Hasrat Wanita Bayaran

Bernostalgia



Bernostalgia

0Tuan Christopher mengacak rambutnya kasar, istrinya benar benar tidak bisa diberitahu. hanya istrinya saja yang bisa merasa senang saat nyawanya dalam taruhan. apalagi disaat seperti ini dia membawa cucu kami yang tidak tau apa apa.     

"Bagaimana Abian ? istrimu baik baik saja". Edwards bertanya pelan saat melihat sahabatnya ini dalam raut wajah tidak mengenakan.     

"Dia mengatakan bahwa beberapa mobil mengejarnya tapi kau tau istriku tetap senang saat dalam keadaan seperti itu". Wajah Frustasi dari Abian membuat Edwards Tertawa pelan.     

"istrimu sudah lama tidak merasakan hal itu, jadi sudah sangat wajar jika dia bersenang-senang". Edwards tertawa keras melihat teman lamanya itu semakin kalut.     

"ya kau benar, dulu saat masih mudah kalian sangat Serasi sekali. Karena sama-sama nakal dan suka balapan mobil." Edwards mengingat kembali masa masa dirinya hampir jantungan, melihat mereka karena cara berkendara yang ugal ugalan.     

"kau secara tidak langsung membela istriku, aku tidak habis pikir." Kata Abian sebal, walaupun Mereka sudah lama tidak bertemu. Tapi sewaktu muda mereka adalah teman, ya.. sebelum bisnis membuat mereka jadi musuh, dan sekarang dekat lagi.     

"kami tidak membela, sepertinya Nyonya besar Christopher hanya butuh bersenang senang sedikit saja". Ujar Edwards lagi.     

"teman sialan memang, disaat temannya dalam kondisi seperti ini namun kau Sepertinya baik baik saja." Kata Abian sebal.     

dia memasuki mobil sedikit lebih dalam ke hutan, memarkirkan di belakang pohon besar.     

"kita sudah sampai, sepertinya sudah lama kita tidak kemari." Abian berucap pelan dan melihat keluar jendela mobil, suasana hutan terlihat sejuk dan tenang seperti biasanya.     

"Kau lupa jalan masuk dimana?." Choon-Hee keluar dari mobil dan melihat ke sekeliling hutan.     

"Tempat seperti ini, mengingatkan aku dengan hutan tempat kita berkencan Choon-hee." Abian mendengus pelan mendengar Edwards mencoba untuk bernostalgia masa muda. sifat mereka sama persis seperti istrinya.     

"aku mengingat saat kau menciumku pertama kali di hutan sayang, saat kau mengajak diriku berlibur setelah aku Mati cukup lama, bahkan aku seperti merasa terbang saat ciuman pertamaku diambil olehmu.Ya.. Masa lalu memang indah." Kata Choon-Hee lagi     

"kalian benar benar membuat kupingku panas". Abian menendang keras pintu mobil dan berjalan masuk kedalam celah pohon. mereka berdua hanya tertawa kecil dan mengikutinya dari belakang.     

ini adalah jalan pintas menuju tempat persembunyian,, dulu saat Abian dan Edward masih remaja dan masih menjadi sahabat. ini adalah tempat untuk melepaskan penat dan pergi dari banyak hal. tidak banyak yang tau tempat rahasia kami ini, itu sengaja kami lakukan agar tidak ada yang bisa mencari kami disaat kami butuh waktu untuk sendiri.     

keluar dari rimbun ilalang dan sampailah mereka bertiga didepan Padang bunga, angin sejuk menerpa pelan wajahku. walaupun matahari bersinar terang namun harum bunga dan sejuknya angin membuat rasa nyaman tersendiri.     

"Tempat ini tetap terlihat seperti 35 tahun yang lalu". Edwards berjalan pelan dan mengikuti jalan setapak, di kanan kirinya bunga berterbangan dengan indah.     

Abian memang ingat saat pertama kali melamar istrinya dulu disini, di bawah sinar rembulan dan diterangi kunang kunang. bahkan masih teringat jelas saat dirinya pertama kali mencium bibir ranum milik istrinya.     

dia sampai di depan rumah dengan banyak kenangan itu, dan menggesekkan koin didepan pintu sebagai kode bahwa hanya orang orang tertentu yang bisa masuk.     

Dia tau Bahwa Lucifer sudah ada didalam bersama Queen, tak berapa lama pintu terbuka dan terlihat Lucifer keluar dengar wajah seperti biasa.     

"Dimana Mommy? Dad?." tanyanya sebelum kami masuk.     

"Dia masih dijalan, 10 menit dari sekarang kita akan bertemu dengannya di perbatasan jalan besar. aku hanya mengantar kedua orangtua Queen kemari". kata Abian dengan suara pelan.     

kami bertiga masuk disusul Lucifer yang menutup pintu dibelakang, suasana dan harum rumah ini masih tetap sama. dia memang sudah jarang kemari semenjak Bisnisny melesat naik dan kesibukan yang terus mendera.     

"Dimana Queen?." Tanya Choon-Hee pada Lucifer.     

"Dia di kamar sebelah kanan, tadi sempat sudah sadar namun aku menyuruhnya untuk tidur lagi". Lucifer berucap pelan dan membimbing kami ke kamar itu. membuka pintu perlahan dan melihat wajah cantik menantuku tertidur pulas.     

"apa racunnya sudah hilang?". tanya Choon-Hee sepelan mungkin agar tidak membangunkan Anaknya.     

"Sudah hilang, kondisi juga kurasa baik baik saja. aku tidak bisa memanggil dokter kemari". Mereka semua mengerti kondisi seperti ini tidak bagus memanggil orang luar, tidak ada yang bisa dipercaya.     

"Aku mengerti Nak, semoga semua bisa di selesaikan dengan cepat. aku akan menjemput ibumu terlebih dahulu, setelah itu aku akan kemari lagi. aku memiliki firasat ibumu sedang bermain-main dengan musuhnya. entah apa yang dia rencanakan saat ini." Abian berkata lagi.     

"Biarkan saja Dad, Mommy sudah lama tidak bersenang-senang." Kata lucifer yang membela ibunya.     

"kalian semua membelanya, benar-benar aku tidak habis pikir." Abian mengacak rambutnya kasar, mereka semua tidak mengerti kekhawatiran dirinya yang benar benar resah ini.     

"Sudahlah Dad, lebih baik Daddy memastikan sendiri Mommy sedang berbuat apa sekarang". kata lucifer lagi.     

"kau benar-benar anak kurangajar, aku pergi saja kalau begitu. sakit kepalaku mendengar kalian yang terus membela istriku". mereka membiarkan Abian pergi tanpa mengatakan apa apa lagi. mereka percaya sekali dengan kehebatan istrinya itu, bukan Abian yang tidak percaya. namun rasa khawatir ini yang terlalu besar. apalagi istrinya sudah tidak muda seperti dulu lagi. tapi cantiknya tetap sama, bahkan disaat seperti ini aku bisa memikirkan bagaimana kecantikannya diatas ranjang.     

dia keluar dari rumah dan berjalan kearah belakang rumah, disana ada motor tua yang memang juga selalu diurus agar bisa dipakai sewaktu waktu.     

dia menjalankan motor itu dan melewati jalan bebatuan, jarak antara tingkungan bunga matahari tidak terlalu jauh. apalagi dengan mengendarai sepeda motor seperti ini, dia mengendarai dengan kecepatan tinggi. jalan Yang sepi dan kondisi jalanan yang tidak terlalu buruk membuatku ingin berlama lama mengendarai motor. benar kata istrinya, bernostalgia memang cukup menyenangkan, jiwa kita terasa muda kembali seperti dulu.     

melewati jembatan kecil dan sungai, dia memberhentikan motorku sedikit di pinggir. memantau tingkungan bunga matahari dari sini. di depannya ada perbatasan jalan besar     

tidak ada tanda tanda kedatangan istrinya, ini sudah lewat satu menit dari jam yang dijanjikan. aku melirik sebentar di sekitarnya,lalu melangkah perlahan secara mengendap-endap untuk sampai di tingkungan depan sana.. sepi, benar benar tidak ada jejak kaki atau sesuatu yang menjelaskan bahwa ada orang yang pernah singgah atau lewat.     

sepertinya terjadi sesuatu kepada istri dan cucunya.     

dia kembali mengambil motor yang di parkir tadi, lalu mengendarainya untuk mencari istrinya, melewati satu satunya jalan yang ada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.