Hasrat Wanita Bayaran

Masih tentang masa lalu Bella (3)



Masih tentang masa lalu Bella (3)

0"Baiklah lah Nak, terimakasih. kau bisa buatkan susu coklat hangat ya". Kata Emma lagi.     

"Oke Bu." Bella turun kembali ke bawah dan menaruh tempat yang dipegangnya ke dalam kamar mandi. berjalan ke arah dapur dan mengambil susu coklat lalu menuangkan kedalam pemanas, sambil menunggu susunya panas.     

Bella mengambil gelas di atas rak piring, namun karena rak terlalu tinggi dan dia tidak sampai. dia mulai mencari bangku untuk membantunya naik, setelah naik dan mendapatkan gelas dia berniat untuk turun, namun entah mengapa tiba tiba kaki bangku tersebut patah dan Bella terjatuh kesamping menyenggol pemanas susu. Susu yang sudah panas itu menyiram tangan Bella, punggungnya juga terbentur meja kompor.     

"Arrgghhhh sakit Sekali." Bella menahan tangis saat susu panas itu membuat tanganya memerah dan sedikit melepuh, punggungnya pun terasa nyeri karena terbentur. dia mengatur nafas sebentar agar tidak menangis, walaupun sakitnya tidak akan bisa ditahan oleh anak seusianya.     

Bella bangun dan membersihkan tumpahan susu dilantai, mengelapnya hingga tidak tersisa lagi. membiarkan tanganya yang semakin terasa panas dan nyeri, menuangkan kembali susu ke tempat pemanas. untung saja gelas yang ia pegang tidak pecah, dia menunggu susu sambil membereskan bangku yang satu kakinya patah.     

Mungkin Bella tidak melihat bahwa bangku itu sudah rusak, tidak mau berpikir yang aneh aneh. Bella langsung menuang susu yang sudah hangat kedalam gelas, lalu membawa beberapa cemilan di tanganya juga. berjalan perlahan untuk naik ke kamar ibunya.     

kulitnya yang memang putih bersih sangat terlihat kemerahan dan beberapa bagian melepuh kecoklatan. dia sampai di atas kamar ibunya, namun ibunya masih ada didalam kamar mandi. lalu mengambil alat menggambarnya dan menyiapkan di atas meja disamping tempat tidur.     

Menunggu ibunya yang sedang mandi atau mengelap badan saja, Bella tidak tau. mengelus perlahan tanganya yang melepuh, dia takut ibunya nanti semakin khawatir. akhirnya dia mengganti baju dengan sweater panjang, agar ibunya tak mengetahui luka di tangan dan punggungnya.     

setelah selesai mengganti baju, Bella menaruh baju yang sudah di pakai tadi kedalam keranjang baju kotor.     

"Nak, kau ganti baju?" Emma yang sudah bersih dan mengganti bajunya yang basah mengeringkan rambut dengan handuk dan berjalan ke arah anaknya.     

"Ya ibu, sangat dingin jadi aku pakai sweater saja". bohongnya. "ibu sudah selesai mandi atau mengelap badan saja?" Bella mengalihkan pembicaraan ke ibunya.     

"Ibu mandi Nak, kau membawa banyak air hangat ke atas. apa kau tidak lelah?". tanya Emma pada anak perempuannya.     

"Tidak Ibu, itu sih mudah bagiku." Ujar Bella berpura-pura kuat, padahal saat ini dia sedang menahan rasa sakit.     

"Kau memang seperti ayahmu Nak, cerdas dan kuat. ibu bangga padamu. ayo kita mulai menggambar". Bella mengangguk dan mengajak ibunya untuk duduk di atas kasur dan Bella duduk di bangku yang mengarah didepan ibunya.     

Bella menggambar apa yang diminta adik dan ibunya, hatinya gembira karena bisa membuatkan gambar untuk seseorang yang dia sayang, Bella berharap saat dia besar nanti bisa sama sama menggambar dengan adiknya. adiknya pasti sangat menggemaskan.     

"Ibu jika adik Bella perempuan apa boleh nanti aku ajak bermain bersama sama teman bela yang lain?." Bella bertanya namun tanganya tetap asik mencoret coret buku gambar dengan lihai.     

"Tentu boleh nak, Karena saat ibu tidak ada. Kau harus menjaga adikmu. Kau harus menjadi kakak yang baik padanya, kau akan menjaganya kan?." Emma mengelus pelan rambut Bella.     

"Tentu ibu, aku akan menjaga adikku sebaik mungkin. tapi jika adikku lebih dari satu, apakah aku juga harus menjaga mereka Sendirian?." Pertanyaan Bella membuat Emma Terdiam Sebentar, dia tau pastilah anaknya saat ini sedang berpikir banyak hal.     

"Mungkin ibu akan mencoba untuk membagi waktu, untuk saat ini Ibu harus banyak bekerja demi masa depan kalian Nak." kata Emma mencoba untuk memberitahu keadaan saat ini pada anak perempuannya.     

"Aku akan menjaga mereka sampai ibu pulang bekerja, aku tau ibu bekerja untuk masa depan kami. Tapi semoga saja ibu mempunyai banyak waktu libur, agar kita sering-sering bermain bersama." Kata Bella lagi, dan Emma hanya bisa mengangguk mendengar anaknya yang sepertinya sangat ingin Emma mempunyai banyak waktu.     

"Ibu akan mencoba untuk sering-sering pulang kemari, ayo gambar lagi." Emma menghela nafasnya panjang, mendengar pernyataan dari bibir Bella.     

Bella mengangguk dan mulai menggambar sesuatu yang menurutnya sangat cocok untuk adiknya. di tengah keheningan yang terjadi, malam yang sangat sepi itu membuat suasana sedikit aneh.     

Beberapa kali Emma melihat ke arah jendela, namun suasana memang seperti itu. di tengah keheningan yang terjadi, tiba-tiba saja terdengar banyak orang Berlarian. Bella dan Emma sama-sama menengok ke arah pintu, Emma mengambil pistol di balik meja belajar. namun tangannya kalah cepat dari orang-orang yang datang ke kamar itu.     

Dorrr....     

satu tembakan di layangkan pada tangan Emma.     

"Ahhhh!!!!! Ibu!!!." Suara teriakan Bella membuat suasana menjadi begitu ramai.     

Banyak orang-orang yang berpakaian serba hitam dan membawa senjata tajam. mereka datang dan berkumpul di dalam kamar kecil itu, mereka mengarahkan semua senjata pada Tubuh Emma. Bella yang melihat ibunya sedang di ancam, langsung memeluk ibunya. Walaupun dia tau saat ini tangan ibunya sedang berdarah.     

"Jangan sakiti ibuku." Kata Bella dengan suara tangis anak kecil, Seorang lelaki yang cukup tua datang di antara mereka. laki-laki itu adalah Kepala keluarga Berenice, seorang kakek-kakek yang memang masih memegang kekuasaan penuh atas keluarga Berenice pada masa itu.     

"Tuan.. Tuan saya mohon, saya mohon jangan bunuh anak saya. Saya bersedia lakukan apapun." Emma Sudah memohon di bawah kaki Tuan Berenice, namun Tuan Berenice hanya tertawa kecil dan menekan luka di tangan Emma dengan tongkat yang dia bawa.     

"Argghhh!!!!." Emma menahan rasa sakit di tangannya, Bella yang melihat itu hanya bisa menangis dan menatap wajah Tuan Berenice yang sangat seram sekali. seperti malaikat pencabut NYAWA.     

"Sudah aku bilang jangan pernah mengkhianati diriku! bagaimana bisa kau memberikan Informasi tentang keuangan perusahaan kepada badan intelijen? kau gila? atau kau memang sudah bosan hidup?." Tanya Tuan Berenice lagi, namun Emma tidak mengatakan apa-apa. dia hanya terdiam sambil menahan sakit di tangannya.     

"Kau tau kan? apa hukuman bagi orang-orang yang mengkhianati keluarga Berenice? mereka pantas mati, aku tidak akan membunuh anakmu. aku akan membuat anakmu melihat kematian ibunya dengan Tragis, dia akan menjadi anak yang gila. aku bisa saja memasukan dia ke rumah sakit jiwa, agar dia tidak punya masa depan sama sekali." Setelah Tuan Berenice mengatakan hal tersebut, suara tembakan kembali terdengar.     

Darah segar keluar dengan deras di balik kepala Emma, Bella yang ada di samping ibunya hanya bisa Terdiam. apalagi saat darah itu mengenai sisi wajahnya, dia bergetar ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.