Hasrat Wanita Bayaran

Langit malam bersama dengan dirimu



Langit malam bersama dengan dirimu

0(Choon-Hee POV)     

aku menangis sebal setelah mengakhiri panggilan telepon dengan Edwards, tadinya aku baik-baik saja. Tapi mood di hatiku mendadak buruk dan sepertinya aku ingin sekali menangis kencang dan memukul pundak Edwards yang senang sekali mempermainkan hatiku. apa-apaan dia itu? menelpon tanpa meminta maaf sama sekali, padahal dia membuat hatiku sakit kemarin. lelaki itu benar-benar, terlihat tidak merasa bersalah sama sekali. ingin rasanya aku memukul wajahnya agar tidak terlihat tampan lagi.     

Aku menghela nafas, lalu mulai merebahkan tubuh di atas tempat tidur. mataku menatap langit-langit kamar, masih sambil mengelus perutku yang memang masih sangat rata.     

Di balik lamunan yang aku rasakan saat ini, satu dentingan pesan membuatku melihat ke arah layar.     

Satu pesan yang di berikan oleh Edward.     

[Lima menit lagi aku sampai di Mansion Keluargamu, tolong turun dan berjalan ke arah taman belakang. aku akan menunggu Disana, Pastikan tidak ada yang melihat kita.]     

aku langsung Tersenyum senang membaca pesan yang dia sampaikan, aku langsung bangun dari tempat tidur dan mulai berjalan ke arah lemari. memakai sweater tebal dan celana panjang, aku memoles sedikit lipstick dan memakai minyak wangi. setelah itu aku langsung berjalan turun melewati anak tangga satu persatu.     

Melihat ke kanan ke kiri, tidak ada siapa-siapa. aku menghela nafas panjang, lalu kembali berlari untuk menemui Edwards. aku benar-benar merasa senang karena untuk pertama kali aku bertemu dengannya secara sembunyi-sembunyi begini, maksudku. kami Seperti kekasih yang baru pacaran dan tidak di setujui.     

aku membuka pintu belakang dan ternyata ada banyak pengawal disana, aku tersenyum manis ke arah mereka. "aku mau berjalan-jalan, jangan temani aku." Aku berkata dengan cukup jelas, mereka hanya mengangguk sopan. aku langsung Tersenyum dan berlari kecil, aku sudah berada di antara taman dan bangku yang diterangi lampu taman. dimana Edwards?.     

Aku memeluk diriku Sendiri sambil melihat ke kanan ke kiri, tak lama Pundakku di tepuk oleh seseorang, aku menengok ke arah belakang dan langsung Tersenyum. saat aku melihat wajah Edwards yang begitu manis.     

"Menunggu lama?." Dia berbisik pelan sambil melihat ke sekitar.     

"Tidak, baru saja. ada apa kau mengajak diriku ke luar?." Tanyaku padanya.     

"Aku kau mengajak dirimu ke suatu tempat, ayo ikut aku." Dia menarik tanganku, kami sedikit berlari melewati pohon-pohon besar yang ada di taman belakang.     

melewati salah satu pintu yang merupakan penghalang antara Mansion keluarga Berenice dengan hutan yang ada di belakangnya. Aku baru pertama kali keluar melewati pintu ini, entah darimana Edwards mendapatkan informasi tentang pintu seperti ini.     

"Kita mau kemana?." Tanyaku, aku sudah menggenggam tangannya cukup kencang.     

"Tempat yang indah, ikut saja." Dia berbisik pelan, aku hanya percaya padanya saat ini. Menggenggam tangannya dengan begitu erat, aku tidak tau apa-apa. tapi aku hanya ingin merasakan banyak waktu yang terlewati hanya untuknya. untuk Edwards seorang.     

telingaku mendengar sebuah suara yang tidak asing, sepertinya suara air yang mengalir Dengan deras. mataku melihat ke sekeliling, kami naik ke sebuah bukit. lalu tidak lama Hamparan rumput yang tertata dengan baik dan air terjun yang begitu indah langsung terlihat oleh Mataku.     

"Dimana kita?." Aku masih tidak mengerti ada tempat seperti ini.     

"Ini tempat pelatihan para pengawal keluarga Berenice, tapi di jam segini semua pengawal kembali ke Kamp masing-masing. jadi disini sangat sepi, kita bisa menatap langit yang di penuhi bintang-bintang lebih jelas. ada air terjun dan suasananya sangat romantis, aku sudah lama mau membawa dirimu kemari. karena aku tau kau pasti sangat menyukainya." Ucapan Edwards membuatku tersenyum, aku langsung memeluknya dari samping. sikap manjaku kembali lagi, walaupun Edwards sudah menyakiti aku dengan kata-kata buruknya, tapi aku tetap memaafkan dia lagi dan lagi.     

"Terimakasih, apakah ini kencan?." Tanyaku sedikit Bercanda.     

"Lebih dari kencan, bulan madu kita sempat tertunda kan? karena banyaknya masalah. Jadi sekarang kita bisa melakukan banyak hal walaupun jarak terkadang memisahkan, aku tidak tau apa yang kau sukai dan tidak kau sukai. tapi aku tau kau selalu suka melihat langit malam, entah apa yang membuatmu menyukai hal tersebut. Tapi aku berharap Bahwa kau menyukai hal-hal sederhana yang aku lakukan padamu. maafkan aku Choon-Hee, terkadang sikapku yang buruk dan berubah-ubah selalu mengecewakan dirimu." Ucapan Edwards membuatku terharu, aku memegang lengannya dengan lembut dan menatap matanya cukup dalam.     

"kenapa kau selalu meminta maaf? walaupun aku tau kau salah, tapi jangan katakan hal seperti itu. aku mencintaimu Edwards, cinta ini saja sudah cukup membuatku selalu memaafkan dirimu. Walaupun kau berubah-ubah, aku tau ada sesuatu yang membuatmu harus melakukan hal seperti itu. Edwards? percayalah, cintaku ini adalah cinta paling tulus yang pernah aku berikan pada seseorang. Dan cintaku ini adalah cinta paling besar yang pernah aku berikan. Aku tidak peduli orang berkata aku bodoh, aku hanya peduli bahwa kau akan selalu ada di sampingku." Aku mengecup pelan bibir Edwards, dia masih membuka matanya dan membeku di tempatnya. aku mencium dan melumat sedikit, rasa bibirnya sangat manis dan dingin. Aku tau Bahwa dia memang selalu paham apa saja yang aku inginkan. dia selalu datang saat aku butuhkan, Edwards.. Dia segala-galanya.     

"Terimakasih ya Choon-hee, hanya kau yang mau bertahan di saat kondisi kita tidak jelas Seperti ini. Tapi bolehkah aku bertanya satu hal?." Tanya Edwards, dia memeluk diriku dari depan. Tapi menahan tubuh kami agar tidak terlalu dekat, matanya menatap jelas mataku. Aroma nafasnya mengendus di sekitar wajahku, aku sampai menahan diri untuk tidak mendorong tubuhnya dan memperkosa dirinya sekarang.     

"Apa? katakan saja, apa yang mau kau Katakan sayangku? apapun itu. aku pastikan bahwa aku akan menerima semua pertanyaan darimu." Aku memegang lembut pipinya, lalu tersenyum Dengan begitu manis.     

"Bagaimana jika suatu hari nanti kau tidak akan pernah menemukan diriku?." Satu pertanyaan yang membuat seluruh akal sehatku mendadak mati rasa, kenapa? kenapa dari banyaknya pertanyaan, dia malah bertanya hal yang tidak mau aku dengar?.     

"Kenapa aku tidak bisa menemukan dirimu.? kau akan pergi kemana? tidak ada satupun tempat yang bisa menyembunyikan suamiku ini, dariku. aku.. Choon-hee Berenice, akan melakukan apapun untuk menemukan dirimu. Itu adalah sumpahku." sekali lagi aku mencium bibirnya, dan dia langsung melepaskan ciuman kami. Dia memeluk diriku dengan erat, sangat erat. Dia mengendus aroma rambutku lalu aku merasa dia menghela nafas panjang.     

"Bagaimana jika aku Mati? apakah kau masih Bisa menemukan diriku? Kekuasaan yang kau punya tetap tidak akan bisa mengembalikan aku ke dunia ini." kata-katanya sekali lagi menghantam lubuk hatiku yang paling dalam.     

"Jika kau mati, maka aku akan mati. Aku akan menemukan dimanapun dirimu berada, lalu kita bisa terlahir kembali." kataku dengan perlahan, aku rasa Edwards tidak akan menyukai apa yang aku katakan. Mungkin saja dia akan menyinggung hal lain dari perkataanku saat ini.     

"Jangan begitu, tidak semua cinta yang mati berarti kita juga harus mati. Yang lebih tepatnya sekarang, bisakah kau hidup bahagia dan tidak memikirkan aku? hidup bahagia bersama anak-anak kita, jangan pernah melihat ke belakang dan percaya saja Bahwa aku menunggu dirimu di surga. Karena jika kau berkata akan mati juga, siapa yang akan menjaga anak-anak kita?." Pertanyaan Edwards lagi-lagi membuatku Terdiam, dia benar. Jika kami sama-sama mati, anak kami siapa yang akan menjaga?.     

"Tapi, bisakah kau jangan mengatakan hal seperti itu? memangnya hal apa yang akan kau lakukan, hingga membuatmu percaya akan cepat mati? kau ini membuatku takut, kau tau kan? aku tidak bisa mendengar hal-hal buruk seperti ini. Ayolah Edwards, kita katakan saja hal-hal manis." aku mulai merajuk, di suasana yang sangat romantis begini. bisa-bisanya dia berkata tentang kematian. Astaga! sakit otakku mengikuti jalan pikiran Edwards.     

"aku tau, maafkan aku. ayo kita duduk di batu besar itu, kita bisa melihat langit lebih dekat." Katanya padaku, dia menarik tanganku dan kami duduk di sana, sambil memandangi langit malam yang benar-benar terasa lebih dekat. aku menyandarkan kepalaku di pundak Edwards, dia mengelus rambutku dengan lembut .     

"Nah, kalau begini lebih baik." kataku lagi, dia langsung tertawa dan hal itu membuatku ikut tertawa.     

"aku mau anak kita akan seindah bintang-bintang di langit itu, mereka akan hidup bersama ibu yang menyayangi mereka, mendapatkan banyak kasih sayang, Menjadi manusia yang saling mencintai satu sama lain, murah senyum, baik hati Seperti ibunya. aku juga mau anak-anakku nanti bisa melihat bagaimana ibunya begitu luar biasa indah, cantik dan menarik. ibunya adalah sosok yang membuat ayah mereka jatuh hati hingga lupa diri." Ujar Edwards dengan suara yang sangat seksi, aku yang mendengar hal itu langsung memeluknya lebih erat. Mencium sekali lagi aroma tubuhnya yang harum.     

"Aku juga mau anak-anak kita nanti sehebat dirimu, punya rasa sabar yang begitu besar, pintar, hebat, tidak takut akan apapun. Aku juga mau mereka selalu menghormati orang-orang yang ada di sekitar mereka, menjadi pribadi yang baik dan sempurna'. aku mau, mereka mengerti bahwa ibu mereka begitu bahagia dan mengerti arti hidup ini karena ayahnya sangat luar biasa! aku mau mengatakan pada mereka Bahwa, bahwa tanpa Seorang Edwards Salvador Douglas. Choon-hee Berenice Tidak akan pernah bahagia selama hidupnya. Ayah mereka membawa banyak kebahagiaan bagi ibu mereka. Anak-anakku harus tau hal itu." Aku mengatakan semuanya tulus dari dalam hati, Aku mendengar Edwards yang tertawa kecil lalu sekali lagi dia mengecup keningku.     

"Aku beruntung mendapatkan istri sebaik dirimu." Kata Edward pelan.     

"Aku beruntung mendapatkan suami seperti dirimu." aku menimpali dengan cepat.     

"Kita beruntung saling Bertemu dan berbagi semuanya." kataku dan Edward secara bersamaan, kita memandang langit dan menghabiskan banyak waktu malam itu. walaupun mereka tau, malam itu hanya akan menjadi kenangan saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.