Hasrat Wanita Bayaran

Kenapa wajah Edwards yang dulu berbeda?



Kenapa wajah Edwards yang dulu berbeda?

0Penjelasan-penjelasan yang Edwards katakan padaku, tentu saja membuatku sedikit memikirkannya. Namun aku mencoba untuk tetap baik-baik saja dan menganggap itu hanya sebuah pujian darinya.     

Sejak tadi Edwards keluar dari kamar dan belum kembali, hanya seorang pelayan saja yang memberikan makanan padaku lalu pergi lagi. Aku melihat-lihat ruangan kamat Edwards, yang ternyata banyak sekali foto serta kenangan masa kecilnya.     

Ada buku hasil ujian dan juga fotonya bersama teman-teman sewaktu kecil dulu, aku mencari dimana wajah Edwards saat kecil. Namun aku tidak bisa melihat wajah yang sebenarnya.     

aku Akhirnya membuka salah satu album foto, ketika aku melihat ada foto-foto Daniel dan seorang perempuan. Mungkin itu foto Daniel dengan adiknya yang bernama Azhura.     

Aku membalik album foto tersebut, menemukan sebuah foto saat pesta ulang tahun. Ada seorang laki-laki di tengah Daniel dan Azzura, apakah ini Edwards?     

Kenapa wajah Edwards dengan yang dulu dan sekarang sangat berbeda?     

aku mencari foto Edwards yang hanya sendiri, untuk memastikan apakah itu benar-benar Edwards atau bukan. aku menemukan satu foto yang cukup familiar, seorang anak kecil dengan jaket hitam dan celana coklat. Wajahnya terlihat pucat di dalam foto terserah, Dan wajahnya tentu sama dengan yang aku lihat sebelumnya.     

Jadi ini Edwards? kenapa rasa-rasanya tidak mirip sama sekali dengan Edwards yang sekarang? ah.. mungkin saja karena ini adalah foto yang sudah belasan tahun lalu.     

aku memilih untuk membalik album yang lain, ketika mataku melihat salah satu lukisan yang cukup aneh. Sebuah lukisan pegunungan dan ada dua orang anak kecil, yang satu perempuan dan yang satu laki-laki. "Ini seperti cerita yang di ceritakan Edwards waktu itu." Kataku pelan, Aku mengingat lagi saat Edwards pernah menceritakan masa lalunya. Ketika dia bertemu dengan anak perempuan saat di culik dulu.     

Wajahnya anak kecil itu cantik sekali, matanya mirip denganku.     

aku akhirnya menutup album tersebut, lalu mulai berjalan-jalan ke arah perpustakaan. Melihat apa saja yang sekiranya bisa di baca, Aku melihat buku-buku Tua. dari sampulnya yang sudah sobek di beberapa bagian dan juga Kertasnya yang sudah berwarna coklat.     

Memilih untuk memegang saja dan memang terasa kasar di tanganku, ada salah satu buku yang cukup menarik perhatianku di bandingkan buku-buku yang lain. Sebab buku itu berwarna Merah muda dengan cover yang cukup rusak, aku mengambilnya perlahan.     

Meraba sebentar sampul buku tersebut dan mulai membuka halaman pertama.     

Sebuah tulisan yang sangat jelek, sepertinya tulisan tangan seorang anak kecil yang baru belajar menulis.     

Senin, 12 Januari 1999     

(saat ibuku pulang kerumah, dia memintaku untuk membuatkan teh hangat. dia pulang bersama dengan lelaki tua, aku sering melihat ibuku membawa lelaki ke rumah ini. aku tidak pernah bertanya dan hanya diam saja.     

Ketika itu aku baru belajar membuat teh, aku sudah tau yang mana gula dan yang mana garam. Aku membuatkan teh dengan dua sendok gula dan memasukan satu sendok teh kering. menuangkan air hangat lalu mengaduknya perlahan.     

aku berhasil! Aku membawa segelas teh itu ke ruang tamu. Ternyata ibuku sudah pergi ke kamarnya, kamarnya terkunci dan aku mendengar banyak suara aneh dari dalam.     

akhirnya aku menunggu di ruang tamu hingga pagi, aku tertidur dan tidak tau kapan ibu pergi. karena saat aku terbangun, ibu sudah tidak ada di kamarnya. Teh yang aku buat sudah dingin, pada akhirnya aku membuang teh tersebut).     

Kamis, 22 Maret 1999     

(Hari itu sudah malam, aku di ajak oleh ibuku pergi ke tempatnya bekerja. dia bilang, jika ingin menghasilkan banyak uang dan makan enak. maka aku harus bekerja, aku sangat senang sekali pada saat itu.     

apalagi saat ibu memperkenalkan aku dengan teman-temannya yang sangat cantik, mereka memuji diriku. mereka juga berkata padaku Bahwa aku cukup cantik untuk bekerja seperti mereka, aku mulai melihat semua aktifitas yang mereka lakukan. aku di ajarkan cara merayu dan juga berciuman.     

Walaupun aku belum boleh melakukannya. tapi aku senang, di ajarkan saja aku sudah mendapatkan beberapa dollar untuk membeli makan malam).     

"Apa ini? Kenapa ceritanya?." Aku membuka lembaran-lembaran yang lainnya, dan semuanya cerita seorang anak perempuan yang bekerja dengan ibunya.     

nafasku seakan sesak karena membaca setiap halaman yang sangat familiar di otak kecilku ini.     

"Ini? Apakah ini buku harianku?." Aku berkata sendiri, Lalu melihat sampul paling belakang. disana benar-benar tertulis namaku dengan sangat jelas.     

"Choon-hee."     

Ini milikku? Tapi kenapa? Kenapa bisa bersama dengan Edwards?     

Aku menahan diri untuk tidak langsung keluar dan bertanya pada Edwards, aku mencoba untuk mengingat-ingat kapan buku harian ini hilang dari tanganku. Tapi aku benar-benar tidak mengingat sama sekali.     

"Kenapa Edwards mempunyai buku harian yang sudah lama hilang dariku? Apakah aku dan Edwards memang pernah kenal sebelumnya?." Aku berkata sambil memeluk buku yang sudah lama aku rindukan. aku menghela nafas sebentar, lalu menaruh buku tersebut ke tempat asalnya.     

Mungkin aku akan bertanya lebih dulu pada Edwards, lalu aku akan memperlihatkan buku tersebut setelahnya.     

Aku mencari hal lain di perpustakaan tersebut, namun tidak ada hal yang menarik perhatianku lagi. Ketika aku memilih untuk berbalik badan, aku tidak sengaja menyenggol sebuah buku lain. Buku yang sampulnya berwana hitam dan tertulis nama Edwards disana.     

aku melihat sebentar dan ingin menaruhnya di tempat semula, namun sesuatu jatuh dari balik lembaran buku. sebuah foto kecil yang wajahnya merupakan wajah Edwards.     

"Ini Edwards?." Aku memperhatikan lagi foto tersebut, dan benar saja bahwa ini adalah Edwards. " Tapi kenapa foto yang tadi dengan yang ini berbeda? Tadi foto orang lain, dan ini baru benar foto Edwards. maksudku, wajah mereka berbeda.. Tapi kenapa? Rasanya aneh sekali." Aku jadi berbicara sendiri, mencoba untuk menyimpan foto tersebut ke dalam kantung bajuku.     

Entah kenapa aku bisa selancang ini, tapi aku begitu penasaran. Saat aku mau membuka lembaran pertama buku tersebut, ketukan suara pintu membuatku terkejut.     

aku buru-buru menaruh bukunya di tempat semula dan berjalan ke arah pintu yang di ketuk. aku membukanya dan melihat ada Nyonya Douglas di luar sana.     

"Nyonya, maaf membuka pintu sangat lama. ada apa?." Tanyaku selembut mungkin, walaupun sebenarnya dadaku berdetak kencang sekarang karena ketakutan. padahal aku tidak mencuri ataupun mengambil barang berharga. kenapa aku takut? Ah.. hanya sebuah foto Edwards yang berada di dalam kantung bajuku.     

"Ayo makan malam, Aku akan kenalkan dirimu pada Brandon suamiku. dia sudah lebih baik sekarang dan bisa makan malam dengan kita." Nyonya Douglas menarik tanganku dengan lembut, aku menganggukkan kepala dan menutup pintu di belakang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.