You Are Mine, Viona : The Revenge

Kesedihan Fernando



Kesedihan Fernando

0Fernando yang diajak Teddy bermain catur diruang keluarga benar-benar ingin sekali mengakhiri permainannya, ia sudah sangat tak sabar ingin naik ke lantai dua dan menemui sang istri yang saat ini bersama kedua adik angkatnya.     

"Giliran anda Tuan," ucap Teddy sopan saat ia sudah meletakan salah satu bidak catur di papan bercorak hitam putih itu.     

"Arrgggh aku sudah tak bisa tenang Teddy, aku harus ke atas memeriksa kondisi Viona. Kau masih ingat kan dengan apa yang dikatakan oleh Jenny, dia mau membawa Viona pergi dariku Teddy,"pekik Fernando kesal penuh emosi.     

"Mereka hanya dua gadis lemah Tuan, mana mungkin mereka bisa membawa Nyonya kabur dengan penjagaan extra ketat seperti ini Tuan,"sahut Teddy pelan mencoba menenangkan Fernando sambil menoleh kearah sekitar sepuluh orang bodyguard bersenjata yang berjaga di area tangga, sampai depan kamar dimana Viona dan kedua adiknya berada. Bahkan saat ini di sekeliling rumahnya pun juga dijaga oleh bodyguard lainnya yang juga membawa senjata lengkap.     

Tanpa menyelesaikan permaiannya Fernando bangun dari sofa dan berkata, "Tetap saja, aku tak tenang. Perkataan Jenny merupakan ancaman besar untukku."     

"Ya sudah kalau begitu sekarang kita naik saja Tuan, kita pastikan saja apa yang saat ini nona Jenny dan nona Amina lakukan dikamar bersama Nyonya,"'jawab Teddy pelan mencoba untuk meredam emosi Fernando.     

"Memang itu yang ingin aku lakukan saat ini." Fernando menyahut ketus ucapan Teddy sambil melangkahkan kakinya menuju tangga, ia tak sabar naik lift.     

Melihat sang tuan berjalan dengan tergesa-gesa saat menaiki tangga membuat Teddy menggelengkan kepalanya perlahan, ia benar-benar tak mengerti dengan sikap posesif sang tuan yang sudah pada level berbahaya itu pada sang nyonya. Karena tak mau terjadi hal-hal yang tak diinginkan Teddy kemudian langsung menyusul tuannya naik ke lantai dua dengan tergesa-gesa, sesampainya dikamar paling besar dirumah itu Teddy terkejut saat melihat Fernando berdiri mematung di daun pintu.     

"Apa yang terjadi Tu..."     

Teddy tak dapat menyelesaikan perkataannya saat melihat ke arah ranjang, dimana saat ini sang nyonya sudah tidur pulas diapit kedua adiknya yang masing-masing terlihat memegang satu tangan Viona dengan erat.     

"Ba-bagaimana bisa istriku tidur dengan orang lain, aku suaminya Teddy." Suara parau Fernando tiba-tiba terdengar jelas disamping Teddy.     

"Mereka bukan orang lain Tuan, mereka adalah adik nyonya,"jawab Teddy pelan mencoba untuk menenangkan sang tuan.     

"Dan aku suaminya, statusku dimata hukum lebih kuat dibanding dua gadis itu,"ucap Fernando pelan.     

Teddy yang masih menatap ranjang merasa intonasi nada bicara Fernando sedikit berubah, karena penasaran ia pun menoleh untuk menatap sang tuan. Namun betapa terkejutnya ia saat melihat kedua mata sang tuan yang sudah berkaca-kaca dengan wajah yang memerah, ia terlihat seperti anak kecil yang ingin menangis saat ini.     

"Tuan, anda baik-baik saja?"tanya Teddy sopan.     

Fernando hanya diam, ia tak menjawab pertanyaan dari Teddy. Ia merasa sangat sedih saat ini melihat wanita yang ia cintai tengah tidur bersama orang lain didepan matanya, meskipun yang saat ini tidur dengan istrinya adalah dua orang gadis yang sangat ia kenal namun tetap saja ia merasa cemburu. Kesedihan yang mendalam pun sangat terlihat pada dirinya saat ini.     

Teddy yang sudah hafal dengan sikap Fernando nampak sangat terkejut saat melihat sikap tuannya yang sangat aneh itu, ia kini tak tahu harus melakukan apapun. Tak ada ide apapun yang terpintas dalam otaknya saat ini. Saat suasana sedang hening tiba-tiba terdengar langkah kaki dari dua orang pemuda yang merupakan asisten Fernando datang dengan tergesa-gesa, mereka mengira telah terjadi sesuatu dengan tuannya saat melihat para bodyguard berjaga dengan senjata lengkap di luar rumah.     

"Apa yang terjadi Tuan?"tanya Justin dengan suara terputus-putus setelah berlari dari basement menuju lantai dua.     

Senyum Teddy pun langsung mengembang seketika saat melihat kedua pemuda itu berdiri didepan kamar, tanpa bicara ia kemudian meraih tangan Justin dan Harry yang baru saja tiba itu menjauh dari kamar sang tuan.     

"Kenapa kau malah mengajak kami kesini Teddy,"sengit Justin kesal.     

"Iya, kau ini kenapa?"tanya Harry pelan sambil melepaskan cengkraman tangan Teddy dilengannya.     

Teddy kemudian menceritakan apa yang terjadi hari ini mulai dari alasan keberadaan para bodyguard yang bersenjata didalam dan diluar rumah sampai dengan keadaan Fernando saat ini, ketika Teddy bicara Justin dan Harry tak mengeluarkan sepatah katapun. Mereka tak percaya dengan alasan Fernando memerintahkan semua bodyguard berjaga adalah karena perkataan Jenny yang tak serius.     

"Sekarang lebih baik kalian pikirkan bagaimana cara menenangkan Tuan, kalian memangnya tak merasakan kecemburuan dan kemarahan yang besar dari Tuan tadi saat melihat Nyonya tidur dengan kedua adiknya itu,"ucap Teddy pelan mengakhiri ceritanya.     

"Cemburu pada dua wanita yang merupakan adik iparnya sendiri, please Teddy jangan bergurau. Tuan memang sangat posesif pada Nyonya, tapi dia tak mungkin sampai cemburu pada seorang wanita. Memangnya Tuan itu separah itu sampai harus cemburu pada wanita." Harry menjawab ketus perkataan Teddy, ia tak percaya seorang Fernando akan cemburu pada wanita.     

"Iya Teddy, kau jangan mengada-ada. Kita memang tahu kalau Tuan sangat posesif pada Nyonya sejak Nyonya hamil lagi, tapi apa yang kau katakan tadi itu sangat tidak mungkin. Tuan dan Nyonya adalah sepasang suami istri yang normal, jadi tak mungkin hal itu terjadi. Apalagi sampai cemburu pada gadis yang jelas-jelas merupakan adik angkat Nyonya yang sudah ia kenal lama itu,"ucap Justin pelan menimpali perkataan Harry.     

Mendengar perkataan dua pemuda tampan didepannya membuat Teddy menghela nafas panjang, tanpa bicara ia lalu menarik lagi tangan kedua pemuda itu masuk kedalam kamar untuk melihat sendiri. Sesampainya dikamar Justin dan Harry pun kaget saat melihat sang tuan masih berdiri ditempatnya sejak tadim bersandar pada daun pintu menatap kearah ranjang dengan mata berkaca-kaca seperti anak kecil yang keinginannya tak dituruti oleh kedua orang tuanya. Melihat Fernando seperti itu membuat Justin dan Harry langsung menoleh ke arah Teddy secara kompak sambil mengangkat kedua tangannya, Teddy pun hanya mengangkat kedua bahunya keatas sebagai jawaban dari kode yang diberikan oleh Justin dan Harry.     

"Apa yang harus kita lakukan Justin?"bisik Harry lirih.     

"Jangan tanya aku, selama bertahun-tahun aku ikut Tuan baru kali ini aku kehabisan kata-kata menghadapi Tuan,"jawab Justin pelan, ia benar-benar tak percaya kalau tuannya bisa melakukan hal yang tak pernah ia bayangkan itu. "Dari sekian banyak sikap ajaib Tuan yang diluar akal sehatku, baru ini yang benar-benar tak pernah kubayangkan akan kulihat."     

"Ishh kau ini bagaimana, kau kan lebih cerdas dariku Justin. Kenapa kau tak memiliki ide, dimana ide-ide cemerlangmu selama ini,"sahut Harry ketus.     

Mendengar perkataan Harry membuat Justin langsung menoleh ke arah rekan kerjanya itu dan merangkulkan tangannya ke leher Harry dengan cepat. "Tak ada dalam bayanganku akan menghadapi Tuan yang cemburu pada adik iparnya sendiri bodoh, aku adalah pria normal dan sehat yang tak mungkin cemburu pada wanita brengsek,"ucapnya jengkel dengan berbisik.     

Degg     

"Jadi kau menganggap Tuan itu tak nor...mmpphhhh,"     

Harry tak dapat menyelesaikan perkataannya saat Justin membekap mulutnya dengan keras, Teddy yang sejak tadi mendengar pembicaraan kedua pemuda itu hanya bisa menghela nafas panjang. Sepanjang karirnya menjadi kepala pelayan Fernando baru kali ini ia benar-benar merasa sangat lelah.     

Fernando yang sejak tadi masih menatap Viona yang tertidur pulas dengan Jenny dan Amina benar-benar sedih dan marah, ia tak menyadari kalau saat ini Justin dan Harry sedang bertengkar disampingnya.     

"Kenapa kau melakukan ini babe,"ucap Fernando lirih.     

Pertengkaran Justin dan Harry pun langsung terhenti saat mendengar perkataan Fernando, kedua asisten pribadi itu pun langsung mendekati sang tuan dan langsung bersikap profesional seolah tak terjadi apa-apa diantara keduanya.     

"Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"tanya Justin pelan dengan nada yang sangat halus mencoba bicara dengan Fernando.     

Fernando yang sejak tadi menatap ke arah ranjang pun langsung mengalihkan pandangannya dan menoleh ke arah Justin yang berdiri disamping kanannya, air mata yang sejak tadi berada dikedua matanya tiba-tiba jatuh saat ia melihat ke arah Justin.     

"Apa yang harus aku lakukan Justin, istriku lebih memilih tidur dengan kedua adiknya daripada aku suaminya,"ucap Fernando pelan sembari menyeka air mata yang membasahi wajah tampannya yang penuh dengan kesedihan itu.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.