Hasrat Wanita Bayaran

Ingin di jebak?



Ingin di jebak?

0"Aku rasa sebuah cinta tidak perlu di jelaskan lebih lanjut, apakah itu benar-benar perasaan atau hanya sebuah kenyamanan saja. aku bukan bingung, aku hanya tidak mau memberitahu orang lain tentang perasaan yang sedang aku Rasakan saat ini." Jawabku seadanya, aku tidak memandang Daniel sama sekali. Dia sudah mengeluarkan rokok dari kantung celananya, lalu menyalakan rokok tersebut dengan gerakan santai.     

aku tidak mempermasalahkan dengan apa yang Daniel lakukan, bagiku mau dia jungkir balik sekalipun, itu haknya... Aku terbiasa dekat dengan lelaki perokok. Ya, karena aku sudah sangat lama hidup di dunia malam.     

"Kau mencintai Edwards? tapi Edwards masih mencintai wanita lain, Seandainya saja Violet bersikap manis seperti dirimu. aku yakin Edwards tidak akan pernah menikahimu sampai saat ini. Itu mungkin alasan yang baik saat seseorang tidak di takdirkan untuk bersama. Sebab cinta saja tidak cukup, untuk membuat seseorang bertahan." Daniel mengembuskan rokoknya hingga mengepul di udara, aku melihat asap itu yang terbang di langit-langit lalu menghilang.     

Seperti itu cinta? Terlihat nyata saat di awal, tapi perlahan-lahan menghilang tanpa jejak. Hanya aromanya saja yang masih membekas di penciuman.     

"Mungkin itu alasan Tuan Brandon dan ibumu bisa bersama. Tuan Brandon membutuhkan wanita yang bisa menurut padanya dan selalu memberikan semua waktu untuk Mengurusnya, dan Nyonya Clarisaa tidak bisa memenuhi hal itu. sebab dia terlalu sibuk dengan karir dan anak laki-lakinya. apakah aku salah?." Tanyaku menebak-nebak, aku hanya mempunyai beberapa spekulasi Tentang apa yang terjadi saat ini saja.     

"Aku rasa begitu, Mommy memang sudah sejak dulu tidak melakukan apapun. jarang keluar rumah jika Daddy ada di rumah, semaksimal mungkin selalu ada di samping Daddy dan memberikan banyak waktunya. Sama seperti posisimu saat ini? jadi kau paham sekarang, bahwa Edwards tidak bisa melepaskan dirimu atau Violet. dia tidak bisa memilih salah satu karena takut menjadi seperti Tuan Brandon. dia mau menggenggam keduanya dengan erat, dan memastikan kalian tidak menghilang dari hidupnya. dia mau kau dan Violet. apakah kau baik-baik saja Dengan kenyataan tersebut?." entah kenapa aku jadi tidak menyukai Pertanyaan dari Mulut Daniel, dia terlihat jelas sedang memanas-manasi diriku.     

Tapi apa yang dia katakan ada benarnya juga, bahwa Edwards memang melakukan itu karena dia tidak bisa memilih. "Tapi aku tidak sejahat ibumu, aku tidak mau menyingkirkan Siapapun. Jika memang Edwards mau hidup seperti ini, aku rasa berdampingan dan selalu berbagi satu sama lain tidak ada salahnya." Aku berkata dengan nada tidak yakin, tak lama aku mendengar suara tawa dari bibir Daniel. terlihat jelas sekali bahwa Daniel menertawakan apa yang aku katakan barusan.     

"Kau menertawakan aku!?." Tanyaku sebal, dan Daniel benar-benar masih tertawa kencang hingga aku melihat mata Tuan Brandon sudah terbuka. aku rasa dia merasa terusik dengan tawa dari Daniel. "Ish!!! berisik! ayahmu bangun itu!." Kataku pada Daniel, dia sudah mengangguk dan menghentikan tawanya sendiri     

"Kau lucu sekali, bagaimana bisa kau mau sebuah rumah tangga yang terdiri dari tiga kepala bisa baik-baik saja dan tidak terjadi masalah? Bagaimana bisa kau berharap bahwa Violet akan menerima dirimu disini? kau tau Choon-hee, pemikiranmu yang polos itu bisa saja membunuh dirimu cepat atau lambat. dalam hidup ini, seperti hukum Rimba. Kau hanya perlu memilih kau yang di mangsa, atau kau yang memangsa. Jika kau siap mati dengan sia-sia, pertahankan semua pemikiranmu itu. Tapi jika kau mau memangsa, kau harus mempunyai pertahanan diri dan strategi bertahan." Kata Daniel dengan nada mencemooh, aku yang mendengar hal tersebut pada akhirnya hanya terdiam.     

aku melihat Daniel yang sudah bangun dari sofa dan berjalan ke arah Tuan Brandon, dia memberikan air minum pada Ayahnya. Lalu membantu ayahnya untuk melihat sinar matahari, lebih tepatnya Daniel mengarahkan tubuh ayahnya agar terkena sinar matahari langsung. aku yang melihat itu hanya diam saja, aku rasa tubuh manusia memang membutuhkan sinar matahari. itu kenapa Daniel memberikan perhatian pada ayahnya saat ini.     

Ck! dia benar-benar baik ternyata dengan ayahnya, mau mengurus Dengan penuh perhatian. aku kembali menatap arah lain, tidak memperhatikan apa yang di lakukan Daniel lagi.     

"Choon-hee, bisakah kau bawakan obat yang ada di lemari sana?." Ucapan Daniel membuatku menoleh, dia menyuruhku mengambil obat yang di maksudkan. aku berjalan dan mengambilnya, lalu memberikan pada Daniel.     

"Bisakah kau oleskan sebentar? Aku mau mengambil makanan ke Bawah, Oleskan saja di kedua tangan Daddy. perlahan-lahan saja, itu salep untuk membuat tubuhnya lebih baik." Aku mengangguk paham, dengan cepat Daniel pergi dari kamar ini. aku yang melihat kepergiannya sedikit merasa aneh, tapi aku Menyingkirkan pikiran itu dan mulai membuka Penutup salep.     

Aku melihat mata Tuan Brandon yang sudah menatap mataku dengan lekat, dia menatap aku dan salep di Tanganku secara bergantian. "Kenapa? Kau butuh sesuatu Tuan?." Tanyaku pelan, karena merasa bingung dengan tatapan mata tersebut.     

"Kenapa? kau takut salep ini?." Tanyaku sekali lagi, dan dia mengedipkan matanya Beberapa kali.     

Sinar mentari Semakin mengusik pandangan mataku, beberapa saat aku terdiam dan berpikir. sinar mentari? Dan obat yang di oleskan? Aku melotot terkejut saat mengingat lagi apa yang di katakan Nyonya Anne dan dokter waktu itu, apakah ini obat yang akan membuat kulit melepuh? jadi saat obat ini di oleskan ke kulit Tuan Brandon, makan kulitnya akan melepuh dan terbakar.     

"Shit!." Kataku sebal.     

aku langsung menutup kembali obat tersebut dan mulai membuangnya dengan cepat ke arah balkon kamar. Obat itu jatuh ke lantai dasar, sebuah pepohonan lebat di bawah sana. Ketika melihat obat tersebut hancur lebur, barulah aku menutup jendela dan menyalakan AC di ruangan itu. dadaku seakan berdetak sangat kencang.     

"Apa aku di jebak?." Tanyaku dalam hati, aku menengok kembali ke arah Tuan Brandon dan memegang tangannya dengan lembut. "Tentang, aku tau apa obat itu." Kataku pada Tuan Brandon. dia sudah mengedipkan matanya berkali-kali, mungkin dia mau berterimakasih padaku.     

aku Menghela nafas pelan dan memastikan dia baik-baik saja, aku mencoba untuk mencari-cari obat yang lainnya. Melihat satu persatu isi laci meja, ketika aku menemukan obat yang aneh. aku membawanya ke depan Tuan Brandon. "Apakah ini obat yang membuat kau lumpuh Tuan? berkedip dua kali jika iya. dan berkedip satu kali jika tidak." Ujarku pelan, dan saat itulah aku melihatnya yang berkedip dua kali. aku langsung menahan nafas sesak. Aku mengambil obat tersebut dan membuka isinya, mengeluarkan beberapa pil dari dalam sana. lalu memasukkannya di belahan dadaku, aku tidak punya kantung saat ini.     

"Aku akan buang obat ini, dan menggantinya dengan vitamin biasa." Kataku padanya, dan dia mengedipkan matanya dua kali lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.