicara dengan lemah lembut.     

'Tidak !! Jangan.. jangan Ambil.. Edward sedang tertidur.. Jangan ribut kalian. Nanti Ia terbangun.. Tidurlah Edward.. tidur.. Mommy akan menjagamu disini.. Mommy akan menjagamu agar orang – orang tidak menjahatimu. Oh ya.. Mommy akan menyanyikan lagu untukmu Edward, agar kau tertidur nyenyak. Mommy tahu kau suka mendengarkan lagu dan bernyanyi. Mommy juga tahu lagu kesukaanmu agar kau cepat tertidur" Nyonya Anderson tampak mulai berhalusinasi.     

"Twikle.. twikle little star     

How I wonder what you are     

Up above the world so high     

Like a dimond in the sky     

.....     

Suara Ny. Anderson terdengar serak dan sumbang karena terlalu banyak air mata yang masuk ke mulutnya. Nyanyian itu terdengar bersama isak tangisnya. Tangan – tangannya yang cantik mengelus lengan Edward yang terasa dingin. Ia sama sekali tidak bisa menerima kenyataan kalau anaknya telah meninggalkannya selamanya.     

"Edward.. tidurlah Nak.  Nanti kalau kau bangun kita akan pergi berjalan – jalan ke disney land. Kita akan pergi bersama. Daddy, mommy dan dirimu. Jadi tidurlah..." Ny. Anderson terus memeluk Edward. Ia mengelus kepala Edward. Rambut coklat itu diciumnya dengan lembut. Air matanya terus berderai membasahi pipinya. Kemudian Ia kembali bersenandung dengan suara parau. Kali ini tanpa syair. Ia hanya mengguman sambil menepuk - nepuk bahu Edward. Seperti seorang ibu yang menidurkan bayinya.     

Suasana yang tadi begitu ramai kini terasa hening. Tidak ada lagi keributan yang terjadi. Banyaknya polisi yang mengamankan tempat ini membuat orang – orang menjadi tenang dan tidak ketakutan seperti tadi. Bahkan petugas medis sedari tadi sudah sibuk mengamankan orang – orang yang terluka. Entah itu terluka karena terinjak atau terkena pukulan satu sama lain. Ada begitu banyak titik perkelahian yang terjadi yang membuat situasi benar – benar tidak terkendali. Bahkan korban yang meninggal ada hampir lima belas orang tidak termasuk puluhan atau ratusan yang terluka.     

Insiden ini adalah insiden wisuda yang terburuk. Para polisi tampak sibuk mengadakan pemeriksaan. Tetapi selain dua orang yang menyebabkan kematian Edward tidak ada satupun yang perlu dicurigai. Pangeran Abbash memang tidak membawa orang – orang yang banyak untuk melumpuhkan orang – orang Kakaknya. Lagi – lagi Ia menggunakan cara licik untuk melakukan tindakannya. Ia menghipnotis secara masal orang – orang disekitaran mereka  untuk menyerang Nizam, Amar, Arani dan seluruh pengawal Nizam agar Ia bisa membawa Alena dengan leluasa.     

Tidak ada yang bisa mengalahkan kelicikan Pangeran Abbash. Ia benar – benar orang yang sangat terlatih. Bertahun – tahun hidup menjadi senjata kakaknya membuat Ia terasah secara naluri, otak dan daya nalarnya. Pangeran Abbash tahu persis kalau kondisi tubuhnya tidaklah sekekar para pengeran lainnya sehingga setinggi apapun ilmu keteramilan bela dirinya secara fisik Ia tidak akan bisa mengalahkan Amar, Arani apalagi Nizam.      

Secara kekuasaan juga Ia tidak berdaya.  Karena  posisi pangeran Abbash memang hanyalah pangeran biasa dan bukan putra mahkota sehigga Ia tidak memiliki kekuatan sekuat Pangean Barry apalagi Nizam. Maka dengan cerdiknya Ia lebih mengandalkan ilmu penyamaran, senjata rahasia, kekuatan ilmu batin dan strategi otaknya untuk mengalah – ngalahkan musuhnya. Dan itu ternyata berhasil. Sangat berhasil. Ibarat kancil yang mengalahkan seekor singa buas atau mengalahkan sekumpulan buaya lapar.      

Para petugas medis semakin kebingungan. Beberapa polisi bahkan sudah mulai berkerumun dan tidak lama datang seorang Mr. Anderson. Ia tadi pergi bersama Presiden Amerika untuk makan siang di luar ketika Ia mendengar ada keributan di tempat wisuda. Ia sebenarnya sudah tahu akan terjadi hal itu tetapi Ia tidak merasa khawatir karena Ia sudah berbicara kepada Pangeran Barry untuk tidak mengganggu keluarganya. Ia hanya ingin Nizam mati.  Itulah sebabnya, Ia membantu Pangeran Barry di dalam melaksanakan seluruh rencananya.     

Tetapi Ia terkejut ketika mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau anaknya malah tertembak. Ia segera minta izin kepada presiden Amerika untuk melihat kembali ke tempat wisuda. Dan sekarang Ia berdiri dihadapan istri dan anaknya.     

Pemandangan di depan matanya sungguh sangat menusuk matanya. Ia melihat istrinya menangis sambil memeluk Edward anaknya yang sudah terbujur kaku. Darah tampak memenuhi tubuh Edward dan tubuh istrinya bahkan hingga ke muka.     

Tubuhnya langsung ambruk di hadapan mereka. Tubuh politisi yang sangat cerdas dan disegani oleh lawan – lawannya kini tampak tidak berdaya. Tubuh itu hampir melorot tidak berdaya kalau saja Ia sendiri tidak menahannya dengan menguatkan lututnya di atas lantai.     

" A.. apa yang terjadi ? Mengapa ini semua terjadi? Edward.. anakku, apa yang terjadi? Bangunlah.. Kau jangan membuat Daddy takut. Bangunlah.. bangun.. EDWAARD.. BANGUUN!!... Anakku bangunlah.. jangan membuat Daddy takut.. Anakku.. tolong.. Edwaard " Mr. Anderson terus mengguncang – guncangkan tubuh Edward. Tetapi Edward tetap terbujur kaku.     

Air mata Mr. Anderson mengalir tidak terbendung lagi. Ia menangis.. bagaikan daun yang rapuh tertiup angin. Semua kejayaan dan kekayaan yang Ia miliki kini seperti hilang, lenyap ditelan bumi. Anak yang begitu Ia sayangi. Anak yang akan menjadi tumpuan harapannya kini meninggal di hadapannya.     

Setelah berapa lama Ia menangis dan kini Mr. Anderson kemudian melihat istrinya sudah terkulai pingsan di atas tubuh anaknya. Mr. Anderson lalu berdiri sempoyongan, Para pengawalnya sampai memeganginya. Dengan bertumpu pada bahu pengawalnya, Mr. Anderson lalu mencoba berdiri tegak. Ketika Ia berdiri pandangannya langsung terarah kepada Nizam yang lalu membungkuk memberikan hormat disertai permintaan maaf.     

"Maafkan.. Aku " Kata Nizam dengan takdzim. Mata Mr. Anderson langsung menyalang melihat pakaian Nizam yang berlumuran darah. Ia langsung emosi. Kebenciannya yang Ia pupuk bersama Pangeran Barry langsung meluap ke permukaan.     

"Kau.. Kau..pembunuh !! " Katanya sambil langsung menunjuk jarinya ke wajah Nizam. Mr. Anderson tampak sangat ingin membunuh Nizam. Melihat hal itu. Arani,  Ali dan Fuad yang berdiri di dekat  langsung membentuk barikade di depan Nizam untu melindungi pangeran mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.