You Are Mine, Viona : The Revenge

Ikut bahagia



Ikut bahagia

0Fernando yang sedang dihukum oleh Viona nampak tersenyum-senyum sendiri saat mendengar adiknya tertawa lebar, ketika sedang berbicara di telepon dengan Viona yang tengah menunjukkan perutnya yang sudah semakin besar.      

"Biarkan aku yang memberikan nama pada keponakanku Vio,"pinta profesor Frank untuk yang kesekian kalinya merayu Viona.     

"Memangnya kau berani melawan Fernando?"tanya Viona pelan sambil melirik ke arah sang suami yang sedang berdiri menghadap tembok.      

"Berani, kenapa tidak. Hanya seorang Fernando, tak ada apa-apanya untukku Vio."profesor Frank menjawab dengan lantang pertanyaan dari Viona.     

"Franklin Justin Willan, jangan berani-berani kau ya. Anak-anakku adalah hak eksklusif ku, tak ada yang bisa memberikan nama pada mereka kecuali aku ayahnya. Jadi kau jangan bermimpi,"jerit Fernando dengan keras dari tempatnya berdiri ikut berbicara, ia sudah hilang kesabaran karena sejak tadi profesor Frank merayu istrinya agar diperbolehkan memberikan nama pada anak-anaknya.      

Profesor Frank tak menghiraukan teriakan Fernando, ia terus menerus berusaha meminta izin pada Viona agar diperbolehkan memberikan nama pada kedua keponakan laki-lakinya yang masih ada dalam kandungan Viona. Padahal sebelumnya ia sangat sedih saat mengetahui kabar kehamilan Viona, akan tetapi saat sudah berbincang dengan Viona semua kesedihannya langsung hilang. Apalagi saat mengetahui ternyata saat ini Viona mengandung bayi kembar berjenis kelamin laki-laki.     

"Aaric dan Abby, itu nama anak-anakku Frank. Aku dan Fernando sudah sepakat akan memakai nama itu, Alarick Alexander Willan dan Abraham Alexander Willan nama lengkap mereka,"jawab Viona pelan sambil tersenyum ke arah kamera yang masih tersambung dengan sang adik ipar.     

"Aaric dan Abby, kau yang memberi nama itu pada mereka Vio?"profesor Frank kembali bertanya.     

Viona menganggukan kepalanya perlahan merespon perkataan sang adik ipar yang dulu pernah mengejar-ngejarnya itu.      

Profesor Frank yang pada sebelumnya sangat bersemangat sekali ingin memberikan nama pada anak-anak Viona kini tersenyum, saat mendengar Viona mengatakan kalau ia sudah memilih nama untuk kedua bayi yang sedang ia kandung.      

"Baiklah, karena nama ini kau yang memilih aku setuju. Aku menghargaimu sebagai ibunya memberikan nama kepada dua keponakanku yang tampan seperti aku nanti saat mereka sudah …"     

"Jangan mimpi brengsek, anak-anakku akan mirip denganku. Tak mungkin mirip denganmu, memangnya kau siapa sampai anak-anakku harus memiliki sedikit kemiripan denganmu."Fernando kembali memotong perkataan sang adik yang menurutnya sangat tidak masuk akal itu, karena Fernando yakin bahwa anak-anaknya akan memiliki ketampanan yang sempurna seperti dirinya. Oleh karena itu ia kesal saat mendengar adiknya mengatakan kalau anak-anak yang nanti akan mirip dirinya.     

"Hei jangan lupa Fernando, aku adalah pria paling tampan idaman semua mahasiswa di kampusku. Aku juga menjadi pangeran Ottawa…"     

"Setelah aku, semua orang di kota ini tahu siapa pangeran Ottawa yang sebenarnya. Hanya ada nama Fernando Grey Willan sajalah yang menjadi idaman semua wanita di kota ini." Fernando kini yang memotong perkataan sang adik, ia merasa adiknya sudah memberikan banyak keterangan palsu pada Viona. Karena itulah ia langsung menyangkalnya.     

"Mana ada Fernando, jelas-jelas hanya ada nama Franklin Justin Willan yang mereka idamkan. Kau jangan asal bicara Fernando,"ucap profesor Frank dengan keras.      

Fernando yang masih berdiri di dekat dinding langsung berjalan dengan cepat, mendekati sofa di mana Viona sedang memegang ponselnya karena melakukan video call dengan Profesor Frank. Ia melupakan hukuman yang diberikan oleh Viona sebelumnya, tak lama kemudian Fernando dan profesor Frank pun terlibat perdebatan sengit yang saling membanggakan diri sendiri semasa mereka masih muda beberapa tahun yang lalu. Sementara itu Viona yang duduk di sofa hanya tersenyum sambil menikmati salad buah yang sebelumnya sudah dibawakan oleh Teddy, ia tersenyum melihat Fernando dan profesor Frank bertengkar seperti itu.      

Setelah berdebat hampir sepuluh menit akhirnya Fernando sedikit menurunkan intonasi bicaranya. "Sudahlah Frank, aku malas berdebat denganmu. Karena aku adalah orang waras jadi aku mengalah padamu, aku ingin menemani Viona mendengarkan musik klasik. Bicara denganmu sejak tadi membuat gula darahku naik, aku perlu mendengarkan musik klasik untuk menyeimbangkan ketenangan jiwa ku lagi,"ucap Fernando ketus saat akan menutup panggilan telepon dari adiknya itu.     

"Itu karena kau sudah tua Fernando, jangan salahkan aku. Sudahlah aku juga lelah bicara denganmu, aku akan menghubungi Viona lagi untuk membahas keponakan-keponakan tampanku disaat kau tidak ada. Berbicara denganmu membuatku sakit kepala, sampaikan salamku kepada Viona dan berikan semangat padanya agar tetap bersabar memiliki suami narsis sepertimu Fernando." Profesor Frank dengan cepat kembali menghina Fernando lagi sebelum menutup telponnya.     

Fernando yang ingin membalas ejekan dari sang adik terlihat kecewa ketika sambungan teleponnya sudah dimatikan oleh adiknya, ia lalu meletakkan ponselnya di atas meja dan duduk disamping Viona sambil melipat kedua tangannya di dada penuh kesal.     

"Bicara dengan Frank benar-benar membuat emosiku naik, anak itu bisanya hanya membuat orang kesal saja," ucap Fernando pelan sambil meraih gelas yang berisi orange jus di atas meja dan langsung meneguknya sampai habis tanpa sisa.      

Viona yang masih menikmati salad buahnya tak berkomentar apapun, ia masih senang sekali melihat suaminya marah-marah seperti itu. Karena baginya lucu sekali melihat Fernando dan adiknya bertengkar, Viona tahu kalau kakak beradik itu saling menyayangi satu sama lain meskipun mereka tak mengungkapkan secara langsung. Maka dari itu sejak tadi ia tak melerai pertengkaran antara sang suami dan adik iparnya itu.      

Sementara itu profesor Frank yang sedang duduk di ruangannya sendiri pasca berbicara dengan Fernando dan Viona nampak tersenyum, ia ikut senang atas kebahagiaan Fernando dan Viona yang sebentar lagi akan menjadi orang tua.      

"Kalian sudah pantas bahagia dengan berkat dari Tuhan ini, aku yakin sebentar lagi kami semua pun akan mendapatkan berkat yang sama juga seperti kalian berdua. Semoga persalinan mu lancar Viona dan keponakan-keponakan tampanku lahir dengan sempurna,"ucap profesor Frank tulus mendoakan keluarga sang kakak.      

Karena bertengkar dengan Fernando ia sampai lupa menanyakan dimana alamat tempat tinggal mereka yang baru saat ini, namun kekecewaannya itu tertutup saat mengetahui kenyataan bahwa Viona mengandung bagi kembar. Ternyata perkataan Fernando yang aneh beberapa saat lalu berhasil ia ketahui saat ini, gen kembar memang berasal dari keluarganya. Keluarga Willan yang kini akan memiliki tambahan penerus yang akan lahir dalam waktu beberapa hari lagi.      

Tanpa profesor Frank sadari ternyata sejak tadi dokter Louisa sang istri mendengar semua obrolannya dengan Fernando dan Viona, dokter Louisa yang berniat mengajak diskusi suaminya kini mematung di depan pintu saat tahu ternyata dokter Viona kakak iparnya sedang mengandung.      

Air mata dokter Louisa mengalir secara perlahan, menerobos pertahanan yang ia buat. Padahal sejak tadi ia berusaha untuk tak menangis, ia memutuskan untuk ikut bahagia atas kebahagiaan yang sedang kakak iparnya dapatkan itu. Akan tetapi ternyata air matanya tak mau diajak kerjasama.      

Krrekkk     

Profesor Frank membuka pintu ruangannya dan terkejut saat melihat sang istri berdiri di hadapannya dengan air mata yang menganak sungai.      

"Lou…"     

Brakk     

Kertas laporan yang sedang dipeluk dokter Louisa jatuh berhamburan seketika, ia kemudian berjalan perlahan mendekati suaminya dan memeluknya erat. "Kita akan secepatnya merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan ini Frank, aku yakin itu. Tuhan pasti akan memberikan kita anak-anak lagi hiks."     

"K-kau mendengar apa yang aku bicarakan pada Fernando dan Viona tadi Lou?"tanya profesor Frank lirih saat dipeluk istrinya.     

Dokter Louisa menganggukan kepalanya perlahan sambil terus menangis, ia berusaha menahan diri agar suaranya tidak keluar. "Tenang Frank, aku baik-baik saja. Aku justru bahagia mendengar kabar bahagia ini,"jawabnya pelan dengan suara parau.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.