Hasrat Wanita Bayaran

Masuk perangkap Violet.



Masuk perangkap Violet.

0Edwards dan Choon-hee sedang sarapan bersama, mereka berdua memilih untuk makan di dalam kamar saja, karena kata Edwards tadi. Kedua orangtuanya pergi ke rumah sakit, untuk melakukan pemeriksaan.     

Choon-hee tidak bertanya kenapa dan untuk apa, dia hanya mengangguk saja dan merasa bahwa hal itu bukanlah hal yang bisa di pertanyakan.     

Mereka makan dalam diam, sesekali Choon-hee melihat ke arah Edwards yang sepertinya sangat menikmati sarapan pagi ini. Dia makan dengan lahap, tangannya bergerak begitu lihai dan mulutnya mengunyah dengan gerakan yang cepat.     

Choon-hee Tidak tau Kenapa Edwards sangat Semangat sekali pagi ini, hanya bisa memperhatikan dan sesekali memberikan apa yang Edwards inginkan.     

"kau mau buah lagi?." Tanya Choon-hee, Karena merasa sarapan pagi ini terlalu dingin. di dalam pikiran Choon-hee bertanya-tanya, apakah kemarin malam Dirinya melakukan kesalahan pada Edwards?     

Saat mereka bercinta, Apakah Edwards tidak senang di perlakukan seperti itu?     

"Tidak usah, aku sudah cukup kenyang. Hari ini aku akan bekerja. Kau di rumah saja tidak masalah kan? Kau bisa melihat-lihat Mansion. Mommy dan Daddy juga pasti akan pulang cepat, kau bisa mengobrol dengan mereka nantinya. Jika kau butuh sesuatu, katakan saja pada pelayan Atau kau bisa menelpon diriku." Edwards mengelap mulutnya dan meminum air sari jeruk, dia meminumnya hingga habis. entah pekerjaan seberat apa yang akan di temui Edwards di kantor, hingga dia mengumpulkan banyak energi seperti ini.     

"Apakah kau marah padaku?." Tanya Choon-hee secara terang-terangan, Wanita ini tidak terbiasa dengan sikap yang berbeda. dia selalu memberikan yang terbaik kepada semua Kliennya. Jadi jika ada sesuatu yang aneh, mungkin saja Kliennya tidak cukup puas.     

"hah? tidak.. kenapa kau berpikir seperti itu?." Edwards menatap bingung ke arah Choon-hee.     

"Tidak ada, hanya saja cara makan yang kau perlihatkan cukup berbeda pagi ini. Maafkan aku jika memang aku berbuat salah, tentang yang kemarin malam juga. Maaf." Choon-hee melepaskan semua pikiran di otaknya, menatap mata Edwards dan mencari celah apakah ada yang Edwards sembunyikan?     

"Oh soal itu, tidak.. aku malah merasa senang dengan semua yang kau berikan, kau terlalu hebat! aku senang sekali. Terimakasih ya, Pagi ini aku hanya terlalu bersemangat saja. Mendapatkan daya penuh karena semalaman sudah kau servis dengan baik." Edwards memegang tangan Choon-hee dengan lembut, lalu Edwards bangun dari tempat duduknya dan mencium kening wanitanya tersebut.     

Ciuman di kening itu terasa cukup lama, Edwards memejamkan matanya sebentar dan memikirkan hal-hal baik pagi ini. "Jika aku banyak pekerjaan, mungkin aku akan pulang sangat larut. Kau boleh tidur duluan jika lelah, jangan lupa kabari aku ya." Edwards melepaskan ciuman dari kening Choon-hee, dia menatap mata Wanita yang sekarang sudah Seperti teman baik baginya.     

"Baiklah, kau hati-hati dijalan dan jangan lupa makan siang. atau aku bisa bawakan makan siang ke kantormu." Choon-hee mencoba mencari celah.     

"Tidak usah, aku bisa makan siang sendiri atau meminta salah satu OB di kantor saja. Aku pergi ya." Edwards berkata lagi, Choon-hee langsung bangun dari tempat duduknya dan mengambil jas serta tas yang akan di bawa Oleh Edwards.     

mereka berdua berjalan secara bersamaan ke lantai bawah, Menggunakan lift dan keluar dari sana. Langkah kaki Edwards benar-benar cepat sekali, membuat Choon-hee harus Sedikit berlari untuk bisa mengejar Edwards. Mobilnya telah siap, supir keluar dari mobil dan memberikan kunci mobilnya pada Edwards.     

"Kau membawa mobil sendiri?." Choon-hee lagi-lagi bertanya, hatinya seakan merasa bingung dengan semua yang terjadi.     

"Ya, Aku mau cepat sampai. aku pergi ya." Edwards mengambil jas dan Tas kerjanya, Choon-hee hanya mengangguk saja dan membiarkan kepergian Edwards kali ini.     

Lambaian tangan mengantarkan Edwards dengan baik, Di dalam mobil Edwards hanya bisa memikirkan satu orang. Dia menginjak pedak gas Semakin dalam dan menebus jalanan ibukota yang cukup lenggang di pagi hari.     

Matanya melirik ke arah jam tangan beberapa kali, Lalu mencoba untuk menghubungi nomor Violet. istrinya yang sudah sejak tadi pagi membuat Edwards jadi resah sendiri. Edwards mengaku bahwa dirinya memang ingin berpisah dari Violet, tapi saat membaca pesan yang di kirimkan violet padanya, membuat Edwards jadi merasa takut. Dia Takut sekali jika Violet benar-benar pergi untuk selamanya.     

Mobilnya semakin cepat saja membelah jalanan, beberapa menit kemudian dia sudah sampai di depan loby rumah sakit. Memarkirkan mobilnya dengan asal lalu keluar dengan cepat, langkah kakinya sudah bergerak mengikuti insting yang ada.     

Edwards mulai memasuki lorong demi Lorong untuk menemui Violet saat ini, Ketika sampai di depan pintu ruangan Violet. Edwards langsung membukanya, melihat ruangan yang sudah di bersihkan dan cukup rapih.     

Mata Edwards melihat ke arah Violet yang sedang duduk di atas kursi Rosa dan memandang balkon. Edwards masuk secara perlahan-lahan, lalu dia berdiri di samping Violet. Mendengar suara sepatu yang menggema, tentu saja Violet langsung menengok dan Tersenyum manis.     

"Hai... Kau sudah datang, biasanya jam segini kau baru bangun." Sambutan hangat dari Violet membuat Edwards langsung merasa lemas.     

"Ya, aku memikirkan dirimu. Bagaimana keadaanmu? Apa yang mau kau Katakan padaku? Kenapa?." Sebenarnya masih banyak sekali pertanyaan yang mau Edwards keluarkan, tapi Edwards menahannya dan tidak bisa mengeluarkan semuanya secara bersamaan.     

Edwards menunggu beberapa saat, menunggu istrinya ini mengucapakan satu atau dua patah kata yang mampu di dengar. Tapi sampai angin menebus gorden jendela, Violet hanya diam saja. Matanya menatap lurus ke arah Edwards dan Tak lama air mata Jatuh di pipi Violet.     

"Ayo kita bercerai." Suaranya serak, air matanya Semakin mengalir deras.     

Edwards langsung memeluk violet saat itu juga, hatinya tidak sanggup. Edwards tidak sanggup melihat air mata kesedihan di mata Istrinya. Edwards juga Tidak sanggup membayangkan bahwa Violet akan pergi bersama semua rasa bersalah.     

"Kenapa? Kenapa sekarang kau setuju?." Tanya Edwards pelan.     

"Karena aku tau, aku salah. aku banyak salah padamu, aku mau minta maaf dan menghilang jauh dari hidupmu. aku benar-benar merasa bersalah, aku mohon maafkan aku." violet menangis sesenggukan, hal itulah yang membuat Edwards semakin terpukul. dia terus saja memeluk tubuh istrinya, tidak mau melepaskan sama sekali.     

Violet yang berada dalam pelukan Edwards sedikit tersenyum licik, matanya yang mengeluarkan air mata hanya sebuah kepalsuan. Violet merasa rencana awalnya sudah berjalan dengan baik, hanya perlu menyakinkan Edwards dengan air mata palsu saja. Lalu lama kelamaan Edwards akan mencintai Violet lagi. itulah yang ada di dalam pikiran wanita licik saat ini.     

Ular tetap saja akan menjadi ular, sifat Dan sikap Violet memang begitu jahat. Dia tidak punya kasih sayang, di otaknya hanya uang dan ketenaran saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.