Hasrat Wanita Bayaran

Aku tau apa kekurangan Edwards sekarang.



Aku tau apa kekurangan Edwards sekarang.

0Keesokan paginya, Edwards masih tidur dengan nyenyak. Tubuhnya semakin panas, aku rasa dia benar-benar demam. semalaman aku tidak bisa tidur dan memastikan Edwards baik-baik saja. walaupun sebenarnya aku tidak melakukan apa-apa untuknya.     

Aku Berjalan menuruni anak tangga satu persatu, aku mau bertanya pada Nyonya Anne apakah dia bisa memanggilkan dokter Untuk Edwards atau tidak.     

aku berjalan ke arah Ruangan makan, benar saja disana keluarga Douglas sudah berkumpul untuk sarapan pagi.     

"Selamat pagi semuanya." Kataku menyapa dengan sopan, mereka menengok dan Tersenyum kecil.     

"Pagi Choon-hee, dimana Edwards? kenapa tidak turun bersama dengan dirimu?." Nyonya Anne bertanya padaku, dia sibuk menyiapkan beberapa makanan untuk suaminya.     

"Edwards sepertinya demam, tubuhnya cukup panas. Apakah kita bisa memanggil dokter untuknya? aku takut dia kenapa-napa." Kataku pelan, beberapa saat tidak ada Reaksi dari mereka. sampai aku mendengar helaan nafas dari Tuan Brandon dan dia menatap mataku dengan sendu.     

"Biarkan saja, dia akan selalu sakit di tanggal-tanggal segini. berikan saja obat secara teratur, obatnya minta pada pelayan. Laki Pastika Edwards makan dengan baik dan jangan sampai dia keluar dari kamar. kalau bisa kunci kamarnya, kau mengerti?." kata-katanya membuatku bingung, menatap mata Tuan Branson yang sudah sibuk pada piring di depannya lagi.     

"Tapi kenapa hanya obat? Bukankah ada baiknya kita panggil dokter agar tau apa sakit Edwards saat ini?." tanyaku sedikit memaksa, dan saat Itulah Nyonya Anne bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke arahku.     

dia menatap mataku dengan lekat, tak lama dia tersenyum manis.     

"Kau dengar Choon-hee, ada beberapa hal yang tidak seharusnya kau pertanyakan. apapun yang terjadi dan apapun yang terlihat, bisa kau simpan dalam hatimu saja. Jika kami berkata seperti tadi, maka kau harus lakukan dengan baik. Jangan banyak bertanya dan diam saja, Lebih baik kau berpura-pura paham Daripada kau banyak ingin tau tapi hal itu bisa membuatmu syok nantinya." terdengar seperti sebuah ancaman, aku akhirnya mengangguk dan menghela nafas pelan.     

"Kalau begitu aku akan ke dapur membuatkan Edwards bubur dan meminta obat, permisi." aku langsung berlalu pergi ke arah dapur.     

Aku sudah tau dimana letak dapur, itu kenapa aku bisa kesana sendiri tanpa meminta bantuan pelayan. aku mulai membuka kulkas dan menyiapkan beberapa bahan untuk membuat bubur yang enak, Edwards pasti menginginkan makanan yang mempunyai cita rasa yang enak dan juga mudah di telan.     

tanganku sudah sangat lihai memegang pisau dan memotong ayam secara dadu, tak lupa beberapa bumbu dan juga beras yang sudah aku bersihkan.     

Ketika aku mau berjalan ke arah air minum, aku melihat kedatangan Daniel yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan dapur dan berjalan ke arahku.     

"Kau kemari? butuh sesuatu?." Tanyaku pada Daniel, dia hanya mengangguk dan memberikan aku beberapa obat. Obat itu di bungkus rapih dengan sebuah plastik khusus.     

"ini obat untuk kak Edwards, pastikan dia meminum semua obatnya dan makan dengan baik. dia akan sangat rewel ketika sakit, itu kenapa Violet tidak pernah betah berada di dekat Kak Edwards. Kau bisa menjaganya?." pertanyaan Daniel membuatku mengangkat alis bingung.     

"Apa susahnya menjaga orang sakit?." Tanganku asal.     

"Kak Edwards berbeda, saat dia sakit. Dia akan sangat rewel dan Seperti anak kecil, dia akan meminta banyak hal padamu, berkata dengan aneh lalu berlarian tak kenal lelah. aku sudah merasakan itu bertahun-tahun, sampai aku bosan sekali. Sekarang kau akan merasakan bagaimana kelelahan kami selama ini. selamat bersenang." Daniel menepuk pelan Pundakku lalu dia melangkah pergi dari dapur.     

aku hanya melihat saja obat di tanganku dan menggelengkan kepala bingung, aku melanjutkan kembali membuat bubur. Hanya sekitar 20 menit bubur yang aku buat sudah jadi, aku Membawanya dengan nampan dan obat yang tadi aku pegang.     

Berjalan cepat ke arah kamar, aku tidak melewati ruangan makan. Karena aku cukup malas melihat keluarga Douglas yang sepertinya sangat tidak peduli dengan kesehatan Edwards sama sekali.     

Aku sudah menaiki lift, agar lebih mudah sampai ke lantai atas. Ketika lift Terbuka aku langsung keluar dan berjalan ke arah kamar Edwards.     

ketika aku membuka pintu kamar dan menutupnya lagi, aku melihat Edwards yang sudah duduk di lantai, dia membuka bajunya dan sekarang bertelanjang dada.     

Aku menaruh nampan berisi mangkok bubur dan obat di meja dekat sofa, lalu memilih menghampiri Edwards dan mengelus lembut Tangannya.     

"Kenapa tidak pakai baju? Ayo pakai bajunya dan kita makan lebih dulu, aku yakin kau lapar." aku berkata sangat lembut. namun Edwards malah menggelengkan kepalanya dan tidak Menatap diriku.     

aku masih sabar, memegang lagi tangannya dan menggenggam dengan sangat baik. "Kau tau Edwards, aku membuatkan bubur untukmu. kau bilang kau suka jika aku memasak sarapan untukmu kan? Ayo sekarang kita makan, setelah itu minum obat dan bisa beristirahat lagi." Masih dengan suara yang lembut, aku mau Edwards tau bahwa aku disini untuknya.     

"Aku tidak mau, aku maunya permen. Kau punya permen? Aku mau permen, aku mau permen strawberry.. kau punya?." suara Edwards sangat lucu, dia menatap mataku dengan matanya yang menggemaskan. melihat tingkahnya seperti ini, aku memang sedikit kaget, tapi aku sudah paham Bahwa ada sesuatu yang memang terjadi. ketika Edwards berkata bahwa dia memiliki kekurangan.     

Dan aku rasa, inilah kekurangan yang dia maksudkan.     

"Aku punya permen, tapi kau boleh makan permen setelah menghabiskan sarapan yang aku buat. bagaimana? kau mau?." aku tersenyum manis padanya, mengelus lembut kepalanya seperti mengelus kepala anak kecil.     

dan matanya langsung berbinar senang, dia langsung mengangguk sangat bersemangat lalu bangun dengan cepat. dia meloncat-loncat gembira sekali. kegembiraannya itu membuatku ikut bangun dan tertawa kecil.     

"Ayo makan. ayo makan. ayo makan. kita makan apa? Kita makan permen ya?." Edwards memegang tanganku dan seperti anak kecil dia menarik tanganku ke arah sofa.     

"kita makan bubur lalu setelah itu kita makan permen, tapi buburnya harus habis lebih dulu. oke?." Aku mengambil bubur yang masih hangat dengan sebelah tangan, lalu menaruhnya di pangkuanku dan menatap mata Edwards yang sepertinya tidak senang dengan bubur tersebut.     

"Apa itu? Sepertinya tidak enak.. Aku mau permen! aku mau permen... Ahhhhh Ibu!!!! Aku mau permen! huaaaaa... ibu.. ibu.. aku mau permen! dimana ibuku!! Ibu... Ibu mau permen!!!." Edwards menangis dengan kencang, aku yang mendengar tangisannya langsung menaruh kembali mangkuk bubur dan langsung memeluknya dengan erat.     

"Ibu disini Nak, ibu Disini sedang memeluk dirimu. Kau harus makan, agar tidak sakit. Jika kau sakit siapa yang akan menemani ibu?." Ujarku, beberapa saat dia masih menangis. suara tangisannya cukup menyayat hati, tapi aku dengan sabar masih mencoba memeluknya dan Memastikan bahwa Edwards baik-baik saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.