You Are Mine, Viona : The Revenge

Viona in action



Viona in action

0Dengan perlahan Viona berjalan menuju kamar mandi, ia berjalan dengan sangat hati-hati sekali. Seolah-olah lantai kamarnya terbuat dari kayu yang akan menimbulkan suara jika diinjak, sesampainya di depan kamar mandi pun Viona membuka pintu kamar mandi dengan tak kalah hati-hati. Ia baru bisa bernafas lega ketika sudah ada di dalam kamar mandi.     

"Kenapa jantungku berdetak sangat cepat sekali," ucap Viona lirih, tangannya yang sedang memeluk kotak yang ia bawa dari bawah meja pun nampak gemetaran.     

Setelah berhasil menguasai dirinya Viona kemudian berjalan pelan menuju kaca besar yang ada di depan wastafel, dengan hati-hati ia meletakkan kotak yang ada di pelukannya. Tak lama kemudian Viona membuka kotak itu dan mengeluarkan lingerie yang ada di dalamnya, baru kali ini ia merasakan getaran yang sangat aneh di dalam dirinya saat menatap lingerie yang kini sudah ia pegang. Setelah berdiri cukup lama di depan kaca besar yang ada di dalam kamar mandi itu Viona akhirnya memutuskan untuk melepaskan semua pakaiannya dan berjalan pelan menuju shower, ia ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum memakai pakaian tidur super seksi itu.      

Air hangat yang mengalir dari shower membuat Viona merasa nyaman, ia membersihkan setiap inci tubuhnya bahkan ia terlihat menyentuh area pangkal pahanya untuk memastikan tak ada lagi kesakitan di area itu. Senyuman pun tersungging saat ia sudah tak merasakan sakit sama sekali ketika ia memegang otot sekitar kemaluannya, Viona terlihat membasuh area kemaluannya menggunakan sabun khusus yang yang ia bawa dari Kanada. Aroma bunga dari sabun khusus itu membuatnya tersenyum, Viona memilih sabun itu karena merasa kandungan PH yang terdapat dalam sabun itulah yang paling cocok untuk vagina seorang wanita.      

Lima belas menit kemudian Viona pun menyudahi acara mandi paginya, ia lalu meraih handuk untuk digunakan melilit tubuhnya yang basah. Karena rambutnya juga basah Viona akhirnya meraih hair dryer dan mengeringkannya, ia tak mau rambutnya nanti akan membasahi tempat tidur. Saat sedang mengeringkan rambutnya tiba-tiba Viona mematikan hair dryer yang sedang ia pegang, ia lalu menatap kaca yang ada di depannya dan menatap bayangan dirinya yang terlihat jelas.     

"Kenapa kau berbuat sejauh ini Anji,"      

"Apa kau perlu melakukan ini?"      

"Kau wanita Anji, kau tak pantas berbuat seperti ini,"      

"Seorang wanita baik-baik tak akan mengambil inisiatif terlebih dahulu Anji,"      

"Kau harus malu Anji,"     

"Hentikan semuanya sebelum kau terlambat,"     

"No Anji, kau sudah melangkah sejauh ini lakukan niat baikmu ini,"      

"Kau tak perlu malu, Fernando suamimu. Dia berhak menerima perlakuan terbaik darimu sebagai istri,"     

Suara-suara dalam hati Viona saling bersahutan melarang dirinya untuk melanjutkan niatnya, di hatinya saat ini bergelut berbagai macam pertanyaan. Ia benar-benar ragu untuk melangkah lebih jauh lagi sekarang. Dari satu sisi dirinya yang lain ia ingin membuat Fernando senang, namun dari sisi lain ada perasaan malu yang tak terdeskripsikan dan melarangnya untuk melakukan semua ini. Viona juga tak mengerti dan tak paham entah ada setan dari mana ia sangat bersemangat sekali ingin menyenangkan Fernando kali ini sebagai hadiah darinya karena sudah membawa dirinya pergi ke Paris, Viona benar-benar dilema saat ini.      

Bunyi jam tangan Fernando yang tertinggal di kamar mandi menyadarkan Viona kalau sekarang sudah pukul lima pagi, jam tangan Fernando memang selalu berbunyi tiap satu jam sekali. Karena sudah hampir pagi Viona akhirnya memutuskan untuk meneruskan apa yang sudah ia mulai, karena rambutnya sudah kering ia lalu meraih handuk yang melilit di tubuhnya dan meletakkannya laundry bag. Tak lama kemudian ia meraih lingerie super seksi yang ada di atas kotak, karena tak pernah memakai lingerie seseksi ini Viona nampak kesulitan. Saat memakai bagian stoking ia merasa kewalahan karena tali pada panties yang ia pakai tertarik dan menekan belahan Vaginanya saat ia membungkuk dan membuat darahnya berdesir, rasanya sama seperti saat Fernando menstimulasi vaginanya saat akan bercinta.     

"Akhh kenapa seperti ini," ucap Viona lirih sambil berusaha melonggarkan tali pada panties yang ia pakai supaya tak menekan Vaginanya lagi, Viona tak mau horny karena terkena panties.      

Setelah berkutat dengan lingerie super seksi itu selama lima belas menit Viona akhirnya bisa memakainya dengan sempurna, ia terlihat menatap tubuhnya di depan kaca besar yang ada di hadapannya. Kedua putingnya terlihat jelas walau ia memakai bra, pasalnya bra di lingerie itu hanya terbuat dari kain tille yang tembus pandang. Untung saja rambut disekitar Vaginanya tak terlalu banyak dan memang tanpa dicukur pun Viona tak memiliki banyak rambut di area sensitifnya itu, mungkin ini juga salah satu alasan kenapa Fernando senang sekali melakukan licking. Menjilati vagina nya dari kering sampai basah.     

"Ok Anji, ini saatnya," ucap Viona dalam hati mencoba untuk memberikan semangat pada diri sendiri sambil berjalan pelan menuju pintu kamar mandi.     

Saat Viona keluar dari kamar mandi ia tertegun karena suasana kamar masih gelap, itu tandanya Fernando belum bangun. Senyumnya semakin tersinggung saat melihat ranjang dimana suaminya itu masih tertidur pulas sambil terlentang, piyama tidurnya terangkat sehingga otot perutnya pun terlihat dengan sangat jelas. Jantung Viona semakin berdetak kencang saat melangkahkan kaki menuju ke ranjang, rasanya ia seperti akan diberi hukuman mati saat ini.      

"Come on Anji, you can do it...you can do it. He's your husband.." ucap Viona tanpa suara.     

Viona kemudian naik ke atas ranjang dengan hati-hati, saat sudah sampai di samping tubuh sang suami Viona kemudian melangkahkan kakinya ke atas tubuh suaminya itu dan duduk dengan perlahan diatas perut Fernando yang terbuka. Karena tubuh Viona yang langsing Fernando tak merasakan apa-apa pada awalnya, sampai akhirnya ia merasa tak nyaman ketika tak bisa bergerak. Perlahan namun pasti Fernando membuka kedua matanya dan langsung terbelalak lebar, ketika melihat sesosok wanita yang sangat dia kenal duduk di atas perutnya menggunakan lingerie yang memang sengaja ia beli dari sebuah produsen pakaian tidur seksi itu.      

"B-babeee...what what are you doing…."     

"Ssttttt…bukan kata-kata seperti ini yang ingin aku dengar," ucap Viona dengan cepat sambil menutup bibir Fernando menggunakan satu jarinya sembari merebahkan tubuhnya diatas tubuh Fernando, dalam posisi seperti itu Fernando bisa merasakan detak jantung Viona yang sangat cepat kali ini.     

"Ta-tapi dokter Raline bilang kalau kau tak...kalau kita tak bisa bercinta selama 5 hari pasca kejadian itu, tapi ini kau kenapa…"     

"Jangan lupa Fernando aku juga seorang dokter," sahut Viona lembut memotong perkataan Fernando.     

Fernando terdiam beberapa saat mendengar perkataan Viona, namun tak lama kemudian sebuah senyum tersungging di wajahnya saat otaknya sudah bisa bekerja dengan sempurna. Dengan perlahan Fernando menggerakkan kedua tangannya dan meraih pinggang Viona untuk dia dudukan kembali dalam posisi tegak di atas perutnya.      

"Kau tau, aku mencoba menahan diriku semalam suntuk dengan tidur. Namun kali ini aku tak akan menahannya lagi," ucap Fernando pelan sambil meremas kedua payudara indah Viona dengan keras.     

"Akhhhh…"     

Suara desahan Viona terdengar keras saat Fernando memilin dan menarik kedua puting payudaranya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.