You Are Mine, Viona : The Revenge

Remember me?



Remember me?

0Seperti yang Natalie takutkan, saat ini Abby sedang berdiri didepan pintu rumahnya menatap nanar ke arah jalanan yang gelap dengan terus melihat jam yang terpasang ditangan kanannya. Harapannya untuk melepaskan semua penatnya dengan bercinta bersama Natalie kandas pasca mengetahui kalau Natalie belum pulang.     

"Kalau sudah semalam ini mereka belum kembali sepertinya mereka akan menginap di Las Vegas, jadi kau tak usah menunggunnya,"ucap Fernando pelan sambil menutup mulutnya karena menguap.     

Abby menatap Fernando penuh kemarahan. "Dad, come on."     

Fernando terkekeh. "Natalie pergi bersama ibumu, bukan dengan pria lain. Jadi kau tak usah sepanik ini, seorang wanita bisa menghabiskan lebih dari dua jam untuk memilih satu tas di satu toko. Bayangkan saja, itu baru satu toko tas. Kau bisa kalkulasi sendiri berapa total waktu yang mereka butuhkan jika membeli lebih dari satu macam barang."     

"Dad..."     

Tawa Fernando semakin keras, sungguh menggoda putranya yang satu ini adalah salah satu kebahagian lain untuknya saat ini dan Abby sangat-sangat terganggu dengan tawa sang ayah yang sangat menyebalkan itu. Tanpa bicara apa-apa Abby kemudian masuk kedalam rumah menuju ke lemari tempat penyimpanan berbagai macam kunci mobil milik keluarga Willan, Abby menyambar kunci mobil kesayangannya. Mercedes-Benz Maybach Exelero yang tidak memakai plat bertuliskan Willan seperti mobil yang lain tapi tetap saja mobil itu berwarna hitam kelam seperti mobil-mobil lainnya yang berada di garasi bawah tanah mewah yang dibangun Fernando menembus jalan rahasia yang dulu sempat digunakan Viona kabur dari rumah, kabur dari kunkungannya. Fernando sengaja membuat garasi baru yang lebih luas karena sejak kedua putranya bisa bermain mobil mereka tak henti-hentinya bergonta ganti mobil mewah, karena itu Fernando membuatkan garasi baru yang lebih luas dan saat ini sudah dipebuhi dengan sekitar 30 mobil mewah koleksi Abby dan Aaric.     

Menggunakan tangga yang langsung terhubung ke parkiran bawah tanah Abby pergi meninggalkan sang ayah dengan mencengkram kunci mobil kesayangannya, tak lama setelah Abyy menghilang terdengar suara mobil digarasi bawah tanah itu sebelum akhirnya melesat dengan kuat meninggalkan istana Willan. Fernando hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putra pertamanya yang sangat mirip dengannya itu.     

"Kau memang putraku, son." Fernando bicara sendiri begitu mobil Mercedes-Benz Maybach Exelero yang dikendarai Abby menghilang dari pandangannya.     

Karena hari sudah sangat larut Fernando pun bergegas naik ke kamarnya, Fernando yang sudah tahu Viona tak akan pulang hari ini sengaja tak mengatakannya secara langsung pada Abby pada saat mereka makan malam tadi. Fernando tak mau membuat Abby marah dan melakukan hal gila dengan menyusul Natalie ke Las Vegas, karena itulah ia baru mengatakannya beberapa saat yang lalu. Itupun secara tersirat, tidak secara langsung.     

Karena belum bisa tidur Fernando memilih pergi ke ruang kerjanya, memutar video-video lamanya dengan Viona. Mulai dari pernikahan fantastis mereka dulu sampai rekaman yang ia buat sendiri saat sedang berjalan-jalan di Paris pasca mereka kembali bersama setelah berpisahah 10 bulan pasca mereka kehilangan bayi pertama mereka karena ulah dokter Ammy.     

Fernando tersenyum saat melihat kembali video pernikahannya, cantik dan sempurna. Hanya dua kata itu saja yang mampu menggambarkan Viona di video itu, kecantikan Viona yang membuat Fernando tergila-gila nyatanya memang menjadi hal utama yang membuatnya memutuskan mengejar Viona. Sangat naif memang tapi itulah faktanya, Fernando yang saat itu masih muda tergila-gila akan kemurnian Viona sampai puncaknya ia semakin tak mau berbagi Viona dengan siapapun sehingga membuatnya justru menyakiti Viona secara tidak langsung sampai akhirnya mereka kehilangan putra pertama mereka. Dan kini Fernando sedang mengontrol kedua putranya yang memiliki sifat yang sama seperti dirinya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti dirinya dulu, karena itulah Fernando meminta bantuan pada Viona berusaha membuat Abby tak terlalu mengekang Natalie.     

"Aku berharap hanya aku yang melakukan kesalahan bodoh itu, kedua putraku tak boleh melakukan kesalahan yang sama pada istri-istri mereka nanti." Fernando bicara sendiri sebelum akhirnya memberikan pesan ucapan selamat malam pada Viona yang saat ini sedang bersama Natalie di salah satu hotel bintang lima di Las Vegas.     

***     

Suara mobil Mercedes-Benz Maybach Exelero milik Abby cukup mengganggu banyak orang yang yang sedang duduk-duduk didepan sebuah cafe, Abby yang pergi seorang diri tanpa pengawalnya langsung masuk begitu saja ke cafe itu tanpa menegur orang-orang yang sudah terganggu olehnya.     

"Ada apa ini?"tanya Abby ketus pada dua orang pria yang tiba-tiba menghadangnya.     

Alih-alih menjawab pertanyaan Abby salah satu dari pria itu justru menyentuh pundak Abby. "Kau sepertinya anak baru, kau belum tahu peraturan di tempat ini, ya?"     

Abby menaikkan satu alisnya. "Peraturan?"     

"Iya, saat kau datang kau harus memberi hormat pada Tuan Damian. Pemimpin sekaligus penguasa cafe ini,"jawab pria itu kembali sambil tersenyum.     

Abby tersenyum, ingin sekali ia rasanya mengatakan jika seorang Willan tak perlu memberi hormat kepada siapapun di dunia ini. Namun niatnya itu ia tahan, Abby ingin tahu siapa sosok tuan Damian yang baru saja disebutkan oleh pria yang masih meletakkan tangan di pundaknya itu.     

"Memangnya siapa Tuan Damian?"tanya Abby pelan pura-pura bodoh.     

Seorang pria yang sedang duduk diapit dua wanita seksi perlahan bangun dan mendekati Abby dengan ponggahnya, karena Abby lebih tinggi darinya pria itu harus sedikit mengangkat kepalanya ke atas menatap Abby.     

"Aku Damian, penguasa daerah ini,"ucapnya dengan sombong.     

Meski tempat mereka berada saat ini sedikit gelap, namun Abby masih bisa melihat jelas wajah pria yang menyebutkan diri sebagai penguasa itu. Abby tersenyum tipis mendengar perkataan pria itu, baru kali ini ada orang yang berani berkata searogan itu padanya. Menyebutkan dirinya sebagai penguasa pada Abby yang berada jauh diatas tingkat pria itu.     

"Kau tahu peratuan masuk ketempat ini kan anak muda?"tanya pria bernama Damien kembali dengan sangat arogannya.     

Abby menggeleng. "Aku tak tahu, bisakan kau memberitahuku?"     

Pertanyaan Abby sontak membuat sekitar lima belas orang yang berada didepan cafe itu tertawa terbahak-bahak, termasuk lima wanita seksi yang menjadi teman minum mereka. Tawa semua orang itu baru terhenti saat pria bernama Damien mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara.     

"Jaga sikap kalian, bukankah kita harus ramah pada pengunjung baru ditempat ini,"ucap Damien pelan dengan sombongnya.     

Abby tesenyum. "Ok, lalu apa yang harus aku lakukan?"     

"Berikan uangmu, kau harus membayar untuk bisa masuk ke tempat ini,"jawab Damien dengan senyum liciknya.     

"Berapa banyak uang yang harus aku bayar supaya bisa masuk ke cafe ini?"     

Damien terkekeh. "Keluarkan saja dompetmu, biar aku yang langsung mengambilnya sendiri. Aku yakin kau adalah orang kaya mengingat betapa mewahnya mobil yang kau kendarai tadi."     

Abby terdiam cukup lama sampai akhirnya ia mengeluarkan dompetnya yang berisi semua identitasnya beserta beberapa lembar uang pecahan ratusan dollar dan deretan kartu kredit tanpa limit untuk diserahkan pada pria pendek yang sok berkuasa itu.     

Begitu melihat dompet mahal berlogo hufuf G besar tanpa pikir panjang Damien langsung mengambilnya dari tangan Abby dan langsung membuka dompet itu, kartu nama Abby yang berwarna hitam dengan huruf silver membuat Damien tertarik untuk melihatnya.     

"Coba kita lihat, siapa pria yang memiliki mobil dan dompet mahal ini bersama-sama. Jadi nama pria ini adalah Abraham Alexander Willan..."     

Ucapan Damien tertinggal di udara, begitu nama Willan disebut semua orang itu terdiam dan mematung tanpa suara. Bahkan para gadis cantik yang sebelumnya cekikikan langsung menutup rapat mulutnya disertai jeritan yang cukup keras.     

Damien yang belum sadar kalau pemuda yang ada dihadapannya adalah putra penguasa Ottawa masih saja berkutat pada dompet Abby, kedua matanya berbinar saat melihat deretan kartu kredit tanpa limit di dalam dompet itu sampai akhirnya gerakannya terhenti saat seorang pria berpakaian serba hitam menunduk dan menyapanya dengan hormat.     

"Sebuah kehormatan anda bersedia berkunjung ke cafe kecil ini, Tuan Willan."     

Damien mematung, otaknya berhasil bekerja saat ini. Seluruh wajahnya pucat saat berhasil mengingat nama Willan, hanya ada satu nama Willan yang sangat disegani di kota ini dan itu adalah nama keluarga keturunan Jacob Willan yang mewariskan kekuasaannya pada Fernando Grey Willan yang memiliki dua anak lelaki kembar yang bernama Abraham Alexander Willan dan Alarick Alexander Willan.     

"Jesus,"pekik Damien lirih.     

Abby memasukkan satu tangannya kedalam saku bajunya dengan senyum mengerikan diwajahnya. "Kenapa? Kau sudah bisa mengingatku sekarang?"     

Bruk...     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.