You Are Mine, Viona : The Revenge

Keputusan Final



Keputusan Final

0Suasana di apartemen profesor Frank terasa sangat romantis, wangi dari bunga gardenia memenuhi hampir seluruh ruangan apartemen itu. Profesor Frank yang baru keluar dari kamar dikagetkan dengan seluruh ruangan gelap gulita, saat akan menyentuh saklar untuk menyalakan lampu tiba-tiba ekor matanya melihat ada sebercah cahaya dari arah meja makan. Karena penasaran ia membatalkan niatnya dan berjalan pelan menuju meja makan dimana sang istri sudah duduk dengan anggun di kursinya menatap tajam ke arah profesor Frank yang masih berdiri.     

"Duduklah," pinta dokter Louisa pelan sambil tersenyum.     

"Kenapa kau mematikan semua lampu, rasanya sangat aneh makan dalam kegelapan seperti ini," ucap profesor Frank dengan cepat sambil menarik kursi dan langsung duduk tepat dihadapan dokter Louisa.     

"Aku ingin kita menikmati suasana seperti ini untuk malam ini saja, apakah bisa?"tanya dokter Louisa pelan menahan tangis sekuat mungkin.     

"Terserahlah kalau kau suka dengan kegelapan seperti in aku bisa apa," jawab profesor Frank datar.     

Mendengar perkataan sang suami membuat dokter Louisa tersenyum, ia kemudian menuangkan redwine ke dalam gelas sang suami lalu ke gelasnya sendiri dan meletakkan botol redwine itu dengan hati-hati diatas meja. Tak lama kemudian ia meraih gelasnya dan mengangkat gelas itu ke arah sang suami yang ternyata langsung meminumnya tanpa menunggu dirinya, padahal sebenarnya dokter Louisa berniat untuk melakukan toast terlebih dahulu. Namun karena sang suami sudah meminum terlebih dahulu akhirnya dokter Louisa pun meminum red wine miliknya dengan cepat tanpa melakukan toast.     

"Kau sudah oleh makan Frank," ucap dokter Louisa pelan sambil meraih pisau dan garpu yang ada disamping piringnya yang akan ia gunakan untuk memakan steik yang ada dihadapannya.     

"Kenapa kau melakukan ini Lou? Apa ada acara spesial?" tanya profesor Frank pelan sambil memotong daging steik miliknya secara perlahan.     

"Untuk memberikan kejutan pada suaminya sendiri apakah perlu alasan?" tanya balik dokter Louisa sambil tersenyum.     

"Tidak, hanya saja terlihat aneh. Selama kita menikah kau belum pernah melakukan hal semacam ini," jawab profesor Frank dengan cepat.     

Dokter Louisa hanya tersenyum mendengar perkataan profesor Frank, ia berusaha menutupi kesedihan yang amat dalam saat ini. Sebenarnya yang ia lakukan saat ini adalah sebuah sindiran untuk suaminya itu karena selama mereka menikah selama hampir satu tahun ini suaminya itu belum pernah melakukan makan malam romantis seperti yang sedang mereka lakukan ini, namun rupanya apa yang ia lakukan tak dipahami profesor Frank yang memang tak punya kepekaan terhadap hal-hal seperti ini.     

Selama makan tak ada percakapan apapun yang keluar dari keduanya, baik profesor Frank dan dokter Louisa keduanya terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing sambil terus menikmati daging steik yang terhidang.     

"I wanna fuck you right now!!" ucap profesor Frank tiba-tiba dengan keras sambil meletakkan pisaunya di samping piring, ia sudah tak sabar menahan dirinya sejak tadi.     

"Kita masih makan Frank, lagipula kau baru makan sedikit dan akupun..."     

"Lou...apa kau tak mendengar perkataanku tadi?!" hardik profesor Frank tak sabar, ia benar-benar sudah tak bisa menahan dirinya lagi.     

"Aku masih makan Frank," jawab dokter Louisa pelan, ia mencoba mengulur waktu lebih lama lagi.     

Brak     

Profesor Frank memukul meja makan dengan keras menggunkan kedua tangannya secara tiba-tiba, ia kemudian bangun dari kursinya dan langsung berjalan menuju ke arah kursi dokter Louisa. Dengan cepat ia lalu meraih dokter Louisa dan ia gendong di pundaknya lalu ia bawa ke dalam kamar.     

"Frank..."     

Plakkk     

Profesor Frank menampar bokong istrinya itu dengan keras sehingga membuat dokter Louisa tak bsia menyelesaikan perkataannya, ia akhirnya hanya bisa pasrah ketika suaminya membawa dirinya masuk ke dalam kamar. Sesampainya dikamar dengan kasar profesor Frank melemparkan dokter Louisa begitu saja ke atas ranjang, untung saja ranjang mereka terbuat dari bulu angsa yang empuk alhasil tubuh dokter Louisa tak mengalami cedera sedikitpun.     

Setelah membuka pakaiannya dengan cepat profesor Frank kemudian naik ke atas ranjang, ia langsung menindih tubuh sintal sang istri dan langsung melakukan penetrasi tanpa melakukan foreplay terlebih dahulu sehingga membuat dokter Louisa kaget dan merasa kesakitan karena vaginanya belum siap menerima kejantan sang suami. Erangan kesakitannya tak didengar oleh sang suami yang sudah dikuasai nafsu, ia justru semakin mempercepat kegiatannya sehingga semakin menyiksa Louisa yang sudah meneteskan air mata dibawah tindihan sang suami. Ia kini benar-benar sadar dan paham bahwa suaminya itu sama sekali tak mencintainya, suaminya itu hanya mencintai tubuhnya saja. Dengan hati hancur Louisa terpaksa melayani nafsu sang suami yang tak terbendung, ia sama sekali tak merasakan nikmatnya bercinta lagi, dalam dirinya semua perasaan cintanya untuk profesor Frank sudah benar-benar hilang saat ini.     

"Arrggghhh Louuuu kau nikmat!!!!" pekik profesor Frank keras saat ia mencapai puncaknya.     

Setelah berkata seperti itu tubuh profesor Frank terkulai lemas diatas tubuh sang istri yang sudah banjir keringat, ia masih ingin berlama-lama diatas tubuh sintal istrinya sambil menunggu nafasnya kembali. Tak lama kemudian profesor Frank bangun dari atas tubuh dokter Louisa yang sudah lengket dengan keringat dan cairan cinta milik mereka berdua, wajahnya yang memerah menahan amarah tak terlihat karena suasana kamar yang gelap .     

Saat porfesor Frank ada didalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dokter Louisa meraih sebuah selimut yang ada di ujung ranjang untuk menutupi tubuhnya yang telanjang, entah kenapa tiba-tiba ia merasa dirinya sangat kotor dan menjijikan. Isak tangis kemudian terdengar dari atas ranjang dimana dokter Louisa masih duduk dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya.     

"Aku salah...aku salah mengira kau bisa berubah Frank,"     

"Kau tak akan pernah berubah, kau masih sama seperti dulu. Kau masih memperlakukan aku sebagai budak seksmu walau aku sudah menjadi istrimu...aku membencimu Frank hikss hikss aku membencimuuuu"     

Tangis dokter louisa akhirnya benar-benar pecah malam itu, ia kemudain bangun dengan tergesa-gesa dari ranjang dan berlari menuju ke kamar kedua yang ada diapartmen mereka. Ia langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari semua aroma sang suami, ia membiarkan tubuhnya tersiram air dari shower. Air matanya yang keluar dari kedua mata indahnya langsung hilang bersatu dengan air, salah satu kebiasaannya yang sangat ia sukai adalah menangis dibawah shower seperti yang sedang ia lakukan saat ini.     

"A-aku tulus mencintaimu Frank...tapi kau tak pernah benar-benar mencintaiku hu hu hu hu...dan bodohnya aku dulu percaya dengan semua kata-kata manismu. Kau tak akan pernah berubah Frank, kau tak akan pernah berubah hu hu hu...kau jahat Frank,"     

Tangisan dokter Louisa dalam dan sedih, ia merutuki kebodohannya yang mau menikah dengan profesor Frank tahun lalu. Setelah puas menangis dokter Louisa keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk, ia berjalan menuju kamar utama dimana profesor Frank sudah terlelap diatas ranjang yang sebelumnya mereka pakai untuk bercinta.     

Dengan penuh keyakinan dokter Louisa kemudian mengeluarkan sebuah kertas yang sudah ia tanda tangani dan ia letakkan diatas meja riasnya beserta sebuah catatan kecil tulisan tangannya.     

"Thank you for the opportunity you gave this year to be your wife..forgive me for everything Frank. I'm giving up..i cant be your wife anymore. I'm sorry..."     

"Happy first wedding anniversary Frank...."     

"Louisa..."     

Dokter Louisa meneteskan air matanya saat menulis salam perpisahannya, ia menatap suaminya untuk terakhir kalinya malam ini. Dengan tangan bergetar ia melepaskan cincin pernikahnnya dan ia letakkan diatas surat gugatan cerai yang sudah ia tandatangai, setelah melakukan semuanya dokter Louisa kemudian keluar dari kamar itu dan berjalan pelan menuju kamar tamu dimana ia sudah meletakkan koper besar milikny disana. Setelah memakai pakaian dengan rapi dokter Louisa kemudian menarik kopernya dan berjalan pergi meninggalkan apartemen milik suaminya menuju ke sebuah apartemen kecil yang sudah ia sewa sebelumnya.     

"Aku hanya ingin dicintai dengan tulus Frank...hanya itu mauku tidak lebih. Aku menerima semua masa lalumu tapi kau tak pernah menerimaku dengan tulus Frank, aku tau itu,"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.