Hasrat Wanita Bayaran

Leonardo yang menggemaskan



Leonardo yang menggemaskan

0Lily berjalan-jalan di sekitar taman, dia mendengar suara tembakan beberapa kali. dia pikir ada sesuatu yang tidak baik, tapi saat dia sampai di sana. hanya melihat beberapa pengawal yang sedang melakukan beberapa latihan. Lily juga melihat calon adik iparnya yang bernama Leonardo, sedang belajar menembak dan selalu tepat sasaran. mereka tertarik, dia mulai berjalan kesana dan mulai melihat-lihat.     

"Hai.. Leonardo." Lily menyapa dengan senyum yang sangat manis.     

"Hai kakak Lily, kau punya waktu senggang. bermainlah dengan diriku, kau pernah menembak?." Tanya Leonardo pada wanita di belakangnya.     

"Tidak, Tidak pernah. bagaimana caranya? bisakah kau ajarkan aku?." Tanya Lily.     

"Tentu, kemarilah.. aku akan ajarkan teknik khusus untukmu." ujar Leonardo dengan sangat bersemangat.     

"Kau terbiasa melakukan ini?." Lily bertanya sambil melihat-lihat beberapa Pistol yang dia rasa sangat asing, ya.. karena Lily memang tidak pernah melihat pistol sebelumnya.     

"Ya.. Kami terbiasa melakukan hal ini untuk kebaikan bersama, lebih tepatnya. Untuk menjaga diri jika sewaktu-waktu tidak ada pengawal." lelaki itu tersenyum kecil, dia memberikan salah satu pistol yang dia rasa cukup nyaman di gunakan untuk belajar.     

"Baiklah, ajarkan aku." Kata Lily lagi.     

"Oke, tips menembak ini dari pakarnya, Travis Haley, seorang instruktur menembak, yang dikupas habis dalam tembakan 'Magpul Dynamics : The Art of Dynamic Handgun'. 3 Teknik Dasar Menggenggam Pistol Yang Efektif ini tidak boleh kita lewatkan agar kita mendapatkan perkembangan yang lebih baik!     

Tapi sebelum itu, ada istilah-istilah asing yang perlu kau pahami dalam menggali teknik yang di presentasikan oleh Tim Magpul Dynamic ini. Weapon hand , adalah tangan mana yang terbiasa menarik pelatuk. Kalo kau kidal, berarti tangan kirimu kita sebut Weapon Hand. Reaction Hand , adalah tanganmu yang mensupport weapon hand.     

Oke? Kau paham? Kita bisa mulai?." Tanya Leonardo pada calon kakaknya itu.     

"Ya.. aku tidak sabar, Langkah apa selanjutnya." Kata Lily.     

"Pertama , Genggam grip pistol dengan senjata tangan secara penuh & konsisten. Genggam dengan erat. Mengapa demikian? Karena genggaman tersebut akan memberikan resistensi ke arah senjata tangan saat pistol meletus. Kalau GBB (gas blow back) pistol sih tidakterlalu berasa, tapi kalo kaupegang senpi/real steel…baru kita mengerti pentingnya menggenggam dengan benar. Jangan lupa, angkat jari! Telunjuk mengarah ke depan sejajar dengan laras. Kalo kausudah siap menembak, jari telunjuk senjata tangan siap menekan trigger. Seperti ini, ingat baik-baik." Leonardo mulai memberikan arahan yang baik pada Lily, wanita itu Mengangguk paham untuk langkah pertama.     

"Ya.. aku paham, cukup rumit untuk pelajaran pertama." Katanya sambil tertawa.     

"Tentu saja, sebuah ilmu dan pelajaran tidak akan mudah saat mengikuti kelas pertama." ujar lelaki yang cukup menguasai ilmu penembakan.     

"Kedua , perhatikan bidang pistol yang akan di genggam tangan. Area tersebut adalah area prioritas yang harus kaututupi menggunakan tangan reaksi. Area yang diberi warna kuning adalah area prioritas yang harus ditemukan oleh reaction hand.Tempel telapak tangan bagian senjata tangan seperti ini, lihat tangangku...Jempol mengarah ke depan, sejajar dengan laras. Jari-jari mengambil sudut 45 derajat. Lalu genggam dengan erat. Simpan jari-jarimu di bawah trigger guard. Posisi akhir nanti seperti ini.." Leonard memperlihatkan bagaimana cara memegang yang benar, Lily beberapa kali bingung.. Namun Karena lelaki di sampingnya adalah orang yang sabar, maka dia mengajarkan dengan sangat hati-hati dan mudah di terima dengan baik oleh pikiran Lily.     

"Ahhh.. aku mulai paham." Kata Lily, setelah melihat tangannya sudah benar memposisikan pistol Tersebut.     

"Ketiga , Jika pistol yang kau pegang memiliki Beavertail-nya .sebagian besar pistol punya beaver tail, biasanya model pistol seperti M1911 & Hi-Capa. Beavertail letaknya ada di sebelah kanan di bawah hammer, ini yang ini.. kau lihat?." Tanya Leonardo, dan Lily Mengangguk.     

"Pastikan tidak ada gap/jarak antara beaver tail & menyempurnakan tangan anda (selaput antara jempol & telunjuk) seperti ini.. Hal tersebut berguna untuk memberikan tahanan saat ada mundur kebelakang. Prinsip ini berguna untuk mengarahkan mundur agar moncong/moncong tetap stabil menghadap ke depan. jangan sampai ada jarak.. harus benar, ayo. Lily di coba menembak satu peluru..." Kata Leonardo pada wanita di sampingnya, Lily mengangguk dan..     

Dor...!     

Satu tembakan melesat tidak jelas di depan sana. Tapi wanita itu langsung tertawa girang, karena Tembakan Tersebut membuatnya jadi lebih senang.     

"Seru sekali astaga!!." Kata Lily dengan tawa yang kencang.     

"Ayo coba sekali Lagi." Kata Leonardo,     

Dor....     

Tapi lagi lagi tembakan itu tidak jelas kemana arahnya     

Lily mencoba belajar menembak beberapa kali, Pikirannya yang sedang tidak fokus, membuat dirinya sangat bodoh untuk kelas menembak pertama kalinya.     

"Kau kenapa? rasanya semangat yang terlihat di wajahmu itu seperti bermain-main." Leonardo memegang tangan Lily dengan gerakan pelan, wanita yang tadi sedang tertawa bahagia. beberapa detik kemudian sudah murung, ada apa?     

"Aku hanya sedang membayangkan banyak hal saja." Katanya dengan serius, matanya menatap Ke arah Leonardo.     

"Jangan dicoba lagi, kau sedang dalam mood yang buruk." Leonardo memegang tangan Lily dengan lembut lalu menurunkan tangannya perlahan. Lily menghela nafasnya pelan, moodnya yang mudah sekali berubah-ubah membuatnya jadi mudah lelah juga.     

"Maaf, aku terlalu bodoh untuk mengerti." Ujarnya yang merasa bersalah..     

"Jangan katakan itu, tidak semua orang mempunyai kemampuan di semua bidang. mereka yang menertawakan dirimu juga belum tentu mampu." Leonardo memberikan semangat pada wanita itu, Setidaknya ucapan lelaki di sampingnya cukup membuat Lily lebih tenang.     

Lily duduk di atas rerumputan lalu membaringkan tubuhnya dan menatap langit sore hari. Nafasnya bersahutan karena terlalu lelah..     

Leonardo yang melihat itu ikut duduk disampingnya dan tersenyum kecil melihat tingkah Lily yang sangat apa adanya..     

"Pantas saja kakakku sangat mencintai dirimu, kau cantik dalam keadaan apapun. wajah polos yang kau punya itu menambah banyak kesan tersendiri." Puji Leonardo pada wanita yang hanya Menganggukkan kepalanya pelan.     

"Aku tidak cantik, banyak perempuan di luar sana yang cantiknya bahkan lebih lebih dariku." Jawabnya, moodnya Benar-benar buruk. Kata dokter, dia terlalu banyak meminum obat dan mudah sekali membuat mood di dirinya berubah-ubah dengan cepat.     

"Tapi kecantikan mereka adalah kecantikan buatan, tidak denganmu.. kecantikan yang kau miliki alami." Leonardo berkata jujur.     

"Terimakasih atas pujiannya." ujar Lily.     

"Kau masih ingin disini?." Tanya Leonardo.     

"Ya.. aku akan menunggu Qabel kembali." dia Masih menatap langit sore, Matanya terlihat begitu sendu dan memikirkan banyak hal.     

"Mungkin dia akan kembali sejam dari sekarang, karena ada urusan dengan Daddy, Aku akan menemani dirimu." Ungkapan Leonard membuat Lily merasa tidak enak hati.     

"Tidak apa jika kau mau pergi, aku biasa sendiri.. aku hanya ingin merasakan langit sore saja, tidak terasa bahwa semuanya terasa lebih cepat dan sedikit lelah, padahal aku kira hanya melakukan beberapa percobaan penembakan.. tapi jika melihat telapak tanganku yang memerah, sepertinya kita sudah melewati beberapa jam." Ucapan Lily di anggukin oleh Lelaki di sampingnya.     

"Hampir 1 jam lamanya, kelas menembak memang cukup lama, dulu aku sering merasakannya. karena kita terkadang berlatih ketangkasan dan langsung praktek ke alam bebas." Kata Leonardo memberikan informasi.     

"Setelah lulus sekolah kau akan melakukan apa?." Tanya Lily pada calon adik iparnya itu.     

"Aku akan ikut pelatihan khusus militer, aku ingin sekali mendapatkan banyak pelajaran Seperti itu." mendengar cita-cita Leonardo, tentu saja Lily tersenyum senang.     

"Kau sungguh mencintai kakakku?." Pertanyaan itu membuat Lily Tersenyum kecil.     

"Aku tidak pernah mengaku bahwa aku mencintai dia, kenapa kalian semua berkata bahwa aku mencintai dia?." Tanya Lily sedikit Bercanda.     

"Tapi kakakku sangat mencintai dirimu." Kata Leonardo penuh dengan kesungguhan.     

"Oh ya.. Bagaimana jika dia mencintai wanita lain?." Tanya Lily lagi, mau tau apa yang akan di katakan oleh Leonardo saat ini.     

"Mungkin itu hanya bisnis saja, kakakku tidak mungkin mau mencintai orang lain jika tidak mendapatkan keuntungan. Kakakku itu selalu berpikir panjang sebelum melakukan apapun, dan aku yakin saat ini hal seperti itu bukan hal yang akan sungguh-sungguh dia lakukan." Lily sekali lagi Tersenyum, dia merasa sedikit paham bahwa pemikiran keluarga Douglas memang unik. dia jadi sangat ingin menggoda hati lelaki di sampingnya, apakah Leonardo akan terus membela kakaknya?.     

"Memangnya Qabel sering melakukan banyak hal demi keuntungan?." Tanya Lily dengan serius.     

"Selalu.. dia punya pikiran yang sangat jenius, dia tidak akan mau bekerjasama dengan orang lain jika tidak mendapatkan keuntungan lebih. bahkan saat dia berteman dengan orang lain, dia akan melihat apakah temannya itu akan membawa keuntungan untuk dia atau tidak. jika tidak, maka dia tidak mau sibuk dengan menghabiskan banyak waktu untuk berteman.. Tapi dia cukup berbeda jika dengan keluarga, dia sangat mencintai kami dan selalu melindungi kami dengan caranya sendiri. bagi Kakak, keluarga itu nomor satu." Leonardo memuji Qabel sambil tersenyum-senyum sendiri..     

"Miris sekali.. jika hidupnya hanya diperlakukan untuk keuntungan, kurasa dia juga tidak benar-benar menyukai diriku. Bagaimana jika Seperti itu?." Lily bertanya dengan nada yang sedikit membingungkan bagi Leonardo yang belum mengerti tentang cinta.     

"kau salah! dia bahkan sangat mencintai dirimu, aku dapat melihat binar matanya setiap melihat dirimu. seharusnya kau percaya pada kakakku, dia selalu punya cara sendiri dalam mengatakan cinta." Leonardo berkata dengan sungguh-sungguh, Lily langsung tertawa mendengar hal tersebut.     

"Aku tidak pernah terbiasa percaya pada orang lain, aku hidup di dalam lingkungan yang sederhana dan cukup sulit. jadi percaya pada orang seperti kalian, seperti menggenggam batang mawar. Bisa merasakan harum bunganya namun tangan tetap terluka." Ungkap Lily dengan jujur, hal itu membuat wajah Leonardo langsung terdiam dan bersedih.     

"Kurasa Mendapatkan hatimu akan membuat kakakku melakukan banyak cara, Aku berharap kau tidak akan menyesal berkata seperti ini. Realistis boleh, tapi setidaknya susunlah fakta-fakta yang sudah kau lihat selama ini, Lily.." Leonardo berbicara dengan nada sedih, tentu saja sedih.. Kakaknya ternyata mengejar cinta seorang gadis yang tidak percaya akan cinta dan kehadirannya.     

Bukankah sangat menyakitkan bagi kakaknya jika mengetahui hal ini? atau kakaknya memang sudah mengetahui hal ini?     

"Hahahaha.. Hahahahah.. Leonardo! kenapa kau jadi terbawa perasaan Seperti itu? aku hanya bercanda, siapa yang tidak percaya bahwa kakakmu sangat mencintai aku? dengan menyetujui pernikahan ini, tandanya aku sudah mencintai dia. kenapa kau jadi ragu begitu?." Tanya lily sambil menepuk-nepuk pelan kepala Leonardo.     

"Benarkah? Kau tidak berbohong kan?." Tanyanya dengan serius.     

"Aku serius!!." Kataku sambil tertawa-tawa, dan dia langsung menghela nafas panjang lalu ikut tertawa.     

*****     

https://www.perbakinmakassar.com/tembak-reaksi/07/2016/3-teknik-dasar-dan-cara-menggenggam-pistol-yang-efektif/     

******     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.