You Are Mine, Viona : The Revenge

Goes to Paris



Goes to Paris

0Bandara Montreal     

Fernando baru saja turun dari mobil mewahnya bersama Viona yang terlihat sudah jauh lebih baik setelah bed rest selama satu hari satu malam, dengan menggunakan celana jeans dan sepatu sneaker yang dipadakan dengan jaket boomber yang menutupi t-shirt yang pas ditubuhnya membuat Fernando nampak sepuluh tahun lebih muda dari usianya. Apalagi ditambah kacamata hitam yang terpasang di hidung mancungnya membuatnya terlihat bak model-model papan atas, Viona sendiri pun mengakui kalau suaminya itu memang sangat tampan. Ia nampak tersenyum kecut ketika melihat banyak gadis-gadis muda yang terpesona dengan Fenando.     

"Apa semua koper sudah kau keluarkan Justin?"tanya Fernando pelan.     

"Sudah tuan," jawab Justin dengan cepat.     

"Baiklah, berikan aku satu koper berwarna hitam itu," pinta Fernando tiba-tiba.     

Dengan cepat Justin memberikan koper yang dimaksud oleh Fernando tanpa banyak bertanya lagi, saat akan membawa koper lainnya ke dalam bandara terlihat beberapa orang petugas bandara menghampiri Fernando yang sedang memegang koper sambil melingkarkan satu tangannya di pinggang Viona.     

"Selamat datang tuan Willan," sapa seorang petugas bandara ramah.     

"Terima kasih, apa pilot pribadiku sudah datang?" tanya Fernando pelan.     

"Sudah tuan, mereka sudah ada dipesawat jet pribadi anda,"jawab sang petugas dengan cepat sambil menunjuk pesawat jet pribadi milik Fernando yang berwarna putih di landasan pacu.     

"Good, oh iya apakah semua koperku harus melalui pemeriksaan?" tanya Fernando kembali sambil menunjuk mesin inframerah yang ada dibelakang para petugas.     

"Emm itu..."     

"Tentu saja harus, kita harus mematuhi peraturan yang berlaku," jawab Viona dengan cepat memotong perkataan sang petugas yang terlihat ragu untuk bicara karena takut pada Fernando.     

"I-iya nyonya Willan s-seperti itu he he," sahut sang petugas bandara salah tingkah dengan keringat dingin yang membasahi keningnya, ia bersyukur karena sang nyonya Willan mau membantunya bicara. Kedua petugas lainnya nampak hanya diam tanpa berani bicara, wajah keduanya pun pucat pasca Fernando bertanya mengenai pengecekan koper sebelum terbang.     

Tak lama kemudian Justin nampak membantu para petugas itu untuk membawa koper-koper mahal Fernando ke sebuah mesin pengecekan sementara itu Fernando dan Viona langsung masuk ke dalam untuk bersiap turun ke landasan pacu. Justin nampak menganggukkan kepalanya perlahan saat melihat Fernando melambaikan tangan padanya.     

"Kau masih sanggup untuk berjalan babe?" tanya Fernando lirih pada Viona, ia tak tega melihat Viona berjalan sangat pelan.     

"Huum," jawab Viona sambil tersenyum.     

"Are you serious?" tanya Fernando kembali.     

Viona menganggukkan kepalanya sambil menutup mulut Fernando agar tak bicara lagi, ia tak mau ada orang yang mendengar percakapan mereka berdua. Setelah semua koper berhasil melewati mesin pengecekan akhirnya beberapa orang petugas nampak membawakan koper-koper itu turun menuju ke landasan pacu, Fernando tak melepaskan tangannya dari pinggang Viona selama mereka menuruni eskalator menuju ke landasan pacu. Tak lama kemudian mereka pun sampai ke landasan pacu dan bersiap berjalan menuju ke pesawat jet pribadi Fernando yang akan mengantar mereka ke Paris, namun saat akan berjalan tiba-tiba Fernando menahan Viona dan meminta sebuah koper berwarna hitam dari tangan seorang petugas.     

"Ayo duduk disini," ucap Fernando pelan meminta Viona duduk diatas koper.     

"Tapi..."     

"Come on babe," sahut Fernando dengan cepat.     

Dengan sedikit ragu Viona akhirnya menuruti perintah sang suami yang sangat aneh itu, tak lama kemudian Viona akhirnya duduk diatas koper dengan anggun. Ia meletakkan satu kakinya diatas kaki lainnya sambil membawa tas hermes warna hitam kesayangannya, setelah memastikan Viona duduk dengan nyaman Fernando lalu mendorong koper itu menuju ke pesawat jet miliknya sambil tersenyum. Para petugas yang membawakan koper-koper merekapun tersenyum melihat keromantisan pria paling berkuasa itu, mereka tak percaya akan melihat adegan seperti itu didepan mata. Kalau saja orang yang bercerita mungkin mereka tak akan percaya, namun karena ini mereka melihat dengan mata kepala sendiri mau tak mau mereka harus percaya bahwa seorang Fernando Grey Willan adalah pria yang romantis.     

Tak lama kemudian Fernando dan Viona pun sampai di dekat pesawat jet yang sudah menunggu, dengan perlahan Viona turun dari mobil portable DIY buatan Fernando itu dengan tersenyum. Tanpa menunggu lama Fernando segera menggendong Viona ala bridal style menaiki tangga pesawat, melihat sang tuan sudah masuk kedua orang pramugara yang akan menemani mereka terbang ke Paris langsung meraih koper-koper milik sang tuan dari tangan para petugas bandara. Dua menit kemudian kelima koper besar itu akhirnya sudah masuk ke dalam pesawat, karena semua barang-barang Fernando dan Viona suah masuk ke dalam pesawat semua akhirnya pintu pesawat pun di tutup. Sang pilot dan co pilot pun memberikan sambutannya pada Fernando dan Viona, ia kemudian menjelaskan prosedur penerbangan kali ini termasuk lamanya waktu terbang yang dibutuhkan.     

"Baiklah karena pesawat akan segera terbang, saya harap tuan dan nyonya Willan sudah memasang sabuk pengaman dengan baik. Atas ijin Tuhan Yesus kita akan segera berangkat, semoga perbangan kali ini tak ada halangan apapun," ucap sang pilot mengakhiri sambutanya.     

"Amin," jawab Viona dengan cepat sambil memejamkan kedua matanya sambil membentuk pose berdoa dengan menggengam kedua tangannya didepan dada.     

Semantara itu Fernando hanya tersenyum melihat apa yang dilakukan Viona, ia bukanlah orang yang agamis maka dari itu ia tak melakukan apa yang Viona lakukan. Tak lama kemudian pesawat jet itupun mengudara meninggalkan tanah Kanada menuju ke Paris, Viona nampak takjup melihat hamparan awan putih dari jendela. Ini adalah penerbangan pertamanya lagi setelah tiga tahun yang lalu saat ia kembali dari Inggris, senyumnya tersungging saat melihat keindahan Montreal dari langit.     

"Permisi nyonya-tuan, maaf menganggu. Saya dengan Martin dan ini teman saya Alex, kami berdua yang akan melayani semua kebutuhan tuan dan nyonya selama penerbangan ini. Kalau anda berdua butuh sesuatu jangan sungkan meminta pada kami," ucap Martin sang pramugara memperkenalkan diri pada Fernando dan Viona.     

"Hi Martin Alex, nice to meet both of you," jawab Viona ramah.     

"Karena kita sudah ada di ketinggian 36000 Ft kami kan menyiapkan minuman untuk menghangatkan tubuh, kalau boleh kami tau apa yang tuan dan nyonya inginkan?" tanya Alex perlahan.     

"Berikan kami red wine," jawab Fernando dengan cepat.     

"Baik tuan saya mengerti," sahut Alex kembali, ia lalu membuka tutup botol red wine terbaik yang sudah di siapkan sebelumnya dan menuangkannya perlahan ke gelas Fernando dan Viona dengan hati-hati.     

"Ok ini cukup," ucap Fernando dengan cepat menahan Alex untuk menuangkan lebih banyak lagi ke dalam gelasnya.     

Alex pun langsung mengikuti perintah Fernando, tak lama kemudian mereka berdua nampak menyajikan makanan kecil untuk teman mereka minum. Setelah semua tugasnya selesai Martin dan Alex pun undur diri dari hadapan Fernando dan Viona, mereka berdua kembali ke belakang karena tak mau mengganggu waktu sang tuan besar. Setelah kedua pramugara itu pergi Fernando meraih kedua gelas yang berisi wine itu dan memberikan salah satunya pada Viona yang kemudian Viona terima sambil tersenyum.     

"Aku mencintaimu, bukan hanya karena siapa dirimu babe. Tapi juga kerena menjadi apa diriku saat bersamamu, tanpamu hidupku hampa dan tak berarti Viona," ucap Fernando pelan sambil mengangkat gelas berisi red wine kedahapan Viona untuk mengajak istrinya itu toast.     

"Aku mencintaimu juga Fernando," jawab Viona lirih, wajahnya memerah saat mendengar rayuan dari Fernando yang baru ia dengar.     

Setelah mengatakan itu Viona kemudian melakuakan toast dangan Fernando dan meminum red wine di gelasnya dengan perlahan, ia bukanlah seorang peminum yang baik. Maka dari itu Viona tak mau minum banyak, wajahnya langsung terasa panas saat minuman keras itu melewati tenggorokannya.     

"kau peminum yang buruk," ucap Fernando sambil terkekeh.     

"Yes i'am, ingat Fernando saat aku mabuk nanti jangan mengambil kesempatan karena aku tak bisa minum alkohol terlalu banyak karena nanti aku bisa..."     

Viona tak menyelesaikan perkataannya karena ia langsung merasa pusing, rupanya alkohol yang ia minum langsung bekerja di tubuhnya. Dengan cepat Fernando meraih gelas yang ada ditangan Viona dan meletakkannya perlahan di atas meja, ia lalu meraih tubuh Viona dan menggendongnya untuk ia bawa ke kamar yang ada dibagian belakang.     

"I-ingat Fernando no Sex...aku belum sembuuuhhhh..."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.