Teror Rumah Hantu

Dimana Tanganku?



Dimana Tanganku?

0Setelah Huang Xing memasuki rumah, dua anak dengan wajah "dicat merah" mengeluarkan kepala mereka dari dalam tandu pengantin. Bai Qiulin bersikap seolah-olah ia tidak melihat adegan menyeramkan ini dan berjalan melewati tandu. Lentera putih di atas pintu bergoyang beberapa kali sebelum padam, membuat rumah tersebut menjadi gelap.     

Poster-poster perayaan berwarna putih ditempelkan di dinding, dan Huang Xing berdiri di halaman sendirian. "Tempat ini lebih besar dari yang lain. Pasti banyak jebakan yang diletakan di sekitarnya."      

Ia mungkin ceroboh, namun tidak bodoh. Ia tentu saja sudah menyadari suasana rumah yang sedikit aneh itu.     

"Huang Xing ..." Suara seseorang yang memanggil namanya dengan sangat lembut terdengar dari dalam rumah.     

"Seseorang memanggilku?" ia mencoba mengikuti asal suara, namun suara tersebut menghilang seolah-olah ia sedang berhalusinasi. "Sepertinya itu adalah semacam sistem pengeras suara. Benar-benar mengejutkan skenario desain bobrok seperti ini memiliki peralatan kelas atas."     

Tanpa disadarinya, Huang Xing menjadi gelisah. Ia kemudian membuka pintu dengan hati-hati. Tirai putih menutupi ruangan. Tempat tersebut seharusnya sedang mengadakan upacara pernikahan, namun dekorasinya seperti pemakaman. "Ini benar-benar Minghun, tema yang sudah lama digunakan."     

"Huang Xing…"     

Huang Xing sedang berbicara pada dirinya sendiri saat suara aneh kembali muncul. Kali ini, ia mendengarnya dengan sangat jelas. "Suaranya sangat familier!"      

Ia merasakan sesuatu yang aneh. Suara itu terdengar seperti milik seseorang yang dikenalnya, tapi ia tidak bisa mengingat siapa orang tersebut. Rumah tua, uang kertas, dekorasi putih — tidak ada perubahan di sekelilingnya, namun ia merasa semuanya telah berubah. Tempat tersebut terasa semakin menyeramkan. Angin berhembus di bagian belakang lehernya. Ia pun berbalik dengan cepat. "Siapa?"     

"Kenapa kau panik? Hanya aku." Tangan Bai Qiulin masih berada di dalam sakunya dan ia mulai melihat ke sekeliling ruangan.     

Melihat pengunjung lain, Huang Xing menghela napas lega. "Apa kau mendengar suara seorang wanita sebelumnya?"     

"Kurasa tidak." Bai Qiulin terlihat "mempelajari" dekorasi, namun ia seperti berusaha untuk tetap berada di dekat pintu.     

"Tapi, aku memang mendengar seseorang memanggil namaku." Huang Xing melihat ke luar pintu, dan dua anak dengan "cat merah darah" di wajah mereka berlari melewati pintu itu. "Seseorang berada di luar!"      

Bai Qiulin juga melihat ke arah pintu dan hanya menemukan jalan kosong. "Apa yang kau bicarakan? Dimana mereka?"     

"Tapi, mereka ada di sana! Ada dua anak dengan sesuatu di wajah mereka." Huang Xing mencoba sebisanya menggambarkan ciri kedua anak tadi.     

"Apa kau pikir rumah hantu akan mempekerjakan anak-anak untuk menakut-nakuti para pengunjung? Jika bukan boneka, maka kau pasti salah." Ketika Bai Qiulin berbalik, kedua anak itu kembali menjulurkan kepala melalui pintu depan.     

"Tidak, aku tidak salah!" kali ini, Huang Xing menatap kedua anak tersebut dan segera berlari keluar. "Tunggu aku, aku akan menangkap mereka agar kau bisa melihatnya!"     

Huang Xing bergegas ke pintu depan, namun kedua anak itu telah menghilang. Jalanan tampak kosong dan hanya terdapat uang kertas dan tandu pengantin yang berderit. "Dimana mereka? Aku berlari ke sini dalam berapa detik. Kemana mereka menghilang?"     

"Huang Xing..." Tubuh Huang Xing bergidik karena ketakutan, dan suara wanita tadi kembali muncul. "Kenapa suaranya terdengar sangat dekat ketika aku berada di luar? Dia seperti sedang berbicara di telingaku."     

Ia mengeluarkan ponsel untuk menggunakan senter dan menemukan sistem audio yang tersembunyi, namun ketika ia menyalakan senternya, suara wanita tersebut kembali terdengar.     

"Huang Xing…"     

Kali ini, suara tersebut bahkan lebih dekat, seperti sedang berusaha memasuki pikirannya.     

"Tempat ini terkutuk, sangat terkutuk." Huang Xing telah mengunjungi banyak rumah hantu, dan ini adalah pertama kalinya ia mengalami kejadian seperti ini. "Aku tidak bisa tinggal di sini sendirian. Aku perlu menemukan gaun pengantin dan menemui saudari Mao."      

Ia kembali ke aula bagian dalam dan menemukan sesuatu yang lebih menakutkan lagi; Bai Qiulin telah menghilang! Bagaimana mungkin orang itu menghilang begitu saja!     

"Dimana dia?" perasaan langka muncul di hati Huang Xing — ketakutan.     

"Bai Qiulin!" panggil Huang Xing sambil bergerak menuju kamar tidur. Ruangan itu berbeda dari yang lain. Tempat tidur dan kasurnya berwarna merah, namun warnanya tidak memberikan efek yang menggembirakan. Sebaliknya, warna merah tersebut terasa seperti darah. Bukan cat, melainkan darah yang mewarnai kain.      

"Sepertinya ini adalah kamar pengantin wanita. Gaun pengantinnya pasti berada di sini, kan?" Huang Xing berjalan ke depan, dan menemukan banyak benang merah di lantai. Warnanya sangat mencolok di ruangan yang penuh dengan uang kertas.     

Ia berjalan melewati benang merah menuju tempat tidur. Bantal merah terlihat berserakan, dan terdapat jarum, benang, dan gunting yang diletakkan di atas tempat tidur. Namun, tidak ada gaun pengantin. Tidak ada gaun pengantin di tempat yang seharusnya diletakkan. Huang Xing menggertakkan gigi. "Aku tahu tidak akan sesederhana itu."     

Ia mengangkat kasur, dan noda darah terlihat jelas di bawahnya.     

"Huang Xing, lihat ke bawah.." Ketika ia fokus mencari, suara wanita itu kembali muncul di benaknya tanpa peringatan. Ketika seseorang sangat tegang, mereka akan ketakutan oleh sentuhan kecil, apalagi suara di kepala mereka. Ia hampir jatuh ke tanah, dan ia meraih ujung ranjang untuk menahan diri agar tidak jatuh.     

Ia menarik napas dalam-dalam, dan mengepalkan tangannya. "Ini bukan sistem audio! Tidak mungkin!"     

Ia semakin memperkuat kepalan tangannya dan jantungnya berdebar kencang. "Suara itu mengatakan sesuatu yang lain. Ya! Dia berkata untuk melihat ke bawah!"     

Huang Xing melihat ke arah lantai dan ia menyadari semua benang merah mengarah ke ruang di bawah tempat tidur. "Di bawah tempat tidur?"     

Jakunnya bergerak saat ia perlahan berjongkok. Ia memegang ujung tempat tidur dengan satu tangan, dan tangan lain menopang tubuhnya di lantai saat ia menunduk. Pandangannya perlahan menurun, dan indranya menegang. Ia menggertakkan gigi, dan tepat ketika kepalanya hampir mencapai tanah, sebuah tangan tiba-tiba terulur ke arahnya!     

"Sial!" Huang Xing jatuh ke tanah sebelum merangkak mundur dengan ketakutan di matanya. "Sepotong tangan! Tidak ada lengan, hanya tangan!"     

Ia belum pulih dari keterkejutannya ketika punggungnya menabrak sesuatu. Ia menoleh dengan cepat dan menemukan Bai Qiulin berdiri di belakangnya. "Apa kau mencoba membunuhku?! Kemana saja kau!"     

"Hanya berjalan-jalan. Ngomong-ngomong, apa yang kau lihat di bawah tempat tidur?" tanya Bai Qiulin dengan penasaran.     

"Sepotong tangan. Rasanya seperti bukan dikendalikan dari jarak jauh. Tangan itu muncul begitu saja dari bawah tempat tidur." Huang Xing menyeka keringat dingin dari dahinya, betisnya masih bergetar. "Kita harus meninggalkan tempat ini, bantu aku."     

Huang Xing mengulurkan tangan untuk meraih tangan kiri Bai Qiulin, namun tangannya hanya menggapai lengan baju kosong. Wajah Huang Xing membeku. Otaknya tidak dapat memproses informasi itu. "Dimana... dimana tanganmu?"     

Leher Bai Qiulin terpelintir seperti ia baru saja terjatuh dari gedung tinggi, dan darah merembes keluar dari mulut dan hidungnya. Ia berbalik untuk melihat lengan kirinya yang kosong, dan senyum bahagia terlihat di wajahnya. "Kau benar, dimana tanganku?"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.