Hasrat Wanita Bayaran

Kebersamaan malam ini



Kebersamaan malam ini

0(Choon-hee POV)     

Aku menghela nafas pelan, masih berada di dalam pelukan Edwards yang saat ini hanya terdiam saja. Dia mengelus pelan rambutku dan kami mendengar detak jantung masing-masing, dia belum mengatakan apa-apa. Mungkin dia mau menenangkan dirinya sebentar.     

"Apakah kau mau meminum sesuatu? aku bisa Membawakan padamu." Kataku pada Edwards, dia hanya terdiam dan masih mengelus pelan rambutku.     

"Aku tidak mau apa-apa, begini saja. Aku merindukan dirimu, itu kenapa aku datang kemari. Apakah kau baik-baik saja? bagaimana perasaanmu? apakah tubuhmu masih merasa sakit?." Tanya Edwards padaku, aku yang mendengar pernyataan darinya hanya tersenyum kecil.     

"Aku baik-baik saja, kau tau bahwa aku akan selalu sehat kapanpun aku mau. Aku terbiasa merasakan masalah yang lebih buruk dari ini. bagaimana dengan dirimu? maafkan aku ya, karena waktu itu pernah menghina dirimu. aku tidak pernah mengatakan hal-hal buruk padamu, tapi karena amarah yang terlalu besar. aku mau tidak mau mengatakan semuanya, Kau mau memaafkan diriku?." Tanyaku pelan, aku mengangkat sedikit kepalaku dan melihat wajahnya yang juga saat ini sudah menatap mataku.     

"Aku tau, kau tidak sengaja mengatakan semuanya. aku juga minta maaf, karena aku mengatakan hal-hal yang buruk padamu. apakah kau mau memaafkan aku juga?." Kata Edwards padaku, aku langsung mengangguk dan tersenyum manis.     

"Kita sama-sama salah saat itu, Karena terlalu terbawa emosional dan lupa Bahwa semuanya sebenarnya tidak perlu di perdebatkan. aku melakukan banyak hal hanya untuk menuntaskan amarah yang ada di dalam hatiku saja." Kataku pada Edwards.     

"Kau benar, seharusnya kita tidak mengatakan hal seperti itu. Saat kita mengalami hari atau keadaan yang melelahkan, menyebalkan, dan bertemu dengan orang-orang yang tidak menyenangkan, sangat wajar jika kita jadi merasa kesal dan jengkel. Kita menjadi lebih sensitif dan mudah terpancing akan hal-hal kecil yang sebenarnya tidak perlu terlalu kita risaukan. Respon ini merupakan respon yang wajar ketika kita menjadi lebih sensitif, marah, dan kesal setelah mengalami suatu hal yang buruk. Namun perlu diketahui, ada beberapa respon yang dapat digolongkan sebagai hal yang tidak wajar dan bisa membahayakan, misalnya berteriak, membentak, merusak benda, atau bahkan memukul orang atau benda. Respon yang tidak wajar ini dapat mengarah pada Intermittent Explosive Disorder. Apakah kita melakukan hal-hal ekstrim kemarin? tidak kan? semoga saja." Ucapan Edwards seperti orang yang tidak yakin, aku tertawa pelan mendengar apa yang dia katakan.     

"Kau ini.. kau marah-marah padaku kemarin, Ya memang tidak sampai membentak dan melakukan hal kasar. Tapi kau tetap marah, aku baru melihat kau marah dengan wajah yang begitu menggemaskan bagiku. Walaupun menggemaskan, tapi aku tetap tidak mau melihatnya lagi." Aku mencubit pelan perutnya, dia sudah mengaduh dan malah mengacak-acak rambutku dengan gemas.     

"Aku malah suka saat kau marah-marah, Wajahmu lucu sekali. seperti boneka yang banyak bicara, Hanya saja.. Ketika kau marah, aku juga ikut marah. Jadi kita saling menyakiti satu sama lain, Padahal jika aku diam saja saat itu. pasti kau semakin terlihat menggemaskan." Aku menjauhkan Tubuhku darinya, lalu melihat wajahnya yang tampak tidak merasa bersalah saat mengatakan hal seperti itu.     

"Ya!! kau ini kenapa malah mengejek wajahku? ck! pasti wajah marahku terpantri di otak kecilmu dan membuatmu membayangkan hal-hal yang konyol kan?. jahat sekali aku punya suami sekarang." Kataku sebal, namun dia malah menyentil dahiku dan membuatku yang sekarang mengaduh.     

"Apa? aku memikirkan hal konyol apa? mana pernah aku memikirkan hal-hal aneh tentang istriku sendiri? ish.. kau saja yang berpikir konyol, kau berpikir apa memangnya? kau ini semakin kesini semakin nakal, menuduh suamimu yang tidak-tidak.." Edwards memilih untuk duduk dan bersandar di sisi tempat tidur, setengah tubuhnya tertutup selimut. Tapi setengah tubuhnya yang lain bertelanjang dada.     

Aku menatap tubuh suamiku Yang sangat indah, bentuk tubuhnya begitu kekar dan luar biasa. walaupun aku sudah melihatnya berkali-kali, tapi tetap saja. Semuanya yang ada di diri Edwards selalu membuatku merasa terpesona.     

"Aku nakal juga kau suka kan? apalagi jika aku sudah nakal saat kita sedang bercinta, kau selalu meminta lagi dan lagi. iya tidak? jangan mengelak Tuan Muda Douglas!." Aku merangkak ke arahnya, membiarkan kedua payudaraku terlihat langsung oleh matanya. aku memang sengaja membuatnya panas dingin karena melihat kedua payudaraku.     

Lihat saja bagaimana matanya yang saat ini tidak berpaling, dia bahkan dengan sengaja meremas dengan gemas. Aku hanya tertawa, lalu memeluknya lagi. "Lihat ini, Sesuatu yang selalu datang ke mimpiku. kedua payudara ini membuat mimpi panjangku semakin panjang saja." ucapan bodoh Edwards tentu saja langsung membuatku tertawa kencang.     

"Astaga!!! sejak kapan suamiku ini jadi begitu aneh? bagaimana bisa kau hanya memimpikan Kedua payudaraku? ckckckck.. harusnya kau Bermimpi tentang aku." Kataku kesal.     

"Aku bermimpi tentang dirimu sayang, tapi kedua benda ini lebih dulu datang barulah wajahmu. ahhh aku tidak akan pernah lupakan betapa cantiknya mereka. Aku mau selalu melihat dan memeluk mereka, mereka Milikku. hanya milikku bukan orang lain." Sekali lagi tingkah menggemaskan Edwards membuatku merasa aneh, bagaimana bisa dia terlihat seperti bayi kecil yang sangat mencintai susunya.     

"Ya.. Ya.. ya.. Ini memang milikmu, pegang sampai kau puas sayang." Aku mencium keningnya dan dia sudah memegang berulang kali, aku sampai merasa geli karena Sikapnya yang benar-benar mesum di tambah lucu.     

Saat kami sedang bermesraan, entah kenapa aku merasa ada seseorang yang seperti memperhatikan kami, aku melihat ke arah balkon. Terlihat gelap memang disana, namun seperti rambut yang baru saja terlihat mataku. membuatku Langsung terbangun dan menatap lagi dengan sedikit lebih jelas.     

"Ada apa sayang?." Tanya Edwards.     

"Seperti ada orang yang memperhatikan kita, kau merasa tidak?." Kataku pada Edwards, jantungku berdetak cukup kencang. Karena merasa bahwa memang ada orang yang memperhatikan aku dan Edwards sejak tadi, tapi aku baru sadar dan baru menengok ke arah balkon kamar.     

"Kau yakin?." Tanya Edwards, dan aku langsung mengangguk sangat yakin.     

Kita semua pasti pernah merasakan seperti sedang ditatap orang lain. Kita pasti akan merasa gelisah atau selalu mencari-cari siapa yang sedang melihat kita. Tak ada yang salah dengan itu. Reaksi muncul karena otak kita memberi isyarat kalau ada orang yang sedang melihat kita. Bukan berasal dari sesuatu yang mistis, persepsi berasal dari sistem di otak yang khusus untuk mendeteksi di mana posisi orang yang menatap kita. Itu yang aku ketahui tentang hal seperti ini.     

Konsep ini mungkin terdengar membingungkan, tapi itu benar dan merupakan naluri bertahan hidup. Manusia memiliki sistem yang disebut Sistem Deteksi Tatapan atau Gaze Detection System. Sistem ini sangat sensitif ketika seseorang melihat kita secara langsung. Studi juga telah menemukan bahwa sel-sel tertentu hidup ketika hal ini terjadi.     

Persepsi tatapan merupakan kemampuan mengetahui apakah ada seseorang yang sedang menatap kita. Kemampuan ini mungkin datang secara alami, tapi sebenarnya itu bukan hal sederhana. Ada banyak sel yang harus melakukan banyak pekerjaan di dalam otak kita.     

Ketika 'menangkap' seseorang sedang menatap kita, petunjuk yang kita peroleh sangat sederhana, seperti posisi kepala atau tubuh seseorang. Jika kepala mereka menoleh atau tubuhnya mengarah kepada kita, sudah jelas kemana pandangan mereka diarahkan. Lebih jelas lagi, ketika tubuh seseorang tak menghadap kita, tetapi kepalanya justru menghadap kita.     

Aku mulai memakai pakaian tidur dan menyalakan lampu kamar, lalu berjalan ke arah Balkon. namun tidak ada siapa-siapa disana, Edwards sudah mengikuti diriku. kami melihat ke sekeliling namun tidak ada siapa-siapa.     

"Kau yakin? Tidak ada siapa-siapa disini." Kata Edwards sekali lagi.     

"Aku yakin, aku merasa ada yang menatap kita dan aku melihat rambut seseorang di dalam kegelapan." Kataku dengan begitu yakin, saat aku mau berjalan melihat ke arah hutan. Kakiku tanpa sengaja menginjak Sesuatu, aku melihat ke bawah dan ternyata itu adalah sebuah gelang. aku mengambil gelang tersebut dan memperhatikan dengan seksama.     

"Kau lihat? tidak mungkin ada barang seperti ini, jika tidak ada yang memperhatikan kita tadi. aku tidak punya gelang semacam ini, apakah dia Perempuan?." Tanyaku pada diri sendiri, Edwards mengambilnya dan memperhatikan juga dengan seksama, dia terlihat sangat teliti saat memandangi sesuatu     

"Kau benar, pasti ada orang disini tadi. Tapi kenapa dia malah kabur? bukankah jika dia salah satu pengawal di mansion ini, dia langsung menangkap diriku dan memberitahu pada Ibumu?." Pertanyaan Edwards membuatku semakin penasaran.     

"Kau benar, Siapa dia? Apakah seseorang yang bukan dari mansion ini? Tapi dia perempuan, untuk apa dia memata-matai kita?." Aku sedikit takut saat mengungkapkan apa yang ada di pikiranku saat ini.     

"Sistem keamanan di Mansion ini sangat ketat, aku saja harus berusaha keras untuk bisa masuk ke dalam sini. jadi jika ada sesuatu yang berupaya masuk dan mematai-matai kita, hanya ada dua kemungkinan. dia memang orang yang ada di dalam Mansion, atau dia adalah orang yang cukup hebat dalam menerobos pertahanan Mansion ini. siapapun dia, kau sebaiknya hati-hati, aku yakin dia punya rencana sendiri jika melakukan hal seperti ini." Edwards berjalan ke sisi balkon dan melihat pepohonan yang ada di depannya. pepohonan itu merupakan tempat dimana aku dan Bella tadi siang bersama-sama.     

Bella? Kenapa aku malah memikirkan dia?. apalagi dia memang tampan mencurigakan bagiku.     

"Aku harap bukan hal yang buruk, apakah kebersamaan kita tadi akan menjadi Boomerang?." Tanyaku pada Edwards.     

"Tidak juga, sekalipun ketahuan ibumu. aku rasa ibumu tidak akan pernah melakukan sesuatu yang berbahaya pada kita. kenapa kau takut seperti itu? apakah kau mengetahui sesuatu?." Tanya Edwards penuh selidik, aku hanya menggelengkan kepala saja. Karena aku merasa belum saatnya mengatakan hal yang belum tentu benar, siapa tau itu hanya Pikiranku saja.     

"aku hanya takut saja, kau tau bahwa aku sedikit bingung dengan semua keadaan yang terjadi sekarang. Edwards? kau langsung pulang saja ya, jangan terlalu lama disini, aku bisa menjaga diri." Aku mencoba untuk membuat Edwards pergi lebih cepat, dia sempat menatap bingung. Namun tidak lama dia tersenyum dan mengelus lembut rambutku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.