You Are Mine, Viona : The Revenge

Malunya Fernando



Malunya Fernando

0Di meja makan tak terjadi percakapan apapun, aura kemarahan Viona membuat semua orang yang ada di ruangan itu tak ada yang berani membuka suara untuk bicara. Mereka hanya fokus pada maknanannya saja, bahkan Jenny dan Amina yang sejak tadi bersemangat sekali ingin bertanya saol kehamilan sang kakak kini ikut terdiam. Melihat Viona yang diam langsung membuat mereka berdua sadar kalau sang kakak saat ini sedang marah besar, karena itu mereka memilih diam.     

Teddy yang baru saja menerima telepon dari profesor Erick melangkahkan kakinya mendekati sang nyonya. "Profesor Erick mengatakan akan sedikit terlambat nyonya,"ucapnya pelan melaporkan apa yang baru saja ia ketahui.     

"Kenapa?"tanya Viona singkat.     

"Beliau harus mengantar anaknya ke bandara terlebih dahulu Nyonya, saat ini beliau sudah ada dalam perjalan pulang dan sedang menuju kemari." Teddy menjawab dengan sopan pertanyaan sang nyonya.     

Viona yang akan memasukkan potongan timun kedalam mulutnya langsung meletakkan garpunya dan langsung menoleh ke arah Teddy. "Apa Profesor Erick mengantar anaknya yang menjadi pilot itu pulang?"     

"Anda tahu kalau anak profesor Erick seorang pilot Nyonya?"tanya Teddy kaget.     

"Tentu saja tahu, wah sayang sekali pilot itu sudah kembali bertugas. Hhmmpp padahal aku ingin bertemu dengannya,"jawab Viona dengan cepat penuh semangat.     

Mendengar sang nyonya bicara membahas orang lain membuat Justin dan Harry yang sedang duduk dihadapan Fernando saling menggerakkan kaki dibawah meja, pasalnya saat ini Fernando juga langsung berhanti mengunyah. Ia bahkan juga meletakan pisau dan garpunya di piring, padahal makanannya masih sangat banyak. Fernando justru meraih gelas yang berisi air putih dan menenggaknya sampai habis dengan terus menatap Viona yang sedang membicarakan anak profesor Erick yang seorang pilot bersama Teddy.     

"Akan ada perang dunia lagi ini,"bisik Harry lirih pada Justin.     

"Diam, jangan banyak bicara. Lebih baik kita pura-pura tidak tahu,"jawab Justin dengan cepat.     

"Bagaimana mau pura-pura tidak tahu, kita sedang ada diantara dua kubu ini Justin,"sahut Harry kembali.     

Mendengar perkataan Harry membuat Justin menoleh ke arah rekan kerjanya itu dan memberikan kode padanya untuk diam, namun Harry tak memperdulikannya. Ia terus saja gelisah mencuri pandang ke arah sang tuan dan sang nyonya yang sejak tadi tak terlibat pembicaraan itu, sementara Jenny dan Amina yang sejak tadi diam mulai merasa tak nyaman saat mendengar dua pemuda yang ada disampingnya saling berbisik.     

"Ok Teddy, aku kenyang. Aku akan menunggu Profesor Erick di taman saja, kalian berdua temani aku ya,"ucap Viona pelan sambil menoleh ke arah Jenny dan Amina.     

"Kalian berdua? Si-siapa maksud kakak?"tanya Amina tergagap.     

"Tentu saja kau dan Jenny, kenapa harus tanya Amina. Ayolah bawa aku ketaman, aku butuh sinar matahari pagi untuk menghilangkan aura hitam yang melingkupiku,"jawab Viona pelan menyindir Fernando sambil menyeka bibirnya menggunakan sapu tangan yang ada dipahanya.     

Tanpa diperintah dua kali Jenny dan Amina pun langsung meletakkan garpu dan pisaunya disamping piring dan langsung mendekati sang kakak yang sedang tersenyum, dengan hati-hati Jenny pun menarik kursi roda Viona dan mendorongnya menuju ke taman bersama Amina yang berjalan didepan kursi roda. Amina memastikan tak ada batu ataupun benda lainnya yang menghalau jalan kursi roda, tak lama mereka bertiga pun sampai di taman disusul Teddy yang membawakan air minum untuk Viona karena biasanya ketika Viona berjemur ia cepat sekali haus, karena itulah teddy dengan sigap membawakan air minum untuk sang nyonya.     

Fernando yang masih berada di meja makan belum bereaksi apa-apa, ia masih diam sambil memainkan gelas yang berisi air putih ditangannya.     

"Tuan, anda baik-baik saja?"tanya Justin pelan memberanikan diri bicara pada Fernando.     

"Kenapa aku tak tahu kalau salah satu anak Profesor Erick adalah seorang pilot, apa kalian berdua tahu kalau salah satu anak Profesor Erick seorang piot?"tanya balik Fernando tanpa mengalihkan pandangannya dari gelas yang sedang ia pegang.     

"Tidak Tuan, kami tidak tahu kalau anak Profesor Erick ada yang menjadi pilot."Justin dan Teddy menjawab kompak pertanyaan dari Fernando.     

Mendengar jawaban dari kedua asistennya membuat Fernando tersenyum tipis, ia kemudian meletakkan gelasnya diatas meja dan menatap tajam ke arah Justin dan Harry yang duduk dihadapannya. "Cari tahu tentang silsilah keluraga Profesor Erick, termasuk tentang anaknya yang menjadi pilot itu. Waktu kalian hanya lima belas menit, dimulai dari sekarang."     

Deg.     

Justin dan Harry langsung bangun dari kursi dan berlari menuju ruang kerja untuk melaksakan perintah dari Fernando, Teddy yang baru kembali dari taman nampak heran saat melihat dua asisten sang tuan berlari-lari menuju ke ruang kerja. Padahal ia tahu mereka belum selesai makan.     

"Apa ada yang bisa saya bantu Tuan?"tanya Teddy sopan pada Fernando yang hanya diam menatap piringnya yang penuh makanan.     

"Tidak, aku tak mau dekat denganmu lagi Teddy. Kau lebih memilih istriku dari pada aku,"jawab Fernando ketus sambil menatap ke arah Teddy dengan tatapan penuh kecewa.     

"Lebih memilih Nyonya? Apa maksudnya Tuan? Saya tak mengerti,"tanya Teddy kembali dengan bingung.     

 "Tadi kau jelas-jelas lebih memihak istriku, saat Pofesor Erick menelpon dan mengabari kalau telat datang kenapa kau langsung memberitahukannya pada istriku? Kenapa kau tak melaporkan padaku terlebih dahulu,"jawab Fernando ketus memberikan pertanyaan pada Teddy.     

Teddy yang kaget membuka mulutnya lebar, ia tak percaya tuannya akan marah padanya dan menganggapnya lebih memihak pada sang nyonya hanya karena hal sepele seperti itu. Padahal sejak ia datang ke rumah ini tuannya ini tak pernah mempermasalahkan hal itu.     

"Tapi Tuan itu..."     

"Mana alas yoganya Teddy?" Jenny berteriak keras dari taman.     

"Iya, tunggu,"jawab Teddy dengan cepat, ia pun beejalan dengan cepat menuju ke ruangan tempat penyimpanan alat-alat perlengkapan olahraga Viona meninggalkan Fernando yang masih belum selesai bicara dengannya.     

Melihat Teddy pergi Fernando menghela nafas panjang, ia lalu bangun dan berdiri mendekati kaca melihat ke arah taman dimana saat ini sang istri tengah duduk bersila dibantu Jenny dan Amina. Saat Fernando sedang menatap sang istri tiba-tiba dari arah depan terdengar keributan, rupanya profesor Erick dan asistennya baru datang.     

"Maaf saya terlambat Tuan,"ucap profesor Erick sopan pada Fernando.     

"It's ok, pergilah istriku menunggumu Prof,"jawab Fernando datar.     

Profesor Erick menganggukkan kepalanya perlahan, ia kemudian berjalan dengan cepat menuju taman diikuti asistennya meninggalkan Fernando tanpa mengetahui kalau saat ini mood Fernando sedang tak bersahabat. Karena Justin dan Harry tak kunjung keluar dan memberikan laporan padanya, Fernando akhirnya berjalan keluar menuju taman bergabung dengan sang istri yang sudah mulai melakukan yoga khusus untuk ibu hamil.     

"Bisa kita bicara sebentar Prof,"pinta Fernando pelan pada profesor Erick yang sedang memperagakan salah satu gerakan yoga dihadapan Viona.     

"Siap Tuan,"jawab profesor Erick sopan.     

"Jangan Prof, jangan pergi. Bicaralah disini,"sahut Viona dengan cepat.     

Profesor Erick yang sudah bangun terlihat bingung, ia dilema ingin mendengarkan permintaan Fernando atau Viona. Mendengar teriakan sang istri membuat Fernando terdiam beberapa saat.     

"Saya ingin bertanya soal anak anda yang..."     

"Tuan, ternyata anak profesor Erick yang seorang pilot adalah seorang wanita. Dan ia bertugas sebagai pilot pesawat tempur angkatan udara Amerika." Suara lantang dari Harry membuat Fernando menghentikan perkataannya dan membuat semua orang yang ada ditaman langsing menoleh kearah Harry termasuk Fernando sendiri yang terlihat sangat terkejut sekaligus malu.     

"Anda ingin bertanya soal anak saya yang seorang pilot tuan?"tanya profesor Erick terkejut.     

"Akh iya, saya ingin bertanya soal pengalamannya menjadi seorang pilot Prof,"jawab Fernando asal bicara sambil tersenyum lebar, sehingga deretan gigi putihnya terlihat jelas.     

Viona yang sejak tadi diam lalu terkekeh, ia bisa membaca apa yang sebenarnya terjadi dan berniat menggoda suaminya yang pencemburu itu, "Jangan bilang kau mengira anak profesor Erick yang pilot itu adalah seorang laki-laki Fernando,"ucap Viona pelan menahan tawa.     

"A-aku, aku tidak begitu. Maksudnya aku..."     

Profesor Erick yang sudah sangat mengenal Fernando tersenyum tipis, ia kemudian mendekati Fernando dan merangkulnya perlahan. "Tenang Tuan, istri anda tak mungkin tergoda oleh laki-laki lain. Jadi anda tak usah khawatir,"bisik profesor Erick pelan.     

Fernando menggigit bibir bawahnya dengan kuat, wajahnya bersemu merah menahan rasa malu, saat kecemburuannya yang tak beralasan terbongkar. Secara tak sengaja ia melihat ke arah Harry dan Justin yang sedang menatapnya sambil terkekeh, seketika amarah Fernando pun datang.     

"Permisi Prof, sepertinya aku harus memberikan sedikit pelajaran olahraga pada dua anak itu. Mereka sudah terlalu lama bersantai,"ucap Fernando penuh emosi sambil menatap tajam ke arah dua asistennya yang terlihat memundurkan langkahnya perlahan itu, sepertinya mereka berdua tahu kalau Fernando marah pada mereka.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.