Hasrat Wanita Bayaran

pagi manis bersama dirimu



pagi manis bersama dirimu

0Ketika seorang Pria yang mau Istrinya menjadi seorang ibu yang baik, memikirkan masa depan anak-anaknya lebih dulu bahkan sebelum mereka lahir ke dunia ini.     
0

Ibu adalah sosok hebat yang mampu melakukan tugas-tugasnya tanpa mengenal lelah. Seorang ibu tidak bisa dianggap remeh karena harus memikul beban dan tanggung jawab yang sungguh berat.     

Bagaimana tidak, ibu dituntut harus bisa mengurus semua urusan rumah tangga, mulai dari A sampai Z. Bahkan, banyak ibu yang juga harus bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Semua ia lakukan mulai dari pagi hingga malam hari non stop. Luar bisa ya?.     

Layaknya seorang guru, ibu juga memiliki peran penting dalam mendidik anak-anaknya mengenai pendidikan iman, moral, fisik dan jasmani, intelektual, psikologis, dan juga sosial. Melalui didikan seorang ibu, kepribadian seorang anak bisa terbentuk dengan baik karena ibu terus membimbingnya tanpa lelah sejak anak masih kecil. Ibu harus bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya karena anak akan mencontoh sikap dan perilaku orangtuanya.     

Sekarang aku tau kenapa Edwards sangat ingin aku bisa berjanji untuk menjadi ibu yang baik, sebab menjadi seorang ibu memang tidak mudah. Aku ingat dengan jelas bagaimana dulu ibuku harus bekerja dan mengurus diriku secara bergantian.     

Ahh.. Dunia memang tidak akan bisa apa-apa tanpa sosok seorang ibu.     

Aku melihat Edwards yang sudah terbangun dari tidurnya, semalaman aku dan dia tidur dengan tenang dan saling berpelukan. Kami sudah tidak membicarakan apa-apa lagi, lebih tepatnya aku dan dia langsung tidur dengan nyenyak. Bahkan kami bangun kesiangan hari ini.     

Edwards berkata padaku bahwa dia akan mulai bekerja lagi, dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja terlalu lama.     

Padahal dia bilang mau pergi berlibur untuk melupakan Violet dan memulai hidup baru, tapi nyatanya dia tidak bisa melupakan Violet dan malah terjebak di bawah kendali violet juga. Aku tidak mau mengaturnya ataupun mempertanyakan kenapa dia tidak melepaskan violet.     

Karena aku tau, sudah rasanya melepaskan orang yang benar-benar kita cintai. dan itu yang sedang di rasakan oleh Edwards saat ini. Dia Berusaha keras untuk melupakan istri pertamanya, namun cintanya terlalu besar dan sudah mendarah daging. Lalu apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya bisa membantunya dan berada disisinya sebagai seorang teman, teman yang saling menyayangi satu sama lain.     

Bagiku itu sudah cukup, setidaknya perasaan kami mungkin tidak akan tersakiti terlalu dalam. aku juga takut, aku takut bahwa semua kenyamanan yang aku rasakan di sisi Edwards membuatku jadi lupa. Lupa tentang apa tujuanku disini, lupa bahwa aku bukanlah orang yang pantas di sisi Edwards. Lupa bahwa aku hanyalah seorang wanita yang di bayar untuk berada di tempat ini.     

"Choon-hee kenapa melamun? aku tidak bisa pakai dasi sendiri." Edwards membuyarkan lamunanku, aku buru-buru ke arahnya dan mengambilkan dasi yang tergeletak di atas ranjang.     

"Maaf, aku hanya senang merasakan udara pagi. Kau bagaimana tidak bisa pakai dasi? Padahal kau setiap hari selalu memasang dasi, kau bilang saja mau aku pasangkan." Aku Tertawa kecil ke arahnya dan memukul lengannya pelan. Dia hanya ikut Tertawa, Edwards memang selalu ingin di perhatikan.     

semua itu wajar saja, sebab dia memang kekurangan kasih sayang dan perhatian dari orang sekitar. apalagi ketika dia memiliki istri, violet malah sibuk dengan dunianya sendiri. kasihan sekali Edwards, semua orang hanya mau uangnya saja.     

"Sudah, kau sudah tampan. Lihat bagaimana kau menyisir rambutmu? jangan Seperti ini, Sini aku rapihkan kembali." Aku berjalan ke arah meja rias dan mengambilkan sisir untuknya, lalu aku berjalan lagi ke arahnya dan dia sudah duduk di atas ranjang. aku menyisir kembali rambutnya yang tertata aneh, mencoba untuk merapihkan kembali rambut Edwards. dia seperti anak kecil yang penurut, duduk dengan tenang dan hanya menatap mataku.     

Kalian tau bayi panda? yang tidak bisa jauh dari ibunya dan selalu bergelayut manja, seperti itulah Edwards saat ini. aku hanya bisa Tersenyum kecil karena wajah Edwards begitu menggemaskan dan lucu sekali.     

"Sudah rapih, kau tampan dan harum sekarang. siap untuk berangkat kerja dan bertemu dengan banyak orang, Sapa karyawan Dengan senyum yang baik ya. mau bagaimanapun kau bisa berjaya seperti sekarang Karena mereka. Oke?." Kataku pada Edwards.     

"oke, aku akan melakukan apapun yang kau perintahkan. Kau baik-baik ya di rumah, katanya hari ini dokter Lita akan datang. tanyakan semuanya tentang kehamilan, apa saja yang boleh kau makan dan tidak. jangan terlalu lelah dan jangan memikirkan hal yang tidak perlu, aku akan menunggu kabar darimu. Jika aku sempat maka aku akan menelponmu dan memberitahu aku sedang apa." Edwards mengelus pelan rambutku dan mencium keningku dengan sayang. beberapa saat dia tidak melepaskan ciuman di keningku, aku merasakan rasa basah dan hangat.     

Setelah itu dia melepaskannya dan Tersenyum lagi ke arahku. Indah.. seperti sepasang kekasih yang saling mencintai, aku merasakan euforia berbeda saat ini. apakah memang sebahagia ini mengambil suami orang lain?     

atau kebahagiaan yang terasa memang hal yang biasa saja dalam hubungan?     

Tapi, memang apa hubungan aku dengan Edwards? suami istri? kekasih? atau hanya sekedar teman. Aku rasa pilihan terakhir...     

"Kau juga jangan terlalu lelah di tempat kerja, jika terlalu suntuk maka beristirahat sebentar. Minum kopi dan makan sesuatu yang manis, itu bisa menambah konsentrasi dan fokus. aku akan menunggu telepon darimu, ayo aku antar berangkat kerja." Kataku pada Edwards, dia mengangguk dan kami mulai bangun bersama. aku mengambil tas kerja Edwards yang cukup berat, Edwards langsung Menahan Tanganku.     

"Aku saja, Ini berat." Ujar Edwards.     

"Memang apa isinya? kenapa berat sekali?." Tanyaku.     

"Berkas-berkas dan laptop, laptop khusus yang selalu aku bawa. Karena ada beberapa hal pribadi yang harus aku jaga." Edwards kembali mengelus rambutku, dia memegang tanganku dengan tangan sebelah kanan dan sebelah kiri memegang tas kerjanya.     

Kami bersama-sama keluar dari kamar dan memasuki lift. Hanya beberapa detik lift sudah membawa kami ke lantai bawah, kami kembali berjalan dan keluar dari sana. Melihat beberapa pelayan yang sudah menyapa, salah satu pelayan memberikan satu paper bag padaku. aku langsung berterimakasih padanya.     

Aku dan Edwards sudah berada di depan mobil yang akan Edwards bawa. "Ini bekal untukmu, aku siapkan tadi saat kau mandi. tapi ini masakan yang di buat oleh koki disini, aku hanya memasukan ke dalam kotak bekal saja. Kau makan ya, aku tidak mau kau melewati sarapan." Ujarku padanya, karena kami bangun kesiangan, jadi Edwards tidak sempat sarapan di rumah. tapi aku tetap mau menyiapkan makanan untuknya dan dia bisa makan di kantor sambil bekerja.     

"Terimakasih ya, aku Berangkat.. Bye." Kata Edwards, di masuk ke dalam mobil dan mobilnya berlalu pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.