You Are Mine, Viona : The Revenge

Berubah



Berubah

0Pemberian vaksin untuk Abby dan Aaric tak kunjung berhasil karena Fernando berkali-kali melarang profesor Erick menusukkan jarum ke lengan kedua anaknya, ia tak tega melihat tangan-tangan kecil si kembar ditusuk jarum.      

"Apa tak ada cara lain Prof?"     

"Jarum sepanjang itu masuk ke tubuh anakku?"     

"Apa tak ada jalan lain selain dengan suntikan Prof?"     

"Bagaimana dengan efek sampingnya?"     

Fernando terus memberikan berbagai pertanyaan pada profesor Erick yang sedang memegang jarum suntik, sebenarnya Viona sudah menjawab semua pertanyaan Fernando namun suaminya itu tetap saja mengajukan pertanyaan yang sama pada profesor Erick. Bahkan profesor William dan profesor Dexter pun juga sudah menjawab pertanyaan Fernando, akan tetapi Fernando tak merespon perkataan mereka. Ia masih terus bertanya pada profesor Erick, orang yang akan menyuntikkan vaksin pada kedua anaknya. Profesor Erick yang sudah yakin kalau akan mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Fernando hanya tersenyum.      

Setelah Fernando terlihat lebih tenang profesor Erick pun mulai berbicara, ia menjawab semua pertanyaan dari Fernando satu persatu dan menjelaskan semuanya dengan detail. Meskipun harus mengulang-ulang akan tetapi sang profesor sabar sekali menjawab semua pertanyaan Fernando.      

"Penyuntikan vaksin ini adalah sebagai lanjutan dari penyuntikan beberapa minggu yang lalu, karena pemberian vaksin sifatnya berkesinambungan yang harus segera dituntaskan. Karena jika ada saja penyuntikan vaksin yang tertinggal maka itu bisa menjadi bumerang bagi anak itu sendiri, anda tak mau kan kalau terjadi hal-hal yang tak diinginkan menimpa si kembar?"     

"Tentu saja tidak!!!"jawab Fernando dengan cepat.     

"Kalau begitu kita harus menyelesaikannya hari ini sesuai jadwal, tenanglah semuanya akan baik-baik saja. Tak ada efek samping apapun pada anak-anak anda Tuan,"imbuh profesor Erick kembali.      

Fernando menatap Abby dan Aaric dengan tatapan sayu, ia merasa sangat tak tega melihat tangan-tangan kecil kedua anaknya tertembus jarum. Masih jelas dalam ingatan saat kedua bayi tampannya itu berada dalam NICU, berbagai alat penunjang kesehatan terpasang di tubuh-tubuh kecil mereka. Karena itulah Fernando tak mau jika kedua anaknya harus mengalami hal seperti itu lagi, setelah berpikir cukup lama Fernando akhirnya pun membiarkan profesor Erick melakukan tugasnya untuk memberikan vaksin pada kedua anaknya.      

Saat profesor Erick mulai menginjeksikan vaksin pada lengan Abby sang anak pertama Fernando diam tanpa suara, ia hanya berdiri di samping ranjang melihat Viona memangku Abby namun begitu Aaric mulai menangis saat disuntik oleh profesor Erick secara tiba-tiba Fernando meneteskan air mata. Ia bahkan menggigit bibir bawahnya menahan tangis supaya tak pecah, melihat anaknya menangis hati Fernando terasa sangat sakit. Begitu profesor Erick melepas jarum dari tangan Aaric tanpa menunggu lama Fernando meraih tubuh Aaric dari pelukan Viona.      

"It's ok it's ok… Daddy here, it's ok Aaric."      

Fernando menimang-nimang Aaric penuh kasih dengan membisikkan kalimat-kalimat penuh kasih untuk menenangkan putra keduanya itu, air matanya ikut menetes saat melihat Aaric menangis. Namun ia tak berhenti untuk memenangkan putranya.      

"Cubit aku,"pinta profesor Dexter pelan pada profesor William.     

Tanpa diperintahkan dua kali Profesor William kemudian mencubit lengan profesor Dexter dengan kuat, sehingga membuat profesor Dexter berteriak dengan keras.      

"Fuck, sakit Will!!!"sengit profesor Dexter kesakitan.     

"Lho, bukankah ini permintaanmu?"tanya profesor William tanpa rasa bersalah.      

"Memang permintaanku, tapi kau mencubitku dengan sangat kuat brengsek. Apa kau punya dendam pribadi padaku?"tanya balik profesor Dexter ketus.     

"Hahaha...maaf, salahku. Aku terlalu bersemangat, oh ya ada apa kau memintaku mencubitmu?"     

Profesor Dexter langsung menutup mulutnya, ia langsung teringat akan Fernando. Tanpa bicara profesor Dexter lalu menunjuk ke arah Fernando. "Dia, pria tanpa hati yang arogan itu ternyata sudah berubah. Dia menjadi seorang pria yang lembut sekarang, kalau aku tak melihatnya secara langsung mungkin aku tak akan percaya kalau ada yang mengatakan padaku bahwa seorang Fernando Grey Willan akan menangis karena melihat anaknya diberikan vaksin."     

Mendengar perkataan profesor Dexter membuat semua orang di tempat itu tercengang dan kaget, mereka benar-benar tak menyadari kalau ternyata Fernando menangis karena anaknya diberikan vaksin.      

"Su-suamiku menangis?"tanya Viona kaget.      

"Iya, lihatlah sendiri. Meskipun sekarang mungkin ia sudah menyeka air matanya namun mata sembabnya masih terlihat jelas,"jawab profesor Dexter penuh keyakinan, profesor Dexter adalah satu-satunya orang yang melihat secara langsung Fernando menyeka air matanya saat profesor Erick menginjeksikan vaksin pada tubuh Aaric.     

Viona pun langsung melihat ke arah suaminya dengan lebih teliti, meskipun Fernando saat ini sedang membelakangi mereka namun dari arah samping memang terlihat sangat jelas kalau mata Fernando sembab dan merah.      

"Apa kataku dok, suamimu sudah berubah. Kehadiran anak-anak telah membuat suami anda menjadi seorang pria yang lebih lembut,"bisik profesor Erick pelan tepat dibelakang Viona.     

"Iya Prof, aku benar-benar tak menyangka kalau suamiku akan seperti itu,"jawab Viona pelan.      

Profesor Erick tersenyum tipis mendengar perkataan Viona, ia kemudian menepuk pundak Viona perlahan dan kemudian memberikan kode pada asistennya untuk merapikan barang-barang ke dalam tas. Sebenarnya profesor Erick adalah orang yang memberikan ide pada Viona untuk melakukan pemberian vaksin pada kedua anaknya dirumah, selain karena memang ia tak mau mengambil resiko. Profesor Erick juga ingin menunjukkan pada Viona bahwa suaminya itu sudah berubah, meskipun Viona sedikit menyadari perubahan sikap Fernando namun ia tak menyangka Fernando akan seperti itu pada kedua anaknya.      

Karena tugasnya sudah selesai profesor Erick dan asistennya pun kemudian pergi meninggalkan kediaman Fernando, ia harus berada di klinik lagi secepatnya karena hari ini memiliki banyak jadwal yang tak mungkin dibatalkan. Viona dan yang lain lalu mengantar profesor Erick pulang meninggalkan Fernando yang masih memeluk Aaric, setelah profesor Erick pergi mereka pun masuk kembali kedalam kamar si kembar dan terkejut saat melihat Fernando duduk di sofa sambil terus menciumi tangan Aaric yang sudah mulai tenang.      

Melihat Fernando seperti itu profesor William mengajak Aurelie dan Anastasia pergi meninggalkan Viona, ia ingin memberikan waktu pada Viona berdua dengan Fernando.      

Profesor Dexter yang baru menerima telpon terlihat bingung. "Mau kemana? Bukankah Fernando dan dokter Viona masih dikamar?"     

"Jangan ganggu orang tua baru itu, biarkan mereka menikmati waktunya seperti ini. Lebih baik kita tunggu mereka dibawah,"jawab Anastasia lembut.     

"Memangnya ada apa?"tanyanya kembali.      

Profesor William tersenyum, ia kemudian melingkar tangannya ke pundak profesor Dexter. "Jangan mencari masalah pada singa jantan yang sedang jinak, lebih baik kita tinggalkan ia sekarang atau kau akan menyesal,"ujarnya pelan menjawab pertanyaan profesor Dexter penuh teka teki.      

"Singa jantan yang jinak? Dimana?"     

Anastasia langsung mencubit pinggang suaminya dengan gemas. "Lebih baik kau diam dan ikut pergi sebelum aku marah!!!"     

"Aww… sakit sayang, apa salahku? Kenapa kau marah?"     

Bersambung     

Note :      

Jangan lupa dengan giveaway yang Thor adakan ya kakak-kakak, vote terus I'LL Teach You Marianne. Versi bahasa Inggris.      

Hadiah pulsa / ovo/ gopay  senilai 100.000 akan ada untuk tiga orang pemenang tiap Minggu saat PS I'LL Teach You Marianne. mencapai 1000, belum juga akan ada tambahan hadiah berupa buku volume pertama dari The alchemist milik kak Vina atau yang lebih terkenal dengan nama pena Missrealitybites.     

So jangan sampai ketinggalan event ini ya kakak-kakak     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.