You Are Mine, Viona : The Revenge

Satu tubuh dua nyawa satu jiwa



Satu tubuh dua nyawa satu jiwa

0Setelah dokter William pulang beberapa orang pelayan wanita terlihat berjalan mendekati Viona yang masih duduk di tepi danau, mereka lalu mengajak Viona masuk atas perintah Fernando.      

"Ayo masuk nyonya, anda juga belum sarapan," ajak Rita seorang pelayan senior dengan putus asa.     

"Sebentar Rita, aku masih ingin menikmati udara segar disini," jawab Viona menolak ajakan pelayannya, ia masih ingin berjauhan dengan Fernando.     

"Ayo nyonya anda sudah ada diluar satu jam, matahari juga sudah tinggi," imbuh pelayan lainnya mengajak Viona masuk menimpali perkataan Rita.     

Mendengar perkataan para pelayannya membuat Viona akhirnya mengalah, ia merasa tidak tega kalau para pelayannya itu juga terkena imbas perbuatan Fernando. Bagaimanapun para pelayannya itu tidak bersalah dalam hal ini, oleh karena itu Viona akhirnya mau diajak masuk ke dalam rumah tanpa tahu kalau ia kini sudah menjadi tahanan rumah oleh Fernando. Dimana semua pelayan dan bodyguard akan mengawasinya selama dua puluh empat jam dan tidak memperbolehkan siapapun menemuinya tanpa seijin Fernando.     

Sesampainya di dalam rumah Viona sempat berhenti di depan ruang kerja Fernando di mana saat ini Fernando sedang berdiri sambil berkacak pinggang menatapnya dengan tajam, ditatap seperti itu oleh Fernando membuat Viona bergidik. Ia merasa bingung melihat sikap suaminya, seharusnya saat ini dialah yang marah karena suaminya sudah membawa perempuan lain pulang ke rumah. Akan tetapi saat ini justru suaminya itu yang marah kepada dirinya, mengingat wanita yang dibawa oleh suaminya pulang kembali membuat dada Viona kembali terasa sesak. Perutnya yang belum terisi apa-apa sejak pagi pun mendadak kenyang, ia lalu melangkahkan kakinya kembali menuju tangga untuk naik ke kamarnya yang ada di lantai dua dengan mengabaikan sang suami.     

Melihat Viona naik ke lantai dua membuat Fernando kembali naik darah, ia berniat menyusul Viona yang sedang berjalan di tangga dengan perlahan. Saat Fernando hampir sampai ke tangga tiba-tiba ponsel yang ada di saku jubah mandinya berdering, dengan cepat Fernando meraih ponselnya dan terlihat bingung saat melihat ada nomor tanpa nama menghubunginya.     

"Ya…     

"Tuan ini Laura," ucap Laura diujung telepon memotong perkataan Fernando.     

"Laura k--kau sudah sampai rumah?" tanya Fernando dengan suara keras, ia sengaja bicara dengan berteriak supaya Viona mendengar percakapannya.     

"Iya tuan, Laura baru sampai. Terima kasih sudah mengantar Laura pulang," jawab Laura dengan nada mendayu-dayu.     

"Itu bukan apa-apa bagiku Laura, asal kau senang aku bisa melakukan apapun," ucap Fernando dengan sombong.     

"Aku seharusnya memberikan pelayanan terbaik pada anda tadi malam tuan, seharusnya aku…     

"Sudahlah jangan dibahas, lebih baik kau istirahat aku tau kau lelah setelah melayaniku semalaman. Lebih baik kau istirahat, kita bertemu lagi malam ini," sahut Fernando memotong perkataan Laura dengan cepat sambil melirik ke arah Viona yang masih dengan tenang berjalan menuju lantai dua.     

"Baik tuan, Laura istirahat. Sampai bertemu nanti malam tuan," ucap Laura centil, ia kemudian menutup sambungan teleponnya. Laura berdiri didepan kaca lemarinya sambil memandang dirinya di cermin.      

"Kita memang belum bercinta, tapi aku yakin nanti malam kau akan memberikan kehangatan tubuhmu padaku Fernando," gumam Laura lirih, ia mengingat apa yang sudah ia lakukan dengan Fernando tadi malam.     

Walaupun Fernando sempat memainkan kedua payudaranya sampai ia terangsang hebat tapi Fernando tak melakukan itu padanya, Fernando hanya mengatakan ia butuh teman untuk berbincang saja. Alhasil selama semalaman ia dan Fernando berbicara omong kosong membahas hal-hal yang dianggapnya menarik untuk membuat Fernando tertawa, sampai akhirnya ia tertidur di pelukan Fernando tanpa bercinta walaupun ia sudah sudah telanjang. Oleh karena itu tadi pagi ia merasa tenggorokannya terasa sangat kering setelah berbicara sepanjang malam.     

Setelah sambungan teleponnya terputus dengan Laura yang mengabari kalau dirinya sudah sampai dirumah Fernando lalu menoleh ke atas di mana ia sudah tidak melihat Viona lagi, rupanya Viona sudah sampai di lantai dua. Melihat Viona sudah tak ada Fernando lalu menaiki tangga dan menyusul Viona yang sudah masuk ke kamar, para pelayan hanya diam saja ketika mendengar percakapan sang tuan yang terang-terangan menunjukkan keintiman nya dengan wanita lain di hadapan sang nyonya. Mereka tak berani berkomentar apapun, walau sebenarnya merasa sedih karena melihat sang nyonya diperlakukan seperti itu, tak lama kemudian Teddy memerintahkan semua pelayan untuk kembali bekerja.      

Viona yang baru saja duduk di sofa nampak memijat tengkuknya yang terasa pegal dengan menggunakan satu tangan, ia berusaha menutupi sakit hatinya pasca mendengar suaminya berbicara dengan wanita lain di telepon.     

Saat Fernando masuk kedalam kamar Viona membuka kedua matanya dengan perlahan, ia melihat dengan jelas bagaimana Fernando berdiri dihadapannya sambil berkacak pinggang dengan tatapan yang tak bersahabat.     

"Kau sudah berkali-kali memancing batas sabarku Viona, mulai saat ini kau tak akan pernah lagi bisa keluar dan ini…     

Prank     

Fernando tak menyelesaikan perkataannya karena ia meraih ponsel Viona yang ada diatas meja dan membantingnya dengan sekuat tenaga ke lantai sehingga ponsel mahal itu hancur, layar kacanya retak tak beraturan dan langsung mati. Menandakan seberapa kerasnya tadi ia dibanting oleh Fernando.     

"Kau…     

"Ya, kenapa aku!!kau tak suka dengan apa yang kulakukan, ini pantas kau dapatkan Viona. Wanita tak tau diri pembangkang sepertimu seharusnya mendapatkan lebih dari ini, kau beruntung kemarin aku masih sabar menghadapimu. Mulai saat ini kau tak akan bisa pergi kemanapun atau berhubungan dengan siapapun, kau hanya bisa diam di dalam rumah sambil merenungi kesalahan mu kemarin. Ingat Viona tak ada orang yang berani melawanku, jadi jangan pernah berpikir kau bisa meminta bantuan pada orang lain," ucap Fernando dengan suara meninggi.     

Setelah selesai bicara Fernando pergi tanpa rasa bersalah meninggalkan Viona yang masih duduk di sofa sambil melihat ponselnya yang sudah hancur di lantai.     

"Aku selalu menuruti semua keinginanmu Fernando, tapi apakah semua pengorbananku selama ini tak kau anggap sama sekali," ucap Viona lirih sambil menyentuh perutnya.     

"Kau bisa bebas bersama wanita-wanitamu lalu aku kau jadikan tahanan rumah, kenapa kau begitu egois Fernando hiks...hikss….salahku yang terlalu percaya padamu hikss hiks...ini semua salahku.." tangis Viona akhirnya pecah, setelah ia berusaha tahan dari semalam saat melihat Fernando membawa wanita yang tadi pagi ia lihat di dapur.     

Bayi dalam perut Viona kembali bereaksi, ia membuat Viona merasakan sakit yang cukup menyiksa. Viona kembali merasakan kontraksi yang sama seperti semalam, karena tak mau ada yang melihatnya seperti ini Viona menggigit bibir bawahnya supaya suara rintihannya tak terdengar siapapun alhasil bibir bawahnya sobek karena ia terlalu kuat menggigit.     

"Sayang jangan marah...mommy sakit nak," ucap Viona berkali-kali, keringat dingin pun sudah keluar di sekujur tubuh Viona yang sedang mengerang kesakitan di sofa.     

Darah yang keluar dari bibirnya pun sampai tertelan kembali olehnya, dalam kesakitannya Viona berusaha menahan diri agar tidak berteriak. Viona tak mau ada orang melihatnya seperti ini apalagi kalau Fernando yang melihatnya, Viona tak ingin terlihat lemah dihadapan Fernando. Setelah lima belas menit rasa sakit di perutnya berangsur hilang, Viona kemudian berjalan tertatih menuju ranjang untuk berbaring ia takut kalau tetap ada di sofa rasa sakit yang tadi akan menyerangnya kembali dan justru membuatnya jatuh ke lantai. Viona pun akhirnya tertidur setelah berusaha menenangkan diri, ia kini menyadari satu hal bahwa anaknya pasti akan ikut marah jika ia berkonfrontasi dengan Fernando.     

Di lantai satu Fernando nampak menikmati sarapan paginya dengan tenang seolah tak terjadi apa-apa, para pelayan yang mendampingi Fernando nampak tak ada yang berani bicara bahkan untuk sekadar memberitahukan bahwasanya sang nyonya belum makan apa-apa dari kemarin. Mereka semua menunduk ke lantai berdiri dengan sikap tegak yang patuh begitu pula dengan Teddy yang hanya bicara jika Fernando bicara atau meminta sesuatu, suasana yang mencekam nampak sangat terasa di ruang makan. Mereka semua berharap sang tuan akan segera selesai makan dan berangkat ke kantor.     

"Kau sudah melakukan apa yang aku perintahkan tadi Teddy?" tanya Fernando pelan sambil menyeka mulutnya dengan sapu tangan.     

"Sudah tuan, saya sudah memberitahukan pada semua penjaga dan bodyguard agar tak mengijinkan siapapun untuk bertemu nyonya," jawab Teddy dengan cepat.     

"Bagus, kau memang dapat diandalkan. Oh iya satu lagi mulai malam ini aku akan tidur di kamar tempatku tidur tadi malam, jadi kau rapikan kamar itu dan siapkan pakaianku dikamar itu," ucap Fernando dingin sambil menoleh ke arah Teddy.     

"Baik tuan saya mengerti," sahut Teddy patuh.     

Mendengar perkataan Teddy membuat Fernando tersenyum, ia kemudian bangun dari kursinya dan merapikan pakaiannya lalu berjalan dengan langkah tegap menuju mobilnya yang sudah siap di depan. Teddy mengantar Fernando sampai depan pintu utama seperti biasanya, memastikan sang tuan benar-benar masuk kedalam mobil dan tak ada yang tertinggal.     

Suara klakson mobil yang dikendarai Lukas membuat semua orang menundukkan kepalanya memberi penghormatan pada Fernando, setelah Fernando benar-benar pergi Teddy akhirnya masuk ke dalam rumah. Langkahnya langsung terhenti ketika melihat beberapa pelayan wanita berotot di hadapannya dengan wajah khawatir.     

"Ada apa?" tanya Teddy berusaha tenang.     

"Nyonya...nyonya dari kemarin belum makan pak, kita harus mengantarkan makanan ini ke nyonya kami takut nyonya…     

"Jangan bicara macam-macam, tuan pasti akan sangat marah mendengarnya. Lebih baik kalian segera antar makanan ke nyonya," ucap Teddy memotong perkataan seorang pelayan wanita dengan nada meninggi.     

"Baik pak….     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.