CINTA SEORANG PANGERAN

Curi - Curi Pandang Pangeran Husen



Curi - Curi Pandang Pangeran Husen

0 "Amrita.. Izinkan Aku membantumu. Aku akan pergi ke Amerika untuk mencarinya. Kebetulan Aku sangat Rindu bertemu dengan kedua kakakku. Aku akan mencari informasi tentang Pangeran Abbash dari kedua kakakku.      

Aku akan meminta kepastian kepadanya tentang dirimu. Aku akan memberikan kabar kepadamu secepatnya" Pangeran Husen tiba - tiba memberikan bantuan yang sangat mencerahkan hati Amrita.      

"Benarkah ? Aku jadi merepotkanmu." Kata Amrita kepada Pangeran Husen.     

"Tidak merepotkan. Aku hanya penasaran saja mengapa Kakak Nizam tidak pulang - pulang. Padahal dia berjanji akan pulang secepatnya setelah wisuda. "     

"Apakah Kalian tidak mendengar berita kejadian di tempat wisuda Yang Mulia Pangeran Nizam ? " Amrita tiba - tiba bertanya kepada Pangeran Husen.     

" Ada berita simpang siur, tetapi berita tentang kakakku sangat sedikit. Aku berani taruhan kalau kakakku mengancam semua berita online untuk tidak memberitakan yang sebenarnya.     

Karena berita yang beredar lebih banyak tentang Pangeran Barry dan Mr. Anderson. Bahkan terbunuhnya Edward dan Bunuh diri ayahnya menjadi topik yang paling dicari. Hal ini yang menyebabkan Pangeran Barry kehilangan simpati hampir di semua kerajaan aliansi."      

"Itulah yang menyebabkan Aku heran juga. Biasanya Pangeran Abbash selalu mampu mengatasi permasalahan kakaknya tetapi kali ini Ia sama sekali tidak terlihat mendukung kakaknya. Aku menjadi semakin khawatir"     

"Sebenarnya Ratu Sabrina juga menyuruhku datang langsung, situasi politik di Azura juga sedang tidak bagus. Para penghuni harem terus menyudutkan Ratu Sabrina karena Kakakku tidak pulang - pulang. Keluarga para putri itu juga semakin gelisah terutama Perdana Mentri Salman.     

Ini sangat mendesak.. Tapi mengapa pula Aku harus bercerita kepadamu ? Padahal kita tidak saling mengenal sebelumnya " Pangeran Husen seakan tersadar. Ia sebenarnya memang butuh teman bicara yang sifatnya netral. Ia tidak bisa berbicara banyak di Istananya karena situasi yang tidak bagus ini. Istilah dinding kerajaan itu bertelinga adala benar adanya.     

Amrita tersenyum, " Sebenarnya memang benar kita baru saling mengenal tetapi bagaimana lagi. Kondisi kita sebenarnya sama - sama sedang mencari teman bicara yang pas dan bisa dipercaya. Aku sendiri merasa menemukan seorang teman yang bersedia membantuku. Terima kasih sudah bersedia membantuku.     

Aku tidak akan pernah melupakan jasa Yang Mulia. Jika Yang Mulia benar - benar mempercayaiku dan membutuhkan teman bicara. Aku bersedia menemanimu " Kata Amrita sambil tersenyum tetapi Pangeran Husen malah tertawa kecil.     

" Kau pikir ini di Amerika dimana laki - laki dan perempuan yang tidak memiliki hubungan apa - apa bisa berbicara dengan bebas. Aku bahkan tidak akan dulu memutuskan ikatan pertunangan kita. Aku akan mencari tahu dulu keadaan Pangeran Abbash sehingga Aku bisa tetap berhubungan denganmu untuk membicarakan langkah selanjutnya "     

Ketika mereka asyik berbicara tampak dari kejauhan Ibundanya Amrita datang diiringi para pelayan sambil membawa berbagai jenis makanan pada meja beroda. Amrita dan Pangeran Husen langsung terdiam. Bahkan Pangeran Husen langsung berdiri dan memberikan hormat kepada Ibundanya Amrita.     

"Yang Mulia tidak usah sungkan. Silahkan duduk kembali. Ibunda senang kalian tampak begitu akrab. Semoga pernikahan kalian dapat ditentukan secepatnya setelah kita mencari hari, tanggal dan bulan yang baik untuk melangsungkan pernikahan kalian. " Kata Ibunda Amrita dengan wajah sumringah.     

Ibundanya Amrita sedari tadi sudah gelisah membayangkan bagaimana Amrita akan menolak kedatangan Pangeran Husen atau bahkan akan mengusirnya. Anaknya begitu keras kepala. Anaknya yang begitu moderat karena memang mendapatkan pendidikan dari luar negeri begitu menentang adat perjodohan yang memang sudah membudaya di kalangan mereka.     

Tetapi dari yang terlihat oleh mata kepalanya sendiri. Amrita tampak berbincang dengan santai dengan Pangeran Husen. Itulah perbedaan Amrita dengan gadis yang lain. Dikerajaannya hampir tidak ada anak gadis yang berbicara begitu nyaman dan akrab dengan pria yang baru dikenalnya walaupun itu adalah tunangan hasil perjodohan.     

Para wanita itu biasanya akan bertindak malu - malu dan menundukkan pandangannya. Tetapi Amrita tampak sangat santai dan sesekali malah terlihat tersenyum. Ibundanya Amrita bahkan tidak tahu kalau Amrita malah sudah bertindak begitu jauh dengan Pangeran Abbash. Dan seandainya ayahnya Amrita tahu maka Amrita pasti akan dicambuk seratus kali karena sudah berzinah.      

"Tentu Ibunda... Amrita adalah gadis yang baik, sopan dan menyenangkan. Jika memang Alloh mentakdirkan Amrita menjadi jodohku, tentu Aku akan senang " Kata Pangeran Husen sambil tersenyum.     

Mendengar perkataan dari Pangeran Husen seperti itu, Ibunda Amrita malah tampak mengerutkan keningnya.     

"Mengapa yang Mulia berkata seperti itu. Tampaknya Yang Mulia seperti belum yakin dengan ikatan pertunangan Yang Mulia dengan putri kami " Kata Ibunda Amrita.     

'Heiss.. Ibunda. Pangeran Husen tidak bermaksud ke arah sana. Bukankah segala kepastian itu hanyalah milik Alloh. Jadi kalau pernikahannya belum terlaksana bagaimana mungkin akan ada kepastian " Kata Amrita menenangkan hati ibunya.     

"Aku senang kau akhirnya bisa menerimakan pangeran Husen " ibudanya Amrita berbisik ke telinga anaknya.     

"Ia tidak terlalu buruk." Kata Amrita sambil tersenyum. Sedikitnya sekarang hatinya tenang karena Pangeran Husen berjanji akan mencari tahu keberadaan Pangeran Abbash. Ia sudah sangat merindukan pangeran tampan itu. Ia sangat ingin merebahkan diri di dadanya. Ia ingin mengecup bibir merah Pangeran itu. Ia sangat ingin memadu kasih dengannya.     

Pangeran Husen pura - pura tidak mendengar perbincangan ibu dan anak itu. Ia sibuk mencicipi berbagai makanan khas kerajaan Zamron yang memiliki banyak perbedaan dengan kerajaannya. Kalau kerajaan Azura lebih banyak persamaan dengan negara India dalam soal makanan. Kalau kerajaan Zamron malah lebih mendekati masakan Mongol karena memang keturunan mereka berasal dari sana. Ekspansi Kubilai Khan menjadikan adat istiadat dan keturunun mereka tercampuri budaya dari Mongol.      

Pangeran Husen sebenarnya diam - diam menyukai wajah Amrita yang sangat berbeda dengan wajah gadis di negaranya. Ia seperti Putri Mira yang katanya begitu cantik jelita bagaikan artis dari Tiongkok. Berbadan tinggi langsing, berkulit putih bersih bagaikan pualam, bermata kecil tetapi jeli dan berhidung mancung. Raut wajah mereka cenderung tipis dan lonjong. Rambutnya hitam legam dan lurus.      

Sayang sekali bunga cantik itu bukanlah miliknya. Ia sudah menjadi milik orang lain. Pangeran Husen hanya bisa menyesal mengapa Ia terlambat mendapatkan Amrita. Mengapa harus Pangeran Abbash yang mendapatkannya terlebih dahulu.     

Pangeran Husen tampak mencuri - curi pandang ke arah Amrita yang sedang makan manisan chery. Mulutnya yang mungil bergerak - gerak lucu. Pangeran Husen jadi berkeringat dingin. Ia memalingkan mukanya ke arah lain.     

"Bagaimana kabar istri Yang Mulia ? " Kata Amrita tiba - tiba. Ia tidak sadar kalau pangeran Husen sedang mencuri - curi pandang ke arahnya.     

"Siapa ? Istriku ? Oh.. iya Putri Elisa. Dia baik - baik saja" Kata Pangeran Husen sambil merona merah.     

"Apakah Yang Mulia mencintai Putri Elisa ?" Tanya Amrita.     

"Cinta akan datang setelah terjalin kebersamaan " Pangeran Husen menjawab diplomatis. Tetapi Amrita malah tertawa renyah.     

"Yang Mulia tidak ingin mengakui kalau Yang Mulia tidak mencintainya " Kata Amrita. Pangeran Husen tertawa.     

"Suami yang baik akan tetap menghormati dan menghargai seorang istri walaupun tidak ada cinta. Karena cinta kepada Alloh dan Rosul akan menjadikan seorang suami akan tetap mencintai istrinya walau apapun yang terjadi " Kata Pangeran Husen mendadak bijaksana. Ah.. hati Amrita langsung tersentuh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.