CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Harus Melayaniku



Kau Harus Melayaniku

0Alena yang pertama kali bisa menguasai keadaan. Ia tersenyum manis kepada Pangeran Abbash. Dan Pangeran Abbash membalasnya tidak kalah manisnya. Lesung pipitnya langsung tercetak jelas di pipinya yang mulus itu.     

"Mengapa kau baru datang. Hampir kering pengantin wanita menunggumu " Kata Alena sambil melirik ke arah Lila yang terpaku tidak mampu berkata apapun bahkan Ia sangat sulit untuk mengedipkan matanya.     

"Tidak usah khawatir Yang Mulia.. Nanti akan Aku basahkan lagi" Kata Pangeran Abbash membuat Cynthia hampir terjengkang ke belakang saking kagetnya mendengar perkataan Pangeran Abbash. Ia tahu kalau Pangeran itu buaya darat kelas kakap tetapi kalau mendengar Ia berkata mesum seperti itu, ini baru pertama kalinya.     

Alena malah tertawa kecil, " Silahkan dinikmati, jangan lupa berdoa dulu biar selamat dunia akhirat. " Kata Alena sambil mengedipkan matanya.     

"Jangan khawatir Yang Mulia. Kalau nanti ada kegaduhan sedikit harap dimaklumi dan jangan menerobos masuk ke dalam seperti yang biasanya kasim lakukan kalau ada masalah " kata Pangeran Abbash sambil melihat Lila yang wajahnya kini memerah. Lila langsung menundukkan wajahnya.     

Melihat tingkah Lila yang begitu pemalu membuat Pangeran Abbash langsung jatuh hati. Biasanya selama ini Ia selalu dikelilingi para wanita yang begitu agresif dan terobsesi olehnya. Ia belum pernah berhubungan dengan wanita yang pemalu dan pendiam.     

"Nah, Lila. Kami permisi dulu. Kalau sakit kau berteriaklah jangan malu – malu. Kami semua sudah maklum" Kata Alena sambil nyengir. Pangeran Abbash malah terbahak, tawanya hampir menyembur. Ia baru mengenal Alena secara real sekarang – sekarang ini. Ia benar – benar tidak menyangka kalau istrinya Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota Nizam yang begitu berkarisma dan menggetarkan semua Pangeran di dua puluh negara Aliansi itu berotak mesum.     

Pantas saja tadi Nizam berseloroh kalau Ia harus makan banyak untuk menghadapi Alena. Ternyata memang hanya Alena yang mampu mengimbangi singa Azura itu. Dan pantas saja Nizam berani menghempaskan semua wanita di dalam Haremnya.     

Lila sendiri semakin memerah mendengar perkataan Alena. Rasanya Ia ingin menenggelamkan dirinya ke dalam tanah saking malunya.     

"Sudah Alena, kau jangan menggoda Lila terus menerus. Apa kau tidak melihat kalau pipi Lila sudah panas memerah seperti itu. Kau ini sungguh keterlaluan mesumnya" Kata Cynthia sambil menarik tangan Alena menjauh dari Pangeran Abbash dan Lila.     

"Lila..Jangan lupa dengan janjimu itu " kata Alena sambil mengedipkan matanya kepada Lila. Lila tersedak dan Pangeran Abbash mengerutkan keningnya. Alena dan Cynthia kemudian keluar dari kamar dan menutup pintunya.     

Diluar sudah berderet para pelayan dan penjaga bahkan Alena juga memerintahkan Bastnah untuk mempersiapkan standar pelayanan untuk malam pertama walaupun Alena tidak tahu apakah Lila akan mengalami apa yang biasanya dialami para pengantin mengingat memang Lila bukanlah seorang yang masih gadis. Tetapi Alena tetap mempersiapkan segalanya dengan baik. Alena sangat teliti dan mendetail.     

"Apa yang kau janjikan kepada Putri Alena ?" Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum dan berdiri menyender ke sebuah tiang di dalam kamar. Lila menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibirnya yang merah membasah. Pangeran Abbash merasakan darahnya langsung menggelegak panas.     

"Apakah Aku boleh mendekatimu ? Apakah Kau tidak ingin melihat wajahku ? Apakah kau tidak ingin berkenalan dengan suamimu ? " Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum memikat. Lila mengangkat wajahnya dan rona di pipinya bagaikan lembayung senja hari yang terbias di tepian lereng gunung. Lila memainkan jemarinya dengan gugup.     

Lila sangat tegang. Bahkan bersama Edward saja Ia tidak setegang ini. Wajah Pangeran Abbash begitu membuat dadanya berdebar dengan keras. Lila shock melihat ketampanan Pangeran itu. Mengapa ada pria setampan itu. Bahkan Ia tidak mengira kalau Pangeran itu juga berambut panjang. Rambut itu terlihat mengintip di sebalik penutup kepalanya.     

"Kemarilah !! Tuntun Aku untuk duduk disampingmu " Kata Pangeran Abbash dengan manja kepada Lila. Lila tertegun, mengapa harus Ia yang berdiri dan menuntun Pangeran Abbash. Mengapa bukan Ia yang datang menghampirinya.     

"Ayolah !! Mengapa Kau diam saja. Apakah Kau tidak akan melayaniku malam ini ? " Pangeran Abbash bertanya tanpa tendeng aling – aling. Lila semakin pucat pasi.     

"A..apakah itu suatu keharusan. Ki.. kita baru pertama kali bertemu" Lila berkata dengan suara gemetar. Ia bersumpah kalau Ia bukannya tidak ingin melakukan perintah pangeran Abbash andaikan Ia tidak memiliki rasa malu niscaya Ia bersedia mencium ujung kaki pangeran itu.     

"Kau adalah istriku yang sah menurut agama dan hukum. Aku adalah suamimu sekarang lalu mengapa kau bertanya seperti itu ? Tubuhmu adalah milikku dan malam ini Aku ingin kau layani aku dengan baik" Kata Pangeran Abbash sambil berjalan mendekati Lila. Lila semakin ketakutan, Ia sudah lama tidak mendapat sentuhan seorang pria. Ia bahkan lupa lagi bagaimana rasanya.     

Pangeran Abbash tahu kalau Lila sangat gugup dan ketakutan. Ia merasa heran, tadinya Ia mengira kalau Lila akan begitu agresif karena begitulah biasanya Ia jika bersama para wanita itu. Para wanita itu tidak pernah tahu malu langsung menerjangnya setiap kali Pangeran Abbash bersedia tidur dengan mereka. Walaupun akhirnya mereka langsung menyesali ketika tahu betapa menyakitkan bercinta dengan Pangeran tampan itu untuk pertama kalinya.     

Tetapi kali ini Pangeran Abbash seakan melihat kalau adalah gadis perawan yang tidak tahu apa – apa. Sehingga kemudian Ia berinisiatif untuk mendekatinya terlebih dahulu. Pangeran Abbash kemudian berdiri tegak di depan Lila. Tubuh itu begitu tinggi dan semampai walaupun dia tidak sekekar Nizam tetapi dadanya terlihat tetapi bidang dan lebar.     

Ketika Pangeran Abbash berdiri di depannya. Wajah Lila tepat ada di depan tubuh Pangeran Abbash. Dan Lila semakin ketakutan ketika ada yang menonjol di balik jubah yang dikenakan Pangeran itu. Pangeran Abbash menjadi gemas melihat Lila yang begitu ketakutan. Ia lalu memegang bahu Lila dan memintanya berdiri.     

Lila berdiri dan wajah Pangeran Abbash kini berada di atas wajahnya. Pangeran Abbash melepaskan penutup kepalanya dan tergerailah rambut hitam panjang selembut sutra itu. Rambut itu ternyata terikat sebagian menggunakan ikat rambut. Pangeran Abbash seperti para pendekar dari negeri Tiongkok. Pangeran Abbash sengaja mengikat rambutnya sebagian agar tidak mengganggunya ketika Ia bercinta malam ini.     

Setelah melepaskan penutup kepalanya. Tangannya kemudian merengkuh pinggang Lila dan mendekatkannya ke tubuh mereka. Dada mereka kemudian beradu menimbulkan sengatan listrik pada keduanya.     

"Aku bukan pria munafik yang akan menunda untuk menyentuhmu hanya karena kau tidak bersedia. Seorang wanita yang menjadi istriku harus siap melayaniku kapan saja. Aku tidak suka adanya penolakan. Kau harus paham aturan pertamaku untuk kau patuhi " Kata Pangeran Abbash berbisik di telinga Lila. Bahkan lidahnya dengan nakal menyapu tepian telinga Lila.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.