Hasrat Wanita Bayaran

Ucapan pernikahan di meja makan.



Ucapan pernikahan di meja makan.

0Dentingan sendok dan garpu saling bersahutan di ruangan makan saat ini, ketika tangan bergerak Dengan lihai dan mata hanya memandang ke arah piring saja.     

Suara musik klasik yang cukup menenangkan di acara makan malam kali ini, membuat Suasana jadi lebih Sendu dan nyaman. Mungkin keadaan seperti sekarang hanya bisa di nikmati beberapa kali saja dalam hidupku, atau mungkin hanya sekali seumur hidup.     

Mataku sempat melirik ke salah satu piring yang berisi potongan bebek panggang, Kulitnya yang terlihat kuning kecoklatan, membuatku ingin sekali mengambilnya lagi dan memasukannya ke dalam mulutku.     

Tapi aku terlalu gengsi dan malu, Mencoba untuk makan dengan baik. Tidak terlalu lahap apalagi sampai seperti orang kelaparan, walaupun sebenarnya aku benar-benar ingin menghabiskan seisi meja makan di depanku.     

Ah.. makan dengan orang kaya memang selalu berada beda, Kemarin hanya makan dengan kedua orangtua Edwards saja sudah begitu istimewa. sekarang di tambah dengan dua adiknya dan Nyonya Besar Keluarga Douglas. Nenek Edwards terlihat santai melihatku sejak tadi, tapi aku tidak tau apa yang sebenarnya dia pikirkan sekarang.     

Bisa saja kan dia berpikir untuk memutilasi diriku?     

"Makanlah yang banyak, Jangan sampai kau kekurangan makan." Edwards berkata pelan, tangannya sibuk mengambilkan kulit bebek panggang yang sejak tadi aku lirik. Edwards terbaik! dia tau apa yang aku inginkan.     

Aku bersikap malu-malu dan mengambil pelan kulit bebek Tersebut, lalu memasukkan ke dalam mulutku dan mengunyahnya perlahan.     

Ahhh... rasanya nikmat sekali!     

Aku benar-benar tau bahwa makanan mewah dan semahal ini rasanya memang beda!     

Sebenarnya aku sering merasakan makanan sejenis ini, tapi Karena aku membelinya di Restauran biasa saja. Tentu rasanya berbeda, makanan di depanku semuanya di buat khusus oleh Chef handal dan terkenal. Itu kenapa bebek panggang yang sama saja rasanya bisa berbeda jauh sekali. lebih manis dan gurih, aku ingin sekali menjilat sisa-sisa bumbu yang ada di piringku sekarang, tapi lagi-lagi aku harus belajar santai dan menjaga harga diri.     

"Kalian manis sekali, apakah kalian memang sudah dekat sejak lam?." Pertanyaan Nyonya Besar Douglas membuatku menelan makanan dengan susah payah, aku mencoba menampilkan senyum semanis mungkin.     

Menatap sopan wajahnya yang sudah keriput dan tua, namun kecantikan yang dia pancarkan benar-benar berbeda. Aku rasa dia selalu melakukan perawatan wajah yang luar biasa mahal, Matanya teduh seperti pohon rindang di musim panas. Senyumnya lembut seperti Sutera baru di sebuah toko.     

"Kami kenal sejak kecil ternyata Nek, tapi baru bertemu lagi sekarang." ucapan Edwards terdengar pelan, dia berkata sambil menyuap makanan yang ada di dalam mulutnya.     

"Lalu? Apakah kalian akan menikah?." Pertanyaannya langsung pada inti, aku yang mendengar hal itu hanya bisa terdiam kaku. Menikah? Tidak mungkin, dunia ini terlalu besar untuk bermimpi seindah itu.     

"Tentu saja, Jika Choon-hee memang mengandung anakku. Aku harus menikahinya, sebab tidak mungkin anakku lahir di luar pernikahan yang sah. Aku tidak mau masa depan Anakku jelek nantinya." sekali lagi Edwards menjawab dengan santai, mendengar hal itu aku hampir menjatuhkan sendok di tanganku.     

Apakah aku tidak salah dengar? Menikah? Kenapa tidak ada yang katakan padaku Bahwa kami akan menikah? aku Kira hanya perlu tinggal di rumah ini dan melahirkan anak saja.     

Astaga, Otakku terasa berhenti dan buntu sesaat. aku menatap Nyonya Anne yang sudah Tersenyum kecil ke arahku, dia sepertinya sangat senang mendengar jawaban dari Edwards.     

"Menikah?." Satu pertanyaan lepas begitu saja dari bibirku yang lancang, Edwards seketika itu juga Menengok dan menaikan sebelah alisnya bingung.     

"Ya, kenapa? kau tidak mau? bukankah kau senang Jika menikah denganku?." Itu bukan Pertanyaan, kenapa Edwards bisa berpikir aku akan senang menikah dengannya?     

Aku ini bukan Perempuan yang senang dengan sebuah pernikahan, Pernikahan itu rumit. Banyak intrik dan persoalan yang membuat sakit kepala, begini saja aku sudah benar-benar pusing dan bingung. Apalagi harus menikah?     

Ahhh.. Tuhan! Siapa yang berdoa agar aku bisa cepat menikah? doa itu benar-benar membuatku jadi serba salah. Tidak bisakah aku hanya tinggal disini saja dan Menjadi boneka untuk melahirkan anak?     

Jika menikah, maka semua orang akan tau bahwa aku istri kedua Edwards. Semua orang akan mengolok-olok diriku lalu aku akan di bicarakan sebagai wanita penggoda.     

Berita yang kemarin saja belum benar-benar reda, sekarang sudah harus membuat berita baru lagi. apa yang akan di pikirkan semua orang? belum lagi saat nanti Edwards akan menceraikan aku, Pasti dia akan menceraikan diriku. Tidak mungkin aku yang hina ini jadi istrinya seumur hidup.     

"Aku tidak berpikir bahwa Menikah adalah jalan keluar." Ucapanku lolos begitu saja, lagi-lagi mulutku tidak bisa mengerem dengan baik. apa yang aku pikirkan, itulah yang aku ucapkan.     

Semua keluarga Douglas langsung menghentikan gerakan tangan mereka dan menatap diriku dengan begitu lekat, astaga! apa lagi ini, aku seperti buronan yang di perhatikan dengan sangat ganas. aku menelan ludah susah payah, karena tatapan mereka memang membuat diriku langsung Merinding seketika.     

Tuhan! Apakah aku akan mati dengan tatapan mereka? apakah umurku hanya berhenti di umur segini? 26 tahun bukanlah umurku terlalu muda untuk mati di Mansion mewah keluarga Douglas?     

"Tidak ada yang bisa tinggal disini tanpa sebuah status, kau adalah orang luar yang sangat sederhana. Lebih tepatnya tanpa gelar dan Status yang jelas, jadi bagaimana bisa kau tinggal disini serta menikmati semua fasilitas yang Ada, tanpa menikah dengan Edwards? kau sedang bercanda?." Ucapan Anne membuatku langsung menutup mata sebentar dan membukanya lagi, aku menghela nafas pelan. Mencoba untuk tegar dengan segala bentuk penghinaan yang di ucapkan secara Baik dan Elegan. Tapi tetap saja itu adalah penghinaan.     

"Tapi aku.. Maksudku, bukankah bukan seperti ini seharusnya?." aku ingin sekali berkata bahwa bukan seperti ini perjanjian kita. Tapi untungnya aku bisa membelokan kata itu dengan kata yang lain, kalau tidak? sudah mati aku.     

"Lalu seharusnya bagaimana?." Sekarang suara Nyonya Besar Douglas sudah mengintrupsi keadaan yang ada di meja makan, dia menatap mataku. walaupun tatapannya masih sama lembutnya, tapi aku tak tatapan itu menusuk dalam sampai ke relung hatiku. "Jika kau Tidak suka dengan peraturan di rumah kami, kau tinggal keluar saja. Pintu terbuka lebar." Telak!! Ucapannya membuatku membeku dengan sangat dingin.     

Aku menggaruk leherku yang tidak gatal, aku sedang di pojokan sekarang. aku jadi merasa kasihan pada violet sekarang, apakah selama ini dia memang di perlakukan tidak layak begini oleh Keluarga Douglas? mereka memang terlihat baik jika di lihat dari luar dan saat perkenalan pertama. tapi semakin kesini mereka semakin Terlihat jahat sekali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.