Hasrat Wanita Bayaran

Kabar buruk



Kabar buruk

0Ini kode Reedem untuk 100 koin, Bagi 8 orang tercepat. Kode di bawah ini kamu copy lalu cari kata (menebus atau Reedem). klik tulisan menebus lalu masukan kodenya. Jika ada tulisan failed, berarti kodenya sudah terpakai 8 orang. Jadi, semoga kalian beruntung ya!!     

Happy reading!!     

AB9AYLABAXMFRFSAA     

*******     

Edwards berlari kencang sekali, saat dia melihat istrinya yang terkapar di bawah tumpukan salju. "Choon-hee!!! astaga! bangun hei!! bangun!!." Edwards menarik cepat tubuh istrinya yang sudah kedinginan, Edwards menggendong dan memeluk istrinya dengan begitu erat. Matanya sudah memerah menahan Air mata yang ingin keluar.     

"Bawa kami ke rumah sakit sekarang!!!!." Kata Edwards lagi, pada pengawal yang ada di sana. Mereka langsung mengangguk, Edwards berlari membawa Istrinya untuk masuk ke dalam mobil.     

Dia menelan ludah susah payah, matanya benar-benar panas saat ini. Otaknya Tidak bekerja dengan baik-baik saja, Mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba berhenti saat melihat banyak barang-barang yang terlempar ke jalanan. Badai salju yang terjadi membuat keadaan sekitar jadi berantakan.     

"Tuan, jalanan sangat berantakan. lebih baik kita menelpon yang lainnya untuk membawa helikopter." Kata pengawalnya.     

"Cepat lakukan!." Kata Edwards, Pengawal itu mengangguk lalu mulai menelpon seseorang yang akan membawa helikopter.     

Percakapan itu terasa sangat lama, Edwards sudah harap-harap cemas. dia tidak tau apakah di saat Seperti ink Helikopter bisa terbang.     

Edwards mengusap-usap telapak tangan Choon-hee, menatap wajah istrinya yang semakin pucat saja.     

"Bagaimana!!! apakah tidak bisa lebih cepat!? sialan!!!." Edwards benar-benar marah, dia yang biasanya sangat hati hati dalam bicara dan lebih banyak diam. sekarang sudah memaki para pengawalnya yang terlalu lambat.     

"Helikopter akan segera sampai Tuan, tapi kita harus berjalan ke salah satu gedung. Tidak ada landasan yang bagus disini, semua jalanan tertutupi salju dan mobil-mobil yang terkena badai." Ucapan pengawalnya hanya di tanggapi helaan nafas Oleh Edwards.     

Edwards langsung keluar dari dalam mobil, masih dengan menggendong Tubuh Choon-hee yang untungnya tidak terlalu berat.     

"Tunjukkan jalannya!!." Edwards berteriak kepada semua pengawalnya, mereka semua sudah berlarian menunjukkan salah satu gedung yang bisa di jadikan landasan helikopter.     

Edwards sudah berkeringat banyak, dia terus berlari. menaiki Satu persatu tangga sebuah gedung. Lift tidak dapat di gunakan saat terjadi badai seperti ini, Edwards tetap berlari dan berlari. Nafasnya di jaga dengan baik, matanya memperhatikan tangga lalu wajah Choon-hee.     

Keresahan hati terlihat' jelas di mata Edwards, entah sudah berapa banyak tangga yang di pijak oleh kakinya. Walaupun saat ini kakinya benar-benar pegal, dia tetap bertahan. Tetap berlari dan tetap menjaga tubuh istrinya baik-baik saja.     

Keringat itu sudah bercucuran dan nafas Edwards semakin sesak. Matanya memerah panas, dia mau menangis dan berteriak. Edwards berharap bahwa istrinya tidak kenapa-napa.     

Saat sudah sampai di ujung tangga paling atas, pintu tersebut terbuka. Bunyi suara helikopter sudah memenuhi telinga Edwards. Mereka langsung naik ke dalam helikopter tersebut. Bergerak naik dan terbang menebus langit malam, Edwards sudah tidak melihat lagi keadaan yang ada di bawah sana. Yang menjadi hal terpenting baginya adalah keadaan Choon-hee.     

Hanya beberapa menit saja, Helikopter itu berhenti di salah satu rumah sakit besar di kota ini. Edwards melihat beberapa suster membantu membawa tempat tidur dorong. Edwards keluar dari helikopter dan menaruh Choon-Hee ke tempat itu, Tubuh istrinya langsung di dorong dengan cepat.     

Masuk ke dalam satu ruangan, Edwards melihat darah yang keluar dari selangkangan istrinya. nafasnya Edwards semakin sesak, matanya sudah mengabur. Tak lama Edwards mengeluarkan air mata yang sejak tadi dia tahan.     

"Selamatkan istriku!." hanya itu yang Edwards Katakan, saat seorang dokter memeriksa keadaan Choon-Hee.     

Detik yang terlewati terasa sangat lama, Pandangan mata Edwards terus saja menatap Tubuh istrinya. pemeriksaan demi pemeriksaan di lakukan, entah berapa kali suster disana bolak-balik untuk membersihkan darah di selangkangan Choon-Hee itu. belum lagi pemeriksaan lainnya..     

Edwards memang tidak mau menunggu di luar ruangan, dia tidak mau sampai istrinya kenapa-napa. ini negara orang lain, banyak orang yang mau menjatuhkan Edwards. Dan takutnya Kondisi istrinya Semakin parah oleh orang-orang Seperti itu.     

Setelah menunggu sangat lama, barulah dokter yang merawat Choon-hee mendesah nafas panjang.     

"Bagaimana? istriku baik-baik saja kan?." Edwards bertanya dengan penuh harap.     

"Istri anda baik-baik saja Tuan, tapi.." Dokter itu menjeda ucapannya.     

"Apa!!?." Tanya Edwards tidak sabar     

"Istri anda keguguran, sepertinya serangan panik membuat janin yang dia kandung Tidak bisa bertahan. Apalagi sepertinya istri anda punya semacam penyakit kista, membuat janinnya Semakin tidak bisa bertahan." Ucapan dokter saat ini membuat seluruh nafas Edwards seakan sesak. Apapun yang masuk ke dalam dadanya sekarang benar-benar menghancurkan setiap pembuluh darah dan otak Edwards. Edwards langsung terjatuh di lantai, dia memandangi kosong lantai di bawah kakinya. Matanya sudah terasa begitu kosong, Edwards berharap Bahwa ini adalah mimpi.     

"Tidak? bagaimana bisa? hahahahahaha.. seharusnya, seharusnya aku tidak membawanya ke tempat seperti itu.. bagaimana bisa Tuhan sangat jahat?." Edwards berkata sendiri, dia sudah menangis sambil tertawa pelan. Tangisannya semakin pecah, air mata yang memang sudah di tahan sekarang mengalir sangat deras. Edwards menangis sekencang mungkin, bahkan dokter dan suster yang ada di sekitarnya memilih untuk mundur beberapa langkah, mereka bingung dengan situasi seperti ini.     

"Tuan, ijinkan saya pergi dan memberikan obat untuk Nona ini." dokter berkata dengan suara pelan, dia takut melakukan sesuatu yang membuat Edwards Semakin marah dan resah.     

"Pergilah!!!! sialan! dokter tidak berguna!!! pergi kalian!!! anakku kalian ambil!!." Edwards berteriak dan menangis lagi, dia meringkuk ke bawah lantai dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. dokter dan suster sudah keluar, dia sangat paham Bahwa kehilangan memang tidak baik bagi seseorang.     

Edwards terus menangis, dia menyalahkan dirinya sendiri. Karena terlalu bodoh! ya, Edwards sangat bodoh! Bagaimana dia bisa terlihat baik-baik saja sekarang, sedangkan hal ini bisa terjadi karena dirinya. Karena dia terlalu bodoh membawa Choon-Hee ke tempat yang berbahaya, tempat yang bisa saja terjadi badai salju. kenapa? kenapa sejak dulu Edwards selalu menghancurkan kebahagiannya sendiri?     

Kenapa dia tidak pernah berpikir dengan baik, jika mengenai Kebahagiaan dan dalam menjaga orang yang penting baginya? Edwards bangun dari lantai dan menghapus air matanya perlahan. dia berjalan ke arah Choon-hee yang masih terbaring belum sadarkan diri.     

"maafkan aku Choon-hee, bagaimana bisa aku melakukan banyak hal buruk padamu? seharusnya aku tau, aku tau Bahwa dirimu butuh perlindungan yang lebih baik. aku benar-benar tidak berguna! aku tidak berguna dan sangat bodoh!!." Edwards berkata sambil memukul-mukul kepalanya, air matanya terus saja mengalir. rasa bersalah atas kehilangan anak mereka, membuat Edwards semakin terpuruk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.