You Are Mine, Viona : The Revenge

Mengambil resiko



Mengambil resiko

0Fernando menggendong Viona yang tak berdaya masuk ke dalam apartemennya, ia tak tega melihat Viona terus mengerang kesakitan sambil mencengkram erat perutnya. Belum lagi dengan keringat dingin yang membasahi kening dan hampir seluruh baju yang ia pakai, melihat kondisi Viona seperti itu membuat Fernando frustrasi. Ia merasa sangat bersalah atas apa yang menimpa sang istri.     

Setelah masuk ke dalam kamar ia menurunkan tubuh Viona dengan hati-hati, di atas ranjang empuk mereka. Setelah Viona berbaring di ranjang Fernando kemudian pergi ke kamar sang istri untuk mengambil baju ganti, ia ingin mengganti pakaian Viona karena takut Viona sakit ketika memakai pakaian basah. Saat mengganti celana dalam yang dipakai Viona ia belum melihat ada noda apapun di sana seperti yang dikatakan oleh Profesor William bahwa ia akan mulai datang bulan besok.     

Fernando mendaratkan ciumannya di perut Viona berkali-kali saat ia memakaikan celana dalam pada Viona dengan penuh sesal, tak lama kemudian Viona pun sudah berganti dengan pakaian baru. Fernando lalu pergi ke dapur untuk mengambil air hangat untuk istrinya itu, saat akan pulang tadi Profesor William tidak memberikan Viona obat apapun maka dari itu Fernando berinisiatif untuk memberikan Viona air hangat untuk membantunya meringankan sakit di perut.      

"Minumlah sedikit babe," ucap Fernando lembut saat sudah kembali ke dalam kamarnya dengan membawa satu nampan berisi gelas air hangat.      

Karena tak ada respon dari sang istri Fernando akhirnya berinisiatif untuk membantu Viona minum, dengan penuh kasih sayang Fernando meraih tubuh istrinya itu dan ia tahan dengan tubuhnya supaya Viona bisa duduk dan bersandar. Setelah itu Fernando meraih gelas yang tadi ia bawa dari atas nakas, perlahan Fernando mengarahkan gelas itu ke bibir Viona supaya Viona mau minum. Ternyata cara yang dilakukan oleh Fernando berhasil, Viona aku mau minum. Hampir setengah air yang ada di gelas sudah berpindah ke dalam tubuh Viona.     

"Sudah," ucap Viona pelan sambil menahan tangan Fernando yang memegang gelas.     

"Serius?"tanya Fernando lirih.     

"Huum, aku mau tidur saja," jawab Viona dengan cepat sambil memejamkan matanya.      

Fernando kemudian meletakkan gelas di atas nakas kembali, ia lalu merebahkan tubuh Viona dengan hati-hati. Perlahan Fernando meraih selimut yang cukup tebal untuk membungkus tubuh Viona, ia juga mengatur bantal sedemikian rupa supaya bisa tidur dengan nyaman. Sebuah kecupan lembut mendarat di kening Viona saat Fernando memutuskan untuk meninggalkan Viona di dalam kamar supaya bisa beristirahat, ia kemudian pergi menuju ke sofa yang ada di ruang tamu tanpa menutup pintu kamarnya. Dari tempatnya duduk saat ini Fernando bisa melihat Viona, Fernando lalu memejamkan kedua matanya mengingat kembali perkataan ibu Debora beberapa minggu yang lalu saat ia berkunjung ke desa Elora.     

Drrtttt     

Drrtttt     

Ponsel Viona bergetar dengan keras berkali-kali sehingga membuat Fernando harus meraihnya.     

"Nomor tanpa nama," ucap Fernando lyrics saat melihat sebuah nomor muncul di layar ponsel milik sang istri yang baru ia ambil dari dalam tas.      

Saat Fernando akan mengangkatnya tiba-tiba ponsel sang istri mati, karena si penelepon mematikan panggilannya akhirnya Fernando memutuskan untuk meletakkan kembali ponsel sang istri di dalam tas istrinya itu. Namun saat baru membuka tas Viona tiba-tiba ponsel itu kembali berdering, dengan cepat Fernando menerima panggilan telepon itu.     

"Hallo Fernando disini…"     

"Anji...ibu Anji...ibu Debora meninggal tiga puluh menit yang lalu Anji...pulanglah nak," ucap ibu Agnes sambil menangis memotong perkataan Fernando.     

Deg      

Deg     

Fernando terdiam mendengar perkataan ibu Agnes, jantungnya berdegup sangat cepat.     

"Ibu ini Fernando bu, apa yang terjadi dengan ibu Debora bu?" tanya Fernando lirih.     

"Oh ini tuan Fernando, maaf tadi ibu langsung bicara seperti itu," jawab ibu Agnes kaget.     

"It's ok bu, katakan apa yang terjadi dengan ibu Debora bu?" tanya Fernando kembali.     

"Ibu Debora sebenarnya kondisinya sudah mulai menurun sejak satu minggu yang lalu, namun kemarin ia sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Saat ibu Debora dibawa ke rumah sakit beliau melarang kami untuk memberitahukan kondisinya pada Anji sampai akhirnya hikss sampai akhirnya tiga puluh menit lalu ia meninggal didalam kamar saat sedang bersama Adam tuan hu hu hu," ibu Agnes menjawab pertanyaan Fernando sambil menangis tersedu-sedu.     

"Beliau akan dimakamkan sore ini di pemakaman umum yang ada di desa Elora, sebenarnya Adam pun melarang siapapun menghubungi Anji. Namun aku tak bisa melakukannya,  aku tau Anji sangat dekat dengan ibu Debora. Oleh karena itu aku menghubunginya untuk memberi kabar ini, kalau bisa datanglah bersama Anji secepatnya tuan. Biarkan Anji melihat ibu Debora terakhir kali sebelum ia dimakamkan hari ini jam 4 sore," imbuh ibu Agnes pelan.     

"Terima kasih informasinya bu, saya akan datang bersama Viona secepatnya. Kalian tak usah khawatir, dalam waktu satu setengah jam lagi kami pasti sudah sampai di desa Elora," jawab Fernando berjanji dengan cepat.     

"Baik tuan kami tunggu kedatangan anda dan Anji secepatnya," ucap ibu Agnes lirih sebelum menutup panggilan teleponnya.      

Fernando langsung bangun dari sofa sesaat setelah ibu Agnes menutup teleponnya, ia berjalan menuju kamar tepat di depan ranjang dimana Viona tidur. Baru kali ini Fernando terlihat bimbang dan ragu, ia ingin pergi ke desa Elora namun masih bingung.     

"Apakah aku harus mengajakmu pergi atau tidak babe, aku dilema. Kau sedang sakit seperti ini, aku tak tega membangunkanmu tapi ibu Debora akan dimakamkan hari ini. Aku takut kalau aku tak memberitahukan padamu kau akan marah padaku, aku tak mau karena ini kita jadi bertengkar...aku tak mau hal itu terjadi, kita baru saja bersama setelah berpisah lama. Aku tak mau berpisah lagi denganmu," ucap Fernando bingung.     

Fernando kemudian meraih ponselnya lalu menelepon Justin untuk datang ke apartemen, ia memutuskan untuk pergi ke desa Elora bersama Justin menggunakan helikopter yang terparkir di atas rooftop. Setelah selesai bicara dengan Justin Fernando kemudian duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya, sambil menatap Viona yang tidur sangat pulas. Melihat Viona mengerang kesakitan seperti tadi benar-benar membuatnya hampir gila dan saat melihat Viona sudah tidur seperti ini ada kelegaan di dalam hatinya, sehingga ia ragu untuk membangunkannya dan mengajaknya pergi ke desa Elora Fernando tak mau melihat Viona kembali kesakitan seperti tadi.      

Dua puluh menit kemudian pintu apartemen terbuka dan masuklah Justin dengan terburu-buru, ia langsung menuju ke kamar Fernando dimana sang Tuan berada.      

"Anda sudah siap tuan?" tanya Justin dengan cepat.     

"Iya, pergilah ke rooftop. Siapkan semuanya, aku akan mengambil beberapa berkas terlebih dahulu. Baru aku akan menyusulmu," jawab Fernando pelan.     

"Siap tuan," sahut Justin patuh, setelah itu ia pergi ke rooftop ke tempat helikopter Fernando berada.     

Setelah Justin pergi Fernando mendekati Viona dan mencium kening Viona berkali-kali dengan penuh cinta.      

"Aku akan mengambil resikonya sendiri babe, aku lebih baik mendengar suara marah-marahmu daripada melihatmu kesakitan seperti tadi. Aku lebih siap menerima makianmu daripada melihatmu menderita, maafkan aku kalau aku harus pergi tanpa mengajakmu. Kau harus istirahat dengan baik, i love you Viona," ucap Fernando pelan sambil mencium tangan Viona dengan lembut.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.