Hasrat Wanita Bayaran

Sikapmu yang membuatku berbeda



Sikapmu yang membuatku berbeda

Aku menatap Mata Edwards lagi, memilih untuk melepaskan pelukan darinya. "Kau tau Edwards, Rasanya kau terlalu sempurna untuk menjadi kenyataan." Kataku pelan, aku bukannya menolak ajakan Edwards untuk bercinta. Tapi aku hanya sedang sangat kelelahan saja sekarang, apalagi ini kamar Edwards. Rasanya tidak enak saja jika harus bermesraan saat keadaan sedang tidak baik-baik saja..     

"aku rasa kau salah, aku tidak benar-benar sempurna. Hanya saja kau belum melihat kekurangan dariku. Belum untuk saat ini, jika kau tau apa kekurangan dariku. Entah kau masih mau bersamaku atau tidak." suara Edwards melemah, aku hanya bisa diam saja mendengar apa yang dia katakan.     

Apa kekurangan Edwards? Apa yang membuatku bisa melepaskan diri darinya? Aku rasa, di lihat dari mata yang terbuka jelas saat ini. semua yang ada di diri Edwards adalah kesempurnaan, terlalu sempurna untuk menjadi nyata.     

Kekayaannya, Ketampanan miliknya, Sikapnya yang baik hati, dan rasa menghargai darinya. Tentu itu Tidak akan pernah bisa aku dapatkan begitu saja, Edwards merupakan Dewa yang menjelma menjadi manusia. Dia Dewa paling indah yang pernah aku lihat.     

Bagaimana dia memperlakukan diriku di atas kasur, bagaimana dia mengelus lembut pipiku dan mencium bibirku dengan hati-hati. rasanya itu bukan sebuah kekurangan, itu hanya terlihat sebagai kelebihan dan kelebihan saja.     

"Oh ya? Kalau begitu beritahu aku, apa itu?." Tanyaku pelan, menatap matanya yang sekarang sudah memandang ke arah lain. kenapa? kenapa dia Tidak mau melihat ke arahku, ada aku disini. dia gugup? Edwards begitu gugup saat ini.     

"Aku tidak bisa, aku belum bisa memberitahu dirimu." Katanya, dia berkata sambil berjalan ke arah tempat duduk dan memilih duduk di sana.     

Aku mengikutinya dengan perlahan, kemudian duduk di sampingnya dan memegang tangannya yang sekarang sudah terasa sangat dingin. kenapa? Dia seperti ketakutan.     

"Tidak masalah, jangan ceritakan kalau begitu. biarkan aku melihat kesempurnaan saja di dirimu." Aku memeluk lengannya, memastikan dia baik-baik saja. aku tidak tau apa kelemahan dan kekurangan yang Edwards miliki.     

Untuk saat ini, lebih baik aku tidak tau. aku tidak mau jatuh pada keadaan yang lebih dalam lagi, aku tidak mau terlalu masuk pada kehidupan pribadi Edwards.     

sadarlah Choon-hee, kau disini hanya untuk bekerja. tolong lebih profesional saja!     

Aku memaki diriku sendiri, lalu perlahan-lahan aku melepaskan pelukan dari tangan Edwards. aku memilih untuk mengikat rambutku dan menghela nafas pelan.     

"Langit sore ini bagus sekali ya, menurut dirimu. apa yang lebih indah dari langit jika di pandang secara terus menerus?." aku bertanya basa-basi, untuk membuat suasana Semakin lebih baik.     

"Langitnya." Kata Edwards pelan, aku langsung tertawa mendengar jawaban singkat darinya.     

"Kau benar, tentu saja langitnya. Tapi semua itu tergantung bagaimana kita melihat langit tersebut. Jika kita melihatnya karena indah, maka akan sangat indah. Jika kita melihatnya tidak indah, maka tidak indah.." Kataku lagi.     

"Ya, apalagi saat melihat langit bersama dengan orang yang kita sayangi. sejak dulu, aku ingin sekali melihat langit bersama Violet, tapi dia terlalu sibuk dengan hidupnya. aku selalu hidup sendiri dan melihat Langit sendirian.." Edwards mulai bercerita lagi, setidaknya aku lebih suka mendengar Edwards bercerita. daripada kami harus saling terdiam.     

"Pertemuan kau dengan Violet, apa yang membuatmu bisa jatuh cinta?." Tanyaku penasaran, karena melihat Violet yang sangat buruk kepribadiannya. serta tidak ada hal baik yang membuatku merasa, violet pantas untuk mendapatkan cinta sebesar itu dari Edwards.     

"Matanya, aku suka matanya.. sikapnya saat sedang tertawa, bagaimana dia begitu menyayangi teman-temannya. lalu saat dia bermain basket, semua hal yang dia lakukan selalu mencuri perhatian dariku." Edwards berkata sangat lancar, ketika membahas tentang Violet. Semuanya terasa indah di pancaran mata Edwards.     

aku dapat melihat, tentang bagaimana Edwards masih sangat mencintai Violet saat ini. terlihat jelas, ada kesakitan dan cinta yang tidak bisa di ungkapkan dengan baik.     

Kenapa? Kenapa orang seperti Violet bisa mendapatkan cinta tulus dari Edwards? padahal Edwards bisa mendapatkan cinta yang lebih baik dari ini.     

padahal Edwards pantas dicintai oleh banyak wanita yang lebih baik, kesempurnaan Edwards dan sikapnya yang begitu perhatian. Seperti sebuah berlian yang berada di tengah-tengah tumpukan kaca.     

"Dia menyayangi teman-temannya? maksudmu karena dia memang sangat menyukai sesama wanita?." Aku bukan bermaksud meledek atau mengejek, hanya saja..     

"Ya, ternyata memang dia sangat menyukai wanita. Aku baru tau setelah kami berpacaran beberapa bulan. aku melihatnya berciuman dengan sahabat perempuannya sendiri. Berciuman dengan begitu mesra, Padahal selama kami berpacaran dulu. Violet sama sekali tidak mau mencium bibirku, aku kira dia memang sangat polos dan belum pernah berciuman. Itulah yang membuatku semakin mencintainya, tapi ternyata.. Ternyata aku salah, nyatanya dia hanya mencintai sesama jenis saja. aku hanya di jadikan peralihan olehnya." Pandangan mata Edwards mulai meredup, ketika kata-kata terakhirnya memang cukup menyakitkan untuk di dengar.     

"Lalu Kenapa kau masih mau menikahinya?." Tanyaku lagi-lagi dengan rasa penasaran yang begitu menumpuk.     

"Cinta.. Cintaku terlalu besar untuknya, Kelemahanku adalah aku terlalu bodoh saat jatuh cinta. Dan aku sangat akan buta serta tidak bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah, aku akan selalu membela orang yang aku cintai. Itu Kenapa aku tidak pernah mempermasalahkan apa yang di lakukan Violet sama sekali, aku hanya merasa bahwa setiap didekatnya saja aku sudah senang. tapi semua itu perlahan-lahan memudar, aku mulai merasa jengah dan aku mulai merasa bahwa ini tidak baik bila di lanjutkan. entah kenapa aku bisa memikirkan hal itu sekarang, mungkin karena aku bertemu denganmu." Edwards menatap mataku, membuatku langsung merasa gugup.     

"Kenapa aku? Padahal aku dan dirimu baru bertemu beberapa hari, kita juga tidak terlalu dekat sebelumnya. Kita hanya di takdirkan untuk berteman saja, apa yang membuatku bisa melakukan hal seperti itu?." Aku menatap balik mata Edwards, Edwards langsung Tersenyum dan malah mencium keningku.     

"Sikapmu, semua apa yang kau lakukan. adalah apa yang aku dambakan selama ini, aku ingin sekali mendapatkan wanita yang perhatian, membuatkan aku sarapan di pagi hari, menyambut aku saat pulang kerja, lalu memastikan aku baik-baik saja." Edwards berkata senang sekali, ketika semua yang dia bicarakan sedikit terdengar aneh di telingaku.     

"Apakah aku selalu memperlakukan dirimu seperti itu selama ini?." Tanyaku tidak yakin, aku tidak pernah merasa memperlakukan Edwards seperti itu.     

"Ya, tanpa kau sadari. kau adalah wanita yang selama ini aku harapkan. Walaupun aku tidak tau Apakah aku benar-benar sedang merasakan perasaan lain, atau hanya karena aku sedang bosan dengan Violet saja." Kata-kata terakhir Edwards cukup membuat hatiku tersentil, aku hanya bisa memegang dadaku dengan pelan. berharap bahwa aku tidak terlalu memikirkan kata-kata terakhir darinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.