You Are Mine, Viona : The Revenge

Abby\'s special room



Abby\'s special room

1Bruk     
1

Natalie terhempas ke lantai pasca Abby melepaskan cengkraman pada lehernya.     

"Pergilah, kali ini aku mengampunimu. Dan jangan pernah berani lagi muncul dihadapanku, setelah orang yang baru saja kau katakan." Abby mengusir Natalie tanpa rasa bersalah.      

Natalie yang masih lemas pasca apa yang diperbuat Abby padanya masih terduduk di lantai, ia tak percaya Abby bisa berkata seperti itu pada dirinya. Padahal sebenarnya harus malah adalah dirinya, bukan Abby.      

Dengan berpegangan pada dinding Natalie beranjak bangun dan berdiri tegak di hadapan Abby. "Seharusnya yang marah adalah aku, bukan kau Xander. Yang keluarganya hancur adalah aku, bukan kau. Yang menjadi sebatang kara selama beberapa tahun terakhir ini adalah aku bukan kau. Jadi kau tak berhak marah seperti tadi, lagi pula yang aku katakan tadi benar. Kalau bukan karena perbuatanmu dan ayahmu mungkin saja saat ini keluargaku masih baik-baik saja, ibuku mungkin saja tak meninggal dan yang jelas aku masih memiliki keluarga yang utuh. Tidak seperti saat ini, aku tinggal sendiri tanpa tahu keberadaan kedua kakak kandungku. Kehancuran keluargaku semuanya didalangi oleh keluargamu, Xander. Aku sangat membencimu Xander, kau bukan hanya brengsek dan bajingan. Kau juga psikopat, manusia tanpa hati. Jangan khawatir, aku bersumpah tak akan muncul lagi di hadapan pria pengecut seperti dirimu." Dada Natalie naik turun saat bicara, ia benar-benar terlihat sangat marah.      

Abby tersenyum samar mendengar caci maki Natalie, perlahan Abby melepas dasi yang terpasang di lehernya dan membuangnya begitu saja di lantai. Ia berjalan mendekati Natalie yang sudah berada di depan pintu.      

Natalie yang sudah bersiap untuk keluar nampak terkejut ketika melihat Abby mulai membuka satu persatu kancing kemejanya.      

"A-apa yang ingin kau lakukan? Cepat buka pintunya, aku ingin keluar."      

Abby yang sudah sampai di hadapan Natalie langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Natalie dengan kasar.      

"Xander."pekik Natalie dengan keras begitu ia jatuh ke pelukan Abby.     

Abby tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada wajah Natalie yang berusaha menghindarinya. "Kau tadi menyambutku brengsek dan bajingan, bukan? Tenanglah, akan ku tunjukan padamu apa itu brengsek dan bajingan yang sebenarnya."     

Menyadari ada bahaya yang mengancam Natalie pun berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Abby, akan tetapi semakin keras usahanya untuk melepaskan diri dari Abby semakin kuat juga pelukan tangan Abby di tubuhnya.     

"Kenapa? Sekarang kau takut? Dimana keberanianmu yang tadi saat kau sedang memaki-maki aku, Nate?"     

"Lepaskan aku, brengsek!! Jangan kurang ajar, Xander. Aku bisa berteriak dan percayalah semua orang pasti akan datang menolongku,"sahut Natalie ketus berusaha menjauhkan wajahnya dari Abby yang berusaha mencium bibirnya dengan cepat, ia benar-benar sangat marah pada Abby saat ini.      

Abby terkekeh. "Benarkah orang-orang akan menolongmu? Coba kau pikir baik-baik, saat ini kau berada di ruangan pribadiku di kantorku. Kalaupun kau berhasil berteriak dan membuat semua orang datang, mereka pasti akan menghujatmu karena berani menggoda seorang anak dari pemilik perusahaan tempatmu bekerja. Dan jika itu terjadi maka kau akan hancur, baby. Citramu sebagai wanita baik-baik akan hilang berganti dengan citra seseorang wanita penggoda yang rela melakukan apapun untuk uang."     

"Brengsek!"     

"Haha...iya aku memang brengsek, bukankah tadi kau sendiri yang mengatakan kalau aku brengsek. Lalu kenapa sekarang kau kaget seperti ini, hm?" Pelukan Abby si tubuh Natalie semakin erat, berdekatan dengan seorang gadis secantik Natalie saat ini membuat libido Abby yang sempat turun karena ucapan Natalie yang sebelumnya kembali memuncak.     

"Xander...please.."desah Natalie lirih ketika merasakan satu tangan Abby mulai meremas bokongnya.      

Abby terkekeh melihat ekspresi wajah Natalie. "Kenapa? Apa kau sudah tak tahan lagi?"     

Natalie tak merespon perkataan Abby, ia justru menyandarkan kepalanya di dada Abby karena berusaha menahan sentuhan yang sedang Abby lakukan pada tubuh bagian bawahnya. Natalie tak mau terlihat sedang menikmati sentuhan Abby seperti sebelumnya meskipun sebenarnya jauh di lubuk hatinya paling dalam ia sedang menggila saat ini, seluruh tubuhnya terasa panas menginginkan sentuhan Abby lagi dan lagi.      

Menyadari tubuh Natalie semakin lemah Abby kemudian menggendongnya dan membawanya ke sofa kembali, Abby bersumpah kalau ia tak akan melepaskan Natalie setelah ini. Setelah merebahkan tubuh Natalie di sofa Abby keputihan menghubungi Yordan dan Marco untuk menyiapkan helikopter di rooftop, ia memiliki rencana menyenangkan yang ingin dilakukannya bersama Natalie saat ini. Tak butuh waktu lama Jordan pun sudah berdiri di hadapan Abby, ia sudah mengamankan situasi sehingga Abby bisa bebas membawa Natalie ke rooftop tanpa diketahui oleh siapapun. Pasalnya saat ini semua staf yang berada satu lantai dengan Abby sudah diminta pergi oleh Jordan ke kantin lebih cepat.      

Abby melepaskan jas yang ia gunakan untuk menutup paha Natalie yang terekspos, meskipun hanya ada Jordan namun Abby tak mau berbagi keindahan tubuh Natalie padanya.      

"Ok, kita bisa berangkat sekarang, Marco,"ucap Abby pelan saat sudah selesai memasang headphone di telinga Natalie yang sudah ia dudukkan di sampingnya.      

"Baik Tuan."      

Marco pun mulai meminta izin terbang pada pusat pengendali, Abby hanya mengajak Marco karena Jordan ia perintahkan untuk menyelesaikan semua pekerjaannya di kantor.      

Dua menit kemudian helikopter berwarna hitam dengan ukiran nama Willan di bodynya itu sudah mengudara dengan baik, Marco lalu mengarahkan helikopter ke salah satu Hotel milik keluarga Willan yang dibeli oleh Fernando beberapa tahun yang lalu untuk sang istri. Di hotel itu juga saat ini di ruangan khusus milik Abby pun sudah disiapkan karena Jordan sudah langsung menghubungi mereka untuk bersiap menyambut kedatangan sang tuan muda.      

Karena jarak hotel yang tidak terlalu jauh dalam waktu sepuluh menit akhirnya tiba di tempat tujuan, sama seperti sebelumnya Abby juga menggendong Natalie menuruni helikopter menuju ke kamar mereka yang berada di lantai paling atas di sebelah utara. Di Hotel itu terdapat tiga kamar khusus yang tak bisa disewakan kepada orang lain, kamar milik Fernando, kamar milik Aaric dan satu kamar milik Abby tentunya.      

Kamar-kamar yang berada di lantai paling atas itu memiliki pemandangan yang menakjubkan, sehingga siapapun yang diajak ke tempat itu pasti akan terpesona melihat pemandangannya. Namun tidak dengan Natalie, saat ini dalam kondisi lemah ia masih berusaha untuk melepaskan diri dari Abby meskipun usahanya sia-sia karena seluruh tenaganya sudah habis.      

"Xander aku mohon, tolong lepaskan aku,"ucap Natalie penuh harap pada Abby saat mereka sudah masuk ke dalam kamar hotel milik Abby yang luas.     

Abby tersenyum. "Tidak sekarang, kau harus menjadi milikku hari ini juga, Nate. Akan kutunjukkan sebrengsek apa Abraham Alexander Willan padamu."      

"Aku mohon, X…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.