You Are Mine, Viona : The Revenge

Sensitif



Sensitif

0Baru malam ini Viona tidur sangat nyenyak, ia tak terbangun sama sekali. Begitupula dengan Jenny dan Amina, kedua gadis yang selama ini tidur selalu banyak tingkah itu tadi malam tidur dengan sangat tenang. Bahkan gerakan mereka tak terasa sama sekali oleh Viona yang berada ditengah-tengah kedua adiknya itu.     

"Sejak kapan dua adikku ini bisa tidur tenang?"tanya Viona pelan menggoda Jenny dan Amina yang sedang melakukan peregangan otot.     

"Sejak tidur dengan kakak tadi malam." Jenny dan Amina menjawab kompak pertanyaan dari Viona.     

"Apa maksudnya?"     

"Ya bagaimana aku mau bergerak kak, kakak sedang hamil besar seperti itu. Jangankan mau bergerak, mau memindahkan tangan saja aku takut,"jawab Amina jujur.     

"Iya, aku tadi malam nyaris saja menjadikan kakak guling kalau saja tak langsung bangun. Dan sekarang tubuhku sakit semua karena tak bergerak sama sekali sejak tidur tadi malam,"imbuh Jenny pelan menimpali perkataan Amina.     

Viona tertawa mendengar perkataan kedua adiknya itu, ia tak menyangka kedua adik angkatnya memilih tetap diam meskipun tak nyaman saat tidur dengannya tadi malam. Tak lama kemudian beberapa pelayan wanita datang, para pelayan wanita yang memang bertugas membantu Viona mandi tiap pagi datang tanpa dipanggil. Melihat Viona dibantu berjalan menuju kamar mandi Jenny dan Amina pun mengikuti dari belakang, mereka merasa kasihan pada sang kakak yang harus mengandung bayi kembar.     

"Kakak yakin tak perlu bantuan kami?"tanya Amina untuk kesekian kalinya saat Viona sudah berada didalam bathub.     

"Tidak usah Amina, sudah ada mereka berdua yang membantuku mandi. Lebih baik kalian mandi dan bersiap, kita makan pagi dibawah ya,"jawab Viona pelan sambil tersenyum.     

"Kakak serius?"tanya Amina kembali mencoba menyakinkan Viona.     

Dari dalam bathub Viona menganggukan kepala sambil memainkan busa yang menempel pada tangannya, setelah mendapatkan jawaban dari sang kakak Amina dan Jenny akhirnya keluar dari dalam kamar mandi. Mereka membiarkan Viona dimandikan oleh dua pelayan wanita yang sangat sopan itu. Ketika keluar dari kamar mandi Amina dan Jenny dikagetkan oleh keberadaan Teddy yang tiba-tiba sudah berdiri didalam kamar mengawasi seorang pelayan yang sedang merapikan ranjang.     

"Nyonya sudah biasa dibantu mandi oleh kedua pelayan itu nona, jadi anda berdua tak usah khawatir,"ucap Tedyy ramah, ia seolah tahu dan bisa membaca kegundahan hati Jenny dan Amina. "Lebih baik anda bedua kembali kekamar dan mandi, setelah itu pergi ke meja makan."imbuhnya kembali.     

"Kandungan kak Vio normal kan Teddy?"tanya Amina lirih.     

"Tentu saja nona, profesor Erick setiap hari datang memeriksa kondisi Nyonya,"jawab Teddy dengan cepat.     

"Kau yakin Teddy?"tanya Jenny tak yakin.     

"100% yakin nona,"jawab Teddy singkat.     

Amina dan Jenny diam, keduanya saling pandang beberapa saat sebelum akhirnya pergi keluar dari kamar Viona meninggalkan Teddy dan para pelayan yang masih melayani Viona. Setelah kedua adik sang nyonya pergi Teddy kemudian melakukan tugasnya, ia memeriksa hasil pekerjaan anak buahnya. Karena Viona sudah selesai mandi Teddy pun bergegas keluar dari kamar tanpa diperintah, ia lalu pergi menuju meja makan untuk kembali memastikan semua makanan yang direkomendasikan profesor Erick untuk sang nyonya sudah tersedia diatas meja.     

Sesampainya dikamar Amina langsung meneteskan air matanya, ia sedih saat melihat Viona dipapah menuju kamar mandi. Bahkan Jenny yang tak mudah menangis pun juga meneteskan air matanya, ia tak tega melihat kondisi Viona yang sudah tak bisa melakukan apa-apa itu.     

"Apa kalau hamil anak kembar sampai separah itu Jen?"tanya Amina lirih diantara tangisnya.     

"Mana aku tahu, aku belum pernah hamil. Kenapa kau tanya padaku,"jawab Jenny ketus.     

"Ikhh, kau menyebalkan. Aku serius Jen, selama ini aku sering melihat wanita hamil. Tapi mereka normal-normal saja, masih bisa melakukan banyak aktifitas. Bahkan aku juga pernah melihat ada wanita yang sudah hamil besar masih bekerja di supermarket, mereka terlihat sehat dan kuat. Tapi tadi kau lihat kan bagaimana kondisi kak Vio,"ucap Amina pelan dengan suara parau, ia masih membayangkan kodisi Viona yang sangat memprihatinkan.     

Jenny menyeka air mata dengan perlahan dan berkata, "Iya, pasti sangat tersiksa sekali. Ya sudah sekarang lebih baik kita mandi, bukankah tadi Teddy mengatakan dokter pribadi kak Vio datang tiap hari. Nah kita bisa tanya langsung padanya mengenai kondisi kakak."     

"Akhh iya, kenapa aku lupa akan hal itu. Kalau begitu lebih baik sekarang kita mandi dan bersiap, jadi nanti saat dokter kandungan kak Vio datang kita sudah siap Jenn,"pekik Amina penuh semangat.     

"Iya kau benar jadi kita sekarang..."     

"Aku mandi pertama." Amina berteriak keras memotong perkataan Jenny sambil berlari menuju kamar mandi.     

Melihat tingkah Amina membuat Jenny tersenyum, sembari menunggu Amina selesai mandi Jenny lalu mencari artikel mengenai ibu hamil kembar melalui laptopnya. Karena koneksi internet di rumah Fernando tidak dikunci dengan mudah ia bisa tersambung dengan google, Jenny terlihat sangat serius mencari informasi mengenai hamil kembar. Ia bahkan juga melihat foto-foto perkembangan bulan demi bulan dari seorang wanita yang mengandung bayi kembar, ada yang seperti Viona atau tidak. Setelah berselancar didunia maya selama hampir dua puluh menit sebuah senyum pun tersungging diwajah Jenny, ia kini percaya dengan perkataan Teddy yang mengatakan kalau sang kakak saat ini baik-baik saja.     

Karena terlalu konsentrasi menatap layar laptopnya Jenny tak menyadari kalau Amina sudah selesai mandi dan kini sedang berdiri disampingnya, ikut menatap layar laptop. "Apa ini Jen?"     

"Astaga Amina!! Kau ini menyebalkan sekali, kenapa mengagetkan aku seperti ini,"jerit Jenny dengan keras sambil memegangi dadanya.     

"Aku tak mengagetkanmu Jen, aku kan bertanya apa yang sedang kau lihat,"jawab Amina tanpa rasa bersalah.     

"Kau datang diam-diam dan langsung bicara seperti tadi, itu apa namanya Amina?"     

Amina menjulurkan lidahnya kearah Jenny dan berkata, "Salahmu sendiri, kenapa harus sefokus itu menatap layar laptop."     

Jenny pun memilih diam dan tak melanjutkan perdebatannya dengan Amina karena tak mau Viona tahu kalau mereka masih sering bertengkar karena hal-hal kecil, ia pun menutup laptopnya dan memilih untuk pergi mandi.     

Sementara itu Viona yang sudah selesai mandi dan berganti pakaian saat ini sedang memakai skincare rutinnya yang aman untuk ibu hamil, ia memulaskan sedikit lipglos untuk membuat wajahnya tetap fresh.     

"Teddy."     

"Ya Nyonya,"jawab Teddy dengan cepat.     

"Fernando, tadi malam dia tidur dimana?"tanya Viona pelan sambil menatap Teddy dari pantulan kaca rias.     

"Tuan tidur di kamar tamu yang ada dilantai satu Nyonya, sangat pulas dan tak membuat masalah." Teddy menjawab satu pertanyaan Viona dengan lengkap.     

"Baguslah kalau begitu, dia pasti sangat lelah. Lalu apakah sekarnag dia sudah bangun..."     

"Sudah, aku sudah bangun babe." Fernando yang sudah berdiri didepan pintu memotong perkataan Viona, kedua matanya masih terlihat merah yang menandakan kalau ia baru saja bangun tidur.     

Mendengar suara sang suami Viona langsung menoleh dan tersenyum menatap suaminya yang sedang berjalan dengan tertatih, saat Fernando sudah hampir sampai di tempat Viona tiba-tiba Viona menutup hidungnya dengan cepat dan berkata,     

"Kau minum minuman keras lagi Fernando?"     

Fernando yang sudah penuh semangat langsung menghentikan langkahnya seketika. "A-aku bisa jelaskan babe...."     

"Keluar, keluar dari kamarku Fernando. Mulutmu bau...."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.