You Are Mine, Viona : The Revenge

In your dream



In your dream

0Viona langsung melepaskan pelukan Fernando dan langsung membekap mulut suaminya dengan kuat menggunakan kedua tangannya secara bersamaan, "Jangan bicara seperti itu, kau bukan monster. Kau pria baik Fernando, kau pria baik. Suamiku pria yang baik."     

Dengan kedua mata yang basah Fernando menatap Viona, ia lalu melepaskan tangan Viona dari mulutnya.      

"Kau yang tahu aku seperti apa babe dan bukankah kau dulu juga takut padaku karena aku yang…"     

"Stop!!" Viona langsung meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibir Fernando. "Jangan bahas semua yang terjadi di masa lalu, bukankah kita sudah sepakat untuk tak mengingat-ingat hal itu lagi. Jadi please jangan bahas lagi apa yang kau lakukan dulu, Fernando yang aku kenal sekarang adalah Fernando yang luar biasa baik. Seorang pria penyayang, seorang pria berhati lembut, seorang pria yang cinta pada keluarganya."      

Fernando menggigit bibir bawahnya dengan kuat lalu kembali memeluk Viona dengan erat, tubuhnya bergetar menahan tangis yang akhirnya membuat Viona ikut terbawa suasana. Ia pun ikut meneteskan air mata, Viona tahu betapa besarnya perubahan yang terjadi pada Fernando. Karena itulah ia tak mau Fernando menyebut dirinya sebagai monster lagi. Fernando dan Viona berpelukan selama hampir lima belas menit, saling menguatkan satu sama lain. Para pelayan yang ingin masuk ke kamar itupun membatalkan niatnya, mereka memutuskan untuk tak mengganggu sang majikan dan memilih untuk melakukan pekerjaan yang lain.      

"Lepaskan aku babe, lututku sakit." Viona berbisik lirih pada Fernando yang masih memeluknya erat.      

"Akhh maaf, maafkan aku sayang." Fernando yang menyadari kesalahannya langsung melepaskan pelukannya dari tubuh Viona dan menarik Viona untuk bangun dari lantai.      

Viona menyunggingkan senyumnya mendengar perkataan Fernando, perlahan ia menyandarkan kepalanya di pundak Fernando sembari menatap ranjang dimana kedua anaknya masih tertidur pulas.      

"Anak-anak, aku masih merasa semua ini tak nyata. Aku tak menyangka kalau saat ini sudah memiliki dua anak tampan yang sangat pintar itu,"ucap Viona pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari Abby dan Aaric.      

"Aku pun kadang-kadang juga merasa ini seperti mimpi, mimpi indah yang membuatku takut untuk bangun. Aku takut kalau semua ini hanya sebuah bunga tidur, aku masih merasa kalau aku tak pantas mendapatkan semua ini. Kebahagiaan ini terlalu sempurna untukku yang brengsek ini...aww sakit babe." Fernando tak melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba Viona mencubit perutnya dengan kuat.      

"Kalau kau masih bisa merasakan sakit itu artinya kau tak sedang bermimpi, jadi kau tak perlu takut,"jawab Viona ketus.      

Fernando tertawa lebar sehingga deretan gigi putihnya terlihat jelas, ia tahu apa maksud sebenarnya Viona mencubit perutnya. Tanpa merasa bersalah Fernando kembali memeluk Viona dengan erat.      

"Terima kasih Viona, terima kasih sudah hadir dalam hidupku. Terima kasih sudah memberikan semua kehidupan yang luar biasa ini, cintamu, kesabaranmu dan semua yang kau berikan padaku benar-benar membuatku sadar dan percaya bahwa cinta yang tulus itu benar-benar ada."     

Viona membuka matanya yang terpejam secara perlahan dan tersenyum mendengar perkataan Fernando. "Kalau kau tahu aku seperti itu maka jangan jahat lagi padaku."     

"Jahat?" Fernando langsung melepaskan pelukannya dan menatap Viona dengan bingung.     

"Iya kau dulu jahat sekali padaku, apa kau tak ingat itu? Bisa-bisanya membawa wanita lain disaat aku sedang hamil!!"jawab Viona dingin.     

Fernando langsung menelan ludahnya dengan susah payah. "Bu-bukankah tadi kau yang mengatakan untuk tak mengingat apa yang sudah berlalu? Ta-tapi kenapa kau bahas itu lagu sayang?"     

"Cih... dasar bermulut manis, hoamm aku mengantuk. Ayo tidur,"ucap Viona pelan sembari menutup mulutnya dengan tangan.      

"Tidur? Tapi ini sudah telat untuk kita tidur siang babe,"     

Viona mengabaikan perkataan suaminya, ia terus melangkahkan kakinya menuju ranjang tempat dimana kedua anaknya berada. Setelah menata posisi tidur Abby dan Aaric dengan baik, ia kemudian merebahkan tubuhnya di samping Abby dan melingkarkan tangannya ke arah tubuh Abby dengan lembut. "Aku mau tidur bersama anak-anak, kalau kau tak mau ikut ya sudah keluarlah. Jangan ganggu kami."     

"Ganggu? Siapa yang mengganggu?"tanya Fernando dengan suara meninggi, ia tak suka disebut sebagai pengganggu oleh Viona.      

"Ssttt anak-anak sedang tidur, awas saja kalau mereka bangun ya. Kau yang tanggung jawab!!"     

Fernando pun langsung menutup rapat mulutnya saat menyadari kesalahannya karena bicara terlalu keras, perlahan ia berjalan mendekati ranjang dan ikut bergabung bersama Viona. Berbaring di sebelah Aaric menghadap kiri dimana Viona tengah berbaring disamping Abby menjaganya dari sisi kanan, saat ini Fernando dan Viona tidur saling berhadapan dengan anak-anak di tengah mereka. Fernando yang awalnya tak menyetujui ajakan untuk tidur siang nyatanya justru tidur lebih cepat dari Viona sendiri yang masih meraba-raba wajah Abby, mendengar dengkur halus dari sang suami tak lama kemudian Viona pun ikut terlelap menyusul Fernando ke alam buaian yang sudah terlebih dahulu pergi menyambangi kedua anaknya yang sudah terlelap sejak tadi. Wajah Fernando dan Viona terlihat damai saat tidur, begitu juga dengan Abby dan Aaric. Kedua anak bayi tampan itu seolah tahu sedang tidur diapit kedua orangtuanya yang sangat menyayangi mereka, jauh sebelum mereka hadir.      

Sementara di tempat lain para profesor yang baru saja kembali dari rumah Fernando sedang berkumpul di apartemen Andrew, mereka mengadakan rapat lanjutan mengenai jadwal yang sudah disepakati bersama sebelumnya saat dirumah Fernando. Namun tiba-tiba profesor Frank protes, ia merasa tak adil jika profesor William dan profesor Dexter kembali berkunjung ke rumah Fernando hari senin besok karena mereka baru saja datang ke rumah Fernando.      

"Kau jangan merubah jadwal yang sudah disetujui oleh si brengsek itu Frank, jangan sampai kita bertengkar dan justru membuat si brengsek itu melarang kita datang melihat Abby dan Aaric,"ucap profesor Dexter kesal.     

"Iya Frank, kau tahu kan betapa menyebalkannya Fernando!! Jangan sampai kita membuatnya marah, aku tak mau kalau hanya karena ini kita tak bisa bertemu dengan anak-anak ya,"imbuh profesor William dengan cepat menambahkan perkataan profesor Dexter.     

"Fuck, kalian bisa bicara seperti itu karena kalian baru saja datang dari rumahnya. Kalian sudah puas menghabiskan waktu bersama kedua keponakan tampanku itu, jadi enak saja kalian bicara seperti itu. Coba saja kalau aku yang ada di posisi kalian, kalian pasti juga akan melakukan hal yang sama sepertiku ini,"sahut profesor Frank jengkel tak mau kalah, ia merasa kalau kedua sahabat kakaknya itu sangat egois.      

Andrew yang sudah hampir dua puluh menit mendengar kalimat yang sama pun sudah habis kesabaran, ia lalu menggebrak meja yang ada di hadapannya sehingga membuat semua orang yang ada di ruang tamunya itu kaget. Termasuk para istri mereka yang sedang menikmati ice cream di ruang keluarga.      

"Kalian ini seperti anak kecil saja, kalau kalian terus bertengkar lebih baik aku saja yang mendapatkan giliran pertama untuk datang menjenguk Abby dan Aaric jadi kalian tak perlu... "     

"In your dream!!!!" pekik profesor Frank, profesor William dan profesor Dexter bersamaan.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.