Hasrat Wanita Bayaran

Keberadaan Choon-hee



Keberadaan Choon-hee

0"Tuan, Sepertinya banyak orang yang sedang mencari Nona Choon-Hee. Sebab ada semacam sayembara yang menginginkan Choon-Hee saat ini." Salah satu pria masuk ke dalam ruangan yang cukup gelap, di dalam ruangan itu ada satu lelaki yang biasa di panggil Tuan oleh mereka. Tuan Zhu namanya, yang sedang tidur di sofa ruang tersebut.     

"Apa maksudmu?" tanya Tuan Zhu heran.     

"Nyonya Berenice membuat sayembara untuk menemukan anak perempuannya, satu kepala musuh satu juta dollar. dan jika membawa Choon-hee dalam keadaan selamat maka akan mendapatkan satu aset alat tempur dan uang yang bahkan bisa membeli satu perusahaan!". Pengawal lelaki itu berkata dengan menggebu-gebu, itu semakin membuat Tuan Zhu sakit kepala. kenapa dia punya pengawal yang terlalu berlebih-lebihan.     

"Biarkan saja, mengapa kau terlalu repot mengurusi hal seperti itu?." Tuan Zhu berjalan ke arah dapur untuk membuat kopi hangat, jam masih menunjukkan 3 pagi.     

"Kau tanya mengapa aku mengurusi hal seperti itu? Tuan, kita harus waspada, bahkan sisa Tim yang kau bawa sudah mulai bermain bunuh bunuhan di luar, kau tau untuk apa? untuk mendapatkan satu juga dollar satu kepala. apalagi Choon-hee ada disini, mereka akan mendapatkan banyak keuntungan dibandingkan bekerja dengan kita". Pengawal lelaki itu menghela nafas kasar, pengawal itu merupakan adik laki-laki dari Tuan zhu. dia tidak bisa mengerti dunia mafia seperti apa. mereka akan membunuh saudara sendiri hanya untuk kepentingan pribadi.     

"Dimana Choon-hee sekarang?." tanya Tuan Zhu pada adik sekaligus pengawalnya itu.     

"Masih dikamar, kalau tidak salah." Jawab Zhou tak yakin, karena dirinya juga tidak keluar kamar sejak mereka sampai disini. Zhu mendengus kasar, langkahnya kasar menuju kamar yang di tempati Choon-hee dan Ternyata pintu masih tertutup, dengan kesal Zhu membuka pintu tersebut. kosong...     

Tak ada siapapun disini, mencari ke kamar mandi, kolong tempat tidur, hingga lemari. tak ada tanda tanda Choon-hee disana.     

"Sial!!. Zhou? apa saja yang kau kerjakan sebenarnya?." Zhu memukul memukul pintu dengan keras, dia menatap kecewa ke Arah adiknya Yang hanya bisa menggaruk kepala dengan tidak merasa bersalah.     

"Sayembara itu membuat semuanya kacau!." Mendengar kata-kata dari Zhu, Zhou hanya memperhatikan kakaknya dengan tatapan malas, ini yang dirinya takutkan jika menculik Choon-hee. terlalu berisiko, lebih baik membuatnya menderita dari pada menculik.     

"Kita harus pergi dari sini kak, sebelum pengkhianat dari Tim kita sendiri datang bersama keluarga Berenice. aku masih sayang kepalaku." mendengar kata-kata dari Zhou. Tentu saja Zhu langsung engangguk mengerti, dengan cepat mereka keluar dari kamar tadi. menyiapkan peralatan dan tidak meninggalkan jejak sama sekali.     

"Apa mereka mengetahui wajah kita?." pertanyaan Zhu membuat Zhou berhenti dari gerakannya.     

"Kurasa Tim kita tidak tau dengan siapa mereka bekerjasama." Zhou berkata dengan sangat yaki, lalu dia mengajak kakaknya keluar dari pintu belakang, menebus dinginya malam pagi dan langit yang masih gelap. rencana mereka gagal dan semua itu karena musuh Edward yang satunya tak terkendali, membuat nyonya Berenice marah besar akibat penculikan anak perempuannya itu.     

Zhu dan Zhou berusaha untuk menyembunyikan diri mereka, sampai semua terkendali.     

****     

Namun lain hal dengan keadaan Choon-hee saat ini, dia terbangun dan merasa kepalanya berputar dan sangat sakit. melihat ke langit langit, masih memproses apa yang sedang terjadi, melihat kesekeliling dan ternyata dirinya berada di sebuah kamar kecil tanpa jendela sama sekali. nafasnya sedikit sesak, untung saja tempat ini masih ada satu penerangan yaitu lampu kecil di langit langit kamar.     

Choon-hee ingat bahwa tadi dirinya mendengar banyak suara ledakan, dirinya di buat ketakutan. banyak orang orang masuk menodongkan senjata api, Choon-hee yang berusaha menenangkan diri hanya bisa pasrah saat tengkuknya di pukul keras dan dirinya pingsan.     

dimana Edwards? apakah Edwards baik-baik saja? Choon-hee takut Edwards kenapa-napa, apakah semua orang tadi datang untuk membunuh Edwards? apakah ini ulah Bella? atau Nyonya Anne?     

Suara pintu terbuka membuat Choon-hee menengok dan memadang datar, dirinya tidak ketakutan sekarang. namun dia merasa khawatir.     

"Siapa kau?." Tanya Choon-hee pelan, seorang laki laki muda tersenyum kepada Choon-hee dengan membawa piring berisi makanan.     

"Nyonya Douglas sudah bangun? atau nyonya Berenice, aku bingung harus memanggil dirimu dengan sebutan apa, kau tidak perlu tau siapa aku. tapi yang kau perlu tau adalah aku berhasil menyelamatkan dirimu dari dua rubah kembar." laki laki itu duduk di bangku, berada di samping ranjang tempat tidur Choon-hee.     

"Makanlah, kau sedang mengandung. hal tadi pasti membuat dirimu syok." mendengar hal tersebut, Choon-hee hanya memandang makanan di depannya dalam diam. dirinya bingung untuk makan atau tidak? laki laki ini benar, bahwa dirinya sedang mengandung dan perlu mendapatkan asupan yang lebih banyak.     

"Aku akan makan, tapi bisa kau beritahu dimana suamiku?." tanya Choon-hee pelan, laki laki didepannya tersenyum lagi. senyum manis dengan satu lesung di pipi kirinya.     

"Sejujurnya aku tidak tau dimana suamimu, kau diculik seorang diri dari dua orang lelaki yang membawamu ke tempat ini. yang kudengar dari kabar burung, kau di culik oleh salah satu Mafia pembuat Bom terbaik di tenggara. sedangkan suamimu? aku tidak mendengar kabarnya, keluarga Berenice juga tidak memberitahu". Choon-hee memperhatikan setiap perkataan yang laki laki ini ucapkan, tidak ada kebohongan. apakah dirinya harus percaya?.     

"Lalu kenapa kau membawaku kemari? tidak membawaku pulang?". tanya Choon-hee jujur.     

"Terlalu sulit membawa keluar dari tempat ini, ibumu membuat sayembara di dunia mafia dan agen di seluruh dunia. satu juta dollar untuk satu kepala musuh yang menculik dirimu, dan beberapa hadiah lainya jika bisa membawamu pulang. jika wajahmu terlihat, maka akan ada pertumpahan darah di depan matamu sendiri. mereka mungkin tidak akan menyakiti dirimu, namun psikologmu pasti terganggu karena ulah mereka". Kata Lelaki itu lagi.     

"Dan kau salah satu dari mereka?". ucap Choon-hee sedikit sinis.     

laki laki itu hanya tertawa dan menaruh makanan yang dia bawa tadi di atas meja. "Makanlah dulu, akan kuceritakan kenapa aku membawa dirimu kemari". lelaki itu hanya berkata lembut, dia terlihat tidak mau menyakiti Choon-hee sama sekali.     

Choon-hee mengangguk mengerti, dengan perlahan dia mengambil piring tadi dan menyuapkan makanan hati hati kedalam mulutnya. dirinya berharap tidak ada racun di makanan ini yang akan menyakiti anaknya nanti.     

"Ceritakan". kata Choon-Hee dengan mulut yang masih mengunyah.     

"Kau benar-benar perempuan tenang, aku tidak percaya mengapa orang orang itu menculik dirimu. pasti bukan masalah yang ada dirimu, tapi di keluarga besarmu? atau mungkin karena sekarang kau memakai cincin itu?." Lelaki tadi menunjuk cincin yang cukup menarik mata, itu adalah cincin yang di berikan oleh ayahnya untuk Choon-hee. Choon-hee menengok sebentar ke arah cincinnya dan hanya menghela nafas pelan.     

"Ceritakan saja kenapa kau membawaku". Choon-hee berucap malas, dirinya hanya ingin tau kenapa laki laki ini membawanya. bukan ingin tau hal lainya.     

"Kau tidak sabaran Nona, baiklah akan kuceritakan. aku adalah seorang guru yang mengajar di desa ini, tadi malam aku sempat mendengar ledakan dari sebrang danau, saat aku periksa ternyata sebuah helikopter yang di ledakan secara sengaja. dan beberapa orang berpakaian seperti Tim membawa dirimu ke desa ini. aku melihat bahwa ketua mereka adalah dua lelaki, kurasa mereka adik kakak". kata Lelaki itu     

"Ceritamu tak masuk akal". jawab Choon-hee jujur, dia bukan orang bodoh yang mempercayai bahwa laki laki ini seorang guru.     

"Aku hanya mengetes dirimu saja Nona, ternyata kau tak sepolos dan bodoh seperti yang kulihat". katanya lagi     

"Kau terlalu menganggap remeh diriku kalau begitu". Choon-hee menatap sombong ke arah lelaki tersebut.     

"Tidak mungkin aku menganggap remeh menantu keluarga Douglas, dan calon penerus keluarga Berenice". laki laki itu mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku celananya dan juga satu buah apel. mengupas kulitnya dalam diam, dan memotong di bagian bagian terkecil. menaruhnya di piring kecil bekas tatakan untuk teh hangat yang dibawanya juga untuk menantu keluarga Ettrama. "Makanlah juga buahnya". dia terlihat sangat baik, tapi choon-hee tidak mau langsung percaya.     

"Kenapa kau begitu baik? apakah hadiah dari sayembara itu benar benar kau inginkan?". Choon-hee memakan apel yang sudah dikupas, dirinya memang selalu ingin makan buah semenjak hamil.     

"Semua akan memperlakukan dirimu dan anakmu dengan baik dimanapun kalian berada, kalian adalah orang orang terpandang. uang bisa membeli keselamatan kalian, kenapa kau harus mempertanyakan perhatianku?". tanyanya dengan suara santai.     

"Hanya ingin tau kebenaran saja". Choon-hee mengunyah sekali lagi apel di tangannya.     

"Kau tau kebenarannya kenapa aku membawa dirimu kemari Nona, Uang yang ditawarkan sangat besar. apalagi bagi diriku yang hanya mempunyai satu gubuk kecil seperti ini, aku berteman dengan beberapa mafia, aku mendengar kabar sayembara ini dan entah kebetulan dari mana aku melihat saat dua perempuan yang membawamu ternyata berada di desa ini. desa tempatku tinggal, tidak ada yang tau kau disini. aku hanya ingin kau aman karena aku tau kau sedang hamil". sekali lagi ucapan dari lelaki itu tidak Choon-hee percayai, namun demi menjaga diri. Pada akhirnya Choon-hee hanya perlu mengiyakan saja.     

"Kau tidak punya keluarga?". tanya Choon-hee berpura-pura baik.     

"Dulu punya, tapi karena aku tidak punya apa apa. mereka meninggalkan aku". laki laki itu tetap tersenyum walaupun mengatakan hal yang menyedihkan.     

"maafkan aku, aku tidak bermaksud menyinggung hal lama". Choon-hee menelisik sedikit wajah lelaki itu     

"Tak apa, itu bukan hal yang harus aku sembunyikan". katanya pelan.     

"Lalu siapa namamu?". tanya Choon-hee     

"Namaku? kau bisa memanggilku Sam". dia tersenyum manis, memang wajahnya benar-benar terlihat baik.     

"Namamu bagus, kau juga terlihat baik". kata Choon-Hee.     

"Aku tidak sebaik ya kau kira, kau tau bahwa aku membutuhkan uang dari sayembara mendapatkan dirimu". Kini Choon-hee yang tersenyum manis, semua orang memang tidak bisa lepas dari uang.     

"Ya aku tau, tapi setidaknya kau mau repot-repot mengajakku mengobrol dan bersikap santun padaku. mungkin jika orang lain yang mendapatkan diriku akan membiarkan aku saja, asal aku tidak mati dan terluka". laki laki itu tertawa mendengar ucapan lugas yang disampaikan menantu keluarga Berenice     

"Aku senang mendapatkan teman mengobrol dan sudah lama juga dirumah ini tak ada tamu. jadi apa salahnya jika aku menyambutmu dengan baik". Sam menghela nafasnya dengan pelan.     

"Terimakasih, perkataan dirimu membuatku tenang. setidaknya sekarang aku tau Bahwa aku dan calon anakku berada di tempat yang aman." Choon-Hee berkata sambil mengelus pelan Perutnya.     

"Ya, tidak mungkin mereka menggores sedikitpun luka ke kulitmu. Kau punya keluarga yang cukup berpengaruh, di tambah suamimu yang merupakan keluarga Kaya raya. Aku rasa kau memang menjadi incaran yang sangat di cari." Sam tertawa lagi. namun tawa dari bibirnya cukup aneh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.