Hasrat Wanita Bayaran

Liburan sebentar saja



Liburan sebentar saja

0(Choon-hee POV)     

Setelah dari hotel tadi, aku dan Edwards memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang cukup indah dan sepi. Ada salah satu rumah yang di sekitarnya terdapat banyak hamparan bunga-bunga, kata Edwards. Tempat seperti ini cocok untuk menghabiskan waktu bersama, dia mengajak diriku kemari. sebab dua kali mereka berbulan madu, dua kali juga mereka mendapatkan masalah.     

Itu kenapa Edwards mengajak diriku kemari, tempat yang lebih sunyi dan sepi. Tempat yang lebih aman dan begitu nyaman. aku tersenyum kecil, saat melihat sinar mentari yang sepertinya menyetujui penyatuan antara cintaku dengan Edwards. Sekali lagi kami menyingkirkan semua masalah dan ingin merajut kasih di tempat yang tepat.     

Aku berjalan perlahan keluar dari rumah mungil yang nyaman itu, hembusan angin menerpa kulitku saat pintu sudah terbuka. aku dapat memandang hamparan deadelion yang berwarna cantik, belum lagi beberapa pohon rindang dan kupu kupu yang berterbangan, seperti surga. hamparan bunga membuat diriku seolah olah merasa terbang dan ingin jatuh diantara bunga-bunga itu.     

"Kau suka?". pertanyaan dari Edwards membuatku menengok kearahnya, aku dapat melihat rambut hitamnya berkilau karena terpaan matahari. warna mata coklatnya semakin coklat karena sinar, meneduhkan..     

"Aku suka bunga, apalagi bisa berada di tengah tengah hamparan seperti ini". kataku pelan, walaupun tubuhku masih sedikit lemas, namun saat melihat bunga seperti ini aku menjadi jauh lebih sehat dari sebelumnya. Aku lemas karena memang tadi di dalam kamar mandi kami benar-benar bercinta. Rasa lelah karena percintaan Membuatku jadi ingin Tidur seharian di kamar. Tapi aku tidak mau menyia-nyiakan tempat sebagus ini.     

"Mungkin kita bisa membuat taman khusus bunga seperti ini dibelakang Mansion, atau mungkin membuat rumah kecil dan dikelilingi bunga. kau suka yang mana?". kata Edwards lagi, namun Aku tetap memandang wajah suamiku, wajah yang selalu menguatkan aku disaat aku hampir jatuh, walaupun akibat aku terjatuh adalah wajah itu juga.     

Bodoh! satu kata yang ku ucapkan untuk diriku sendiri.     

"aku suka rumah kecil dengan hamparan berbagai macam bunga, dan air terjun buatan". kataku pelan.     

"ide yang bagus, kau punya tempat terbaik untuk membuat hal itu?". aku sedikit berpikir saat Edwards bertanya soal tempat, aku tidak mengetahui banyak tempat di negaraku sendiri.     

"Mungkin kampung halamanku, disana ada tempat yang lebih sejuk, ada banyak sungai dan kita bisa kemana mana dengan perahu kecil". jawabku. matanya langsung memancarkan aura yang begitu menyejukkan.     

"akan kucari tempat itu dan membuatkan khusus untukmu dan calon bayi kita." ucapan manis Edwards lagi-lagi mampu membuatku terbang, aku menunduk pelan melihat ujung kakiku. pasti saat ini wajahku sudah memerah, resiko orang jatuh cinta. diberi ucapan manis sedikit langsung melayang.     

"Tidak usah buru buru, aku tau kau sedang banyak pekerjaan." ucapku setenang mungkin, walaupun jantungku bertalu tak karuan.     

"Sebenarnya aku ingin minta maaf, karena kemarin aku sempat berkata kasar padamu. ya walaupun mungkin kau bosan mendengar maaf yang kuucapkan terus menerus". Edwards berbicara padaku, tangannya mengangkat daguku dengan lembut. mata kami saling bersitatap, aku dapat melihat jelas bola mata itu, bola mata yang menghanyutkan, bola mata yang menyesatkan. aku sudah tersesat sangat dalam Dimata itu, tak ada jalan kembali.     

"Tidak ada cinta yang menyimpan dendam, begitupula cintaku. kesalahan yang kau perbuat itu juga salahku, dalam rumah tangga bukan menyalahkan orang lain, tapi lebih mengintropeksi diri sendiri. jika kau memang meminta maaf maka aku maafkan, tapi maafkan aku juga yang tidak bisa mengerti hatimu". Aku mengelus lembut pipi Edwards, entah keberanian darimana aku bisa menyentuhnya tanpa takut. ya karena bola mata itu yang membuatku hilang akal. aku selalu bertanya-tanya selama ini, kebaikan apa yang aku lakukan di zaman dulu? hingga aku bisa mendapatkan kebaikan dari cinta suamiku sendiri.     

"Kau terlalu sempurna untuk aku miliki, hatimu terlalu lembut untuk kusentuh. mengapa kau bisa jatuh cinta padaku? sedangkan aku tidak tau menaruh hatiku dimana. aku tersentuh dengan senyummu, aku menggila karena kelembutanmu, bisakah kita seperti ini saja? bisakah aku jatuh cinta padamu dan tidak kehilanganmu? aku terlalu pengecut untuk melabuhkan hati padamu. dan itu kesalahan terbesar dalam hidupku". Edwards menyentuh keningku dengan keningnya, hembusan nafasnya dapat kurasakan di setiap jengkal wajahku. ini terlalu hangat, aku terlena dan bisakah waktu berhenti? sekarang?.     

Aku tidak tau ingin mengatakan apa pada Ramel, bibirku kelu karena sentuhan lembutnya di pipiku. matanya menatap mataku dengan penuh rasa, entah rasa apa itu. aku tak ingin menebak atau meramalkan.     

Dengan berani aku mencium bibirnya, bibir lembut yang membuatku tak sadarkan diri, bibir lembut yang membuatku ingin mengecapnya terus menerus, bibir lembut yang membuatku meremang dan ingin terbang kelangit ketujuh.     

aku menutup mataku dan merasakan sensasi keindahan, Edwards membalas ciumanku dengan hasrat dan kelihaiannya, Aku terjatuh sekali lagi dalam pelukannya. dalam pelukan yang akan membawaku ke lubang masalah yang lebih dalam. Dan aku membiarkan diriku masuk kedalam masalah itu, aku membiarkan cintaku terporak-porandakan dalam pelukannya.     

Sentuhan tanganya di punggungku membuat sensasi panas menggelitik, aku sudah bisa merasakan ada banyak luka yang akan kudapat di sentuhannya itu, aku tau darah akan mengalir disana, aku tau kesakitan sedang menungguku setelah ini. setelah ciuman panas ini, setelah pelukan hangat ini, dan setelah bibir ini terlepas dari bibirnya. aku harus kembali lagi ke kenyataan bahwa aku harus berjuang lebih dan lebih lagi dari sebelumnya.     

apalagi masalah kami belum selesai, kenapa aku jadi merasa sedih? harusnya aku bahagia. aku sedikit bingung dengan Suasana hatiku yang memang cukup tidak masuk akal.     

Deru nafas kami membuat kami tau bahwa sebenarnya kami saling membutuhkan, bahwa kami harus saling menjaga. bahwa kami akan retak dan hancur jika berpisah.     

Edwards melepaskan ciumannya, padahal aku ingin berlama-lama tersesat. aku menatap matanya sekali lagi. mencari arti diriku dihidupnya, tapi aku tak menemukan apapun, aku tak menemukan cinta dan kasih sayang. aku hanya menemukan kekosongan dan kebingungan...     

"Percayalah satu hal, mungkin saat ini aku tidak bisa sepenuhnya mencintaimu. tapi waktu, waktu akan menjawab semua pertanyaan yang ada di otak kecilmu, semuanya... Dan saat waktu itu tiba, datanglah kepadaku dan aku akan menciummu lebih dalam dari ini, maukah kau bersabar dan tunggu aku?." Edwards berkata dengan serius, aku mengangguk dan memeluknya erat. seberapa lama waktu itu, aku akan menunggu. seberapa lama waktu itu, aku akan menanti. mengharapkan buah manis yang akan kupetik dari kesabaran, Semoga Tuhan menguatkan hatiku dan tubuhku, Semoga Tuhan akan selalu menyemangati diriku, Dan semoga Tuhan membantuku untuk terus berdiri serta menunggu cinta Suamiku..     

Aku tau kenapa Edwards mengatakan hal tersebut, karena masih ada Violet di tengah-tengah kami. Wanita itu, wanita pertama yang Edwards cintai. Bagaimana bisa wanita itu benar-benar menghilang dari hati suamiku? tentu butuh waktu, begini saja sudah cukup. aku tau aku cukup punya tempat yang luas di hati suamiku, jadi untuk apa aku merasa takut? aku akan berjuang. berjuang bersamannya hingga habis nafasku.     

Aku melepaskan pelukan kami, tidak ada air mata yang aku keluarkan. apakah aku sudah benar benar kuat? apakah kelemahanku sudah hilang karena aku tak menangis?..     

Kurasa tidak..     

"Aku senang kita bisa berada di situasi ini, kau memeluk diriku dan aku memeluk dirimu. aku jadi bertanya-tanya, apakah aku masih baik-baik saja? jika dulu aku tidak menemukan dirimu? aku rasa tidak, karena sekarang aku sangat kuat karena ada istriku disini. di sisiku dan di hatiku yang paling dalam." Ungkap Edwards dengan semua kejujurannya.     

"Aku juga bertanya-tanya apa yang akan terjadi padaku, jika saja aku tidak bertemu suamiku yang tampan ini. aku rasa, aku masih bekerja sebagai wanita bayaran yang Tidak punya apa-apa, bahkan harga diri saja tidak punya." Kataku, Edwards langsung memeluk Diriku dan menghela nafasnya pelan di samping telingaku.     

"Kau punya banyak harga diri sayang, kau punya banyak kebaikan di hatimu. ini jalan Tuhan untuk kita, Tuhan mau kita di pertemukan dan saling menguatkan, Tuhan mau kita saling berpegangan tangan dan saling mengasihi. Semoga Tuhan selalu ada di samping kita, dan membantu kita melewati semua jalan yang mungkin akan sangat berliku." kata kata Edward sangat benar, bahwa ada Tuhan di samping kita.     

Mungkin aku bisa kuat saat ini, karena Tuhan selalu ada di sekitarku. Mungkin juga, aku bisa sangat baik-baik saja sekarang, karena ada Tuhan di sekitarku. aku mengelus pelan lengan Edwards, beberapa saat kami saling terdiam dan hanya menatap langit.     

Helaan nafas kami saling bersahutan, aku yakin Edwards sibuk dengan pikirannya sendiri. aku paham betul dia memang mudah sekali berpikir tentang banyak hal, tapi apapun itu. aku mau kita bisa bersama-sama.     

"kau ingin kembali berkeliling atau masuk kedalam dan beristirahat?" Tanya Edwards padaku. dia melepaskan pelukannya dan menatap mataku dengan lembut.     

"Aku ingin merasakan udara disini, menenangkan dan aku menyukainya. jika kau ingin masuk, masuklah. aku tak akan pergi jauh, aku berjanji". kataku pelan.     

"Baiklah, aku kedalam. jika butuh sesuatu, panggil aku ya". Edwards mencium keningku dan masuk kedalam rumah. aku meliriknya sebentar lalu melihat lagi hamparan deadelion, keheningan membuatku malas untuk berpikir banyak, aku hanya perlu menunggu dalam kesabaran.     

Aku mengelus pelan perut yang berisi buah hatiku dan Edwards, semoga kedatangannya kedunia ini nanti dapat membawa kebahagiaan bagi keluarga kami. aku mengangakat kepala ke langit, aku dapat melihat awan biru dan matahari yang bersinar terang namun tak terik. jalanku masih panjang, dan waktu terus berputar. yang harus diperbaiki saat ini adalah menjadi kuat dan pantang menyerah. maka aku akan bisa memiliki suamiku seutuhnya, jika aku menyerah maka aku kalah, dan aku tidak ingin kalah dengan siapapun.     

Siapapun yang menghalangi jalanku untuk merebut cinta suamiku, maka orang itu akan menjadi musuhku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.