Hasrat Wanita Bayaran

Percakapan berakhir kacau



Percakapan berakhir kacau

0"aku ingin ketempat itu suatu hari nanti Edwards". ucapku pelan,     

"tentu". Katanya yang sudah tau apa maksud dari perkataanku. aku sedang membahas salah satu adegan di dalam saja.     

aku membayangkan bagaimana tempat yang mereka kunjungi dalam satu hari menjadi tempat yang akan menciptakan banyak kenangan, aku tidak tau bagaimana kuat hati laki-laki itu, karena ia hanya mendapatkan satu hari bersama perempuan yang ia cintai. setelah hari itu terlewati maka kenangan itu akan seperti mimpi yang indah dan hanya mampu diingat dalam pikiran sang lelaki.     

aku melirik sebentar kearah Edwards, lalu memperhatikan wajah tampannya yang dengan tenang menonton film. entah apa yang ada di pikiran Edwards saat ini. apa yang dia bayangkan? apa film ini cukup membuat hatinya tersentuh? sebenarnya aku tidak pernah tau seberapa rapuh hati seorang laki-laki. tapi jika aku lihat dari contoh film ini, hati laki-laki cukup rapuh namun mereka pandai menyembunyikan hal itu.     

akukembali melihat kearah layar laptop, pikirannya sudah tidak tenang. film ini membuat hatiku sedikit rapuh, bayang-bayangan menjadi laki-laki tersebut menghantui pikiranku. apa aku akan sanggup jika suatu hari nanti dilupakan oleh Edwards dan hidup sendiri? menjalani hari-hari seperti semuanya baik-baik saja dan hanya mampu melihat orang yang kita cintai dari jauh?.     

"kau menangis?". ucapan Edwards membuyarkan pikiranku, aku buru-buru menghapus air mata yang entah kapan jatuh begitu saja.     

"ahh ya, filmnya sangat sedih". aku melihat kearah layar laptop yang ternyata film sudah selesai. ternyata tidak berasa menonton satu film, mungkin sekitar dua jam mereka lewati dan sekarang aku jadi bingung ingin mengucapkan apa. hatinya tiba-tiba resah dan sedikit sesak.     

"aku perhatikan selama menonton, wajahmu berpikir banyak hal. ada apa? kau tidak suka fimnya?". tanya Edwards.     

"ah tidak, aku hanya membayangkan bagaimana sang lelaki mampu mencintai perempuan setulus itu". aku menyibukkan diri dengan Memakan puding yang tidak aku sentuh saat pertama kali menonton film.     

"tidak usah dibayangkan, itu hanya sebuah film". Edwards mengambil puding yang aku buat, dia mengambil cukup banyak dan langsung memasukan ke dalam mulut.     

"tapi makna dari film itu cukup bagus. apakah hati seorang laki-laki memang sangat rapuh Seperto itu? namun mereka pandai menutupinya secara baik". aku melihat Edwards yang hanya mengunyah puding dan memandang kearah vas bunga yang ada di samping kami     

"kurasa itu benar". ucap Edwards pelan.     

"seperti hatimu yang mencintai Violet?". tanyaku dengan hati hati.     

"ya seperti itu, sang lelaki dalam film itu masih beruntung. orang yang ia cintai masih bisa dia lihat, walaupun mungkin tidak bisa dimiliki. tapi aku? aku sekalipun memiliki, aku selalu di buang dan di hina." mendengar hal itu aku hanya diam dan memperhatikan wajah Edwards yang terlihat dari samping, aura wajah itu seperti benar-benar menyimpan banyak kesedihan yang mendalam. entah bagaimana hati Edwards saat ini. namun aku tau bahwa Edwards memang belum bisa melupakan istri pertamanya itu.     

"Violet sangat bahagia disana, masih dicintai oleh laki-laki yang sangat baik seperti kamu". aku berkata pelan, walapun aku tidak yakin apakah Edwards masih benar-benar mencintai Violet atau tidak.     

"aku tidak sebaik itu, buktinya aku belum bisa membuatmu bahagia". katanya padaku.     

" kau sudah sangat membuatku bahagia, hatimu menerima aku dengan sangat terbuka. aku yakin cepat atau lambat kita akan saling mencintai dengan begitu besar." Ujarku dengan sangat bersemangat.     

"sebaiknya kau jangan jatuh cinta denganku". Edwards menyelipkan sejumput rambut kebelakang telingaku. mendengar apa yang dia katakan, tentu hatiku sedikit sakit dan bingung.     

"mengapa". aku menahan nafasnya yang sedikit sesak karena pernyataan itu.     

"karena jika kamu jatuh cinta denganku kamu akan kalah". katanya dengan suara pelan     

"kenapa aku kalah?". tanyaku lagi.     

"karena aku mungkin tidak akan pernah membuatmu bahagia, dan aku bingung bagaimana cara hati ini untuk menjaga dirimu." Telingaku seperti berdengung dan persendian tubuhku seakan mati rasa. Tanganku yang di genggam Edwards saat ini seperti ribuan duri yang menyakitiku secara halus. tubuhku sudah bergetar hebat, namun aku yakin ini bukan lelucon. wajah serius Edwards tidak mengisyaratkan sebuah canda.     

"ap...a apa maksudmu Edwards?". suaraku sedikit bergetar, aku yakin saat ini wajahku sudah benar-benar pucat. dia hanya memandang diriku dengan sebuah tatapan yang tak tau apa artinya.     

"kau orang baik Choon-hee, kau sangat baik sudah bersedia menjadi istri dan calon ibu bagi anakku. tapi ketahuilah, bahwa jika kau jatuh cinta maka hatimu akan kalah, hanya ada kesakitan dalam cinta dan aku tidak ingin kamu mengalami rasa sakit itu. cukup berada di sampingku dan aku berada di sampingmu lalu kita jalani hidup ini tanpa cinta. tidak ada cinta yang akan benar-benar membawa kebahagiaan". kata Edward dengan yakin.     

"cinta yang kau miliki dulu yang membuatmu menjadi seperti ini Edwards. cinta tidak selamanya menyakiti". aku berusaha mengusap pipi Edwards dengan gerakan pelan.     

"memang cinta adalah hal yang paling indah di awal, namun jika kamu sudah merasakannya sangat lama maka hanya ada kesakitan disana". Edwards berkata lagi, mencoba untuk meyakinkan diriku     

"jika rasa sakit itu bisa membuatmu berada terus di sampingku , aku rela merasakan rasa sakit itu". aku melepaskan genggaman tangan Edwards dan kini mataku memandang kearah vas bunga yang cantik. aku tidak kuat jika harus terus menatap mata Edwards, aku sudah mau menangis sekarang.     

"kau tidak perlu merasakan sakit agar aku berada di sampingmu, aku akan terus di sampingmu namun mungkin aku tidak akan pernah jatuh cinta denganmu". Edwards berkata dengan sangat jujur, kejujurannya itu membuatku terhantam ribuan kenyataan     

"kau memang lelaki yang jahat Edwards, kau menginginkan aku tapi kau tidak ingin mencintaiku? lalu apa artinya diriku bagimu? apa selama ini aku hanya boneka bagimu? apa aku hanya mainan untukmu? apa hanya Violet yang ada dalam hatimu? aku sudah memberikan seluruh hidup dan hatiku untukmu, kukira beberapa hari terakhir ini kau sudah berubah, kukira kamu sudah mulai mencintaiku. tapi aku benar-benar salah. hatimu sudah mati dan membeku, dan aku tidak bisa menumbuhkan cintamu lagi. kau tau kenapa? karena kamu menghalangi itu semua. aku muak dengan sikapmu Edwards, aku muak dengan dirimu yang seakan-akan paling tersakiti tapi kau tidak pernah melihat ke sekelilingmu siapa yang kau sakiti". Aku menumpahkan banyak air mata saat itu juga.     

"maka dari itu kukatakan jangan jatuh cinta denganku, aku tidak ingin kau tersakiti". kata Edward bersikeras.     

"AKU SUDAH JATUH CINTA DENGANMU!! kau tau? aku sudah tersakiti saat ini. dan aku sudah kalah, aku sudah kalah sejak pertama kali aku menikah denganmu". aku sudah menangis, aku bangun dari dudukku dan meninggalkan Edwards yang hanya dia membeku atas pernyataan yang aku katakan tadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.