You Are Mine, Viona : The Revenge

Kesedihan seorang dokter



Kesedihan seorang dokter

0Setelah Viona masuk kedalam rumah sakit ia langsung mendapatkan pasien gawat darurat, seorang pria yang menjadi korban tabrak lari mengalami patah tulang kering dan tulang betis yang cukup parah. Sebenarnya ia sudah dibawa ke rumah sakit lain namun rumah sakit sebelumnya menolak dengan alasan tak memadainya peralatan medis, namun sebenarnya bukan itu alasannya. Pasien itu sudah dalam keadaan kritis dan mereka tak mau mengambil resiko dengan menerima pasien seperti itu, alhasil ia dibawa ke rumah sakit Global Bross yang memang terkenal dengan kemampuan para dokter bedahnya yang mumpuni.     

Viona dan profesor William harus turun tangan berdua karena melihat kondisi pasien yang sudah sangat kritis, mereka berdua bekerja sama dimeja operasi dengan pisau bedah masing-masing. Saat operasi berjalan para dokter lainnya melihat dari ruangan khusus yang memang disediakan untuk melihat jalannya operasi, baik Viona ataupun profesor William terlihat sangat konsentrasi mengerjakan setiap bagiannya. Tak ada suara apapun yang terdengar dari meja operasi kecuali bunyi mesin EKG dan beberapa mesin lainnya, para suster yang mendampingi operasi itu pun terlihat sangat konsentrasi. Mereka terlihat sangat serius melihat kedua dokter hebat andalan rumah sakit Global Bross bekerja sama.     

"Giliranmu dok," ucap Profesor William pelan memberikan perintah para Viona untuk meneruskan bagiannya.     

"Ok,"jawab Viona pelan dari balik masker bedahnya.     

Profesor william kemudian mundur dan memberikan ruang pada Viona untuk melakukan pekerjaannya, dengan cekatan Viona memasang pen pada tulang kering yang patah. Ia harus sangat hati-hati memilih area yang tak retak supaya tak memperparah luka yang diderita pasien, setelah satu jam berkutat dengan area luka utama akhirnya pekerjaan Viona selesai. Ia kembali bertukar posisi karena Profesor William akan menutup luka itu dan menjahit kulitnya kakinya yang sebelumnya ia buka dengan lebar, meja operasi penuh dengan darah segar yang bercucuran dari sisa-sisa luka yang dibedah Profesor William. Para dokter muda yang ada di ruangan atas nampak tak bisa bernafas dengan baik selama hampir empat jam, mereka tak mengalihkan perhatian dari meja operasi dimana tangan-tangan hebat dokter Viona dan Profesor William sedang bekerja sama.     

Dokter Robert yang baru datang karena baru saja selesai melakukan operasi pun nampak tak mau ketinggalan, ia bergabung dengan para dokter muda lainnya melihat kedua dokter hebat rumah sakit Global Bross bekerja sama. Sebenarnya tugas ini harusnya dilakukan oleh profesor Frank namun profesor tampan itu tak kunjung kembali ke rumah sakit alhasil profesor William langsung mengambil posisinya mendampingi Viona.     

Tak lama kemudian operasi pada kaki pasien pun selesai, mereka berdua kini harus melakukan operasi lain dimana ini adalah tugas penuh untuk Viona namun profesor william memutuskan untuk membantu istri dari sahabat baiknya itu. Mereka mulai melakukan pembedahan pada bagian perut pasien karena diduga pasien mengalami benturan cukup keras sehingga membuat beberapa organ dalamnya bermasalah, dugaan awal Viona sang pasien mengalami hantaman sangat keras diperut yang mengenai lambung sehingga membuat lambung mengalami perdarahan karena mengalami luka sobek. Mereka berdua kembali melakukan operasi besar sekali lagi, sebenarnya langkah yang diambil kedua dokter bedah itu cukup beresiko dimana mereka memilih untuk mengoprasi tulang kaki terlebih dahulu ketimbang operasi lambung.     

Profesor William awalnya tak setuju dengan keputusan Viona yang memilih mengoprasi kaki terlebih dahulu, ia pada awalnya ingin langsung mengoperasi perut sang pasien namun Viona menegaskan berkali-kali mereka harus menolong kaki pasien terlebih dahulu mengingat luka di kaki pasien sudah terbuka cukup lama. Viona takut jika menunda lebih lama lagi mereka tak akan bisa menyelamatkan kaki kiri sang pasien, dan ternyata pilihan Viona tepat karena rupanya luka di lambungnya tidak terlalu parah. Ia memang mengalami benturan keras namun luka sobek dilambungnya masih bisa di tangani dengan baik setelah mereka selesai melakukan operasi yang menegangkan itu, jadilah empat jam di dalam ruang operasi itu menjadi dua jam terlama bagi Profesor Willliam dan Viona.     

"Ya Tuhan akhirnya selesai juga," ucap seorang suster yang mendampingi Viona dan Profesor William penuh syukur saat keluar dari ruang operasi.     

"Iya rasanya tadi didalam sangat lama sekali," imbuh suster lainnya dengan perlahan.     

"Ya sudah ayo cepat ambil minum, rasanya tenggorokanku sangat kering saat ini," celetuk seorang suster lainnya dengan keringat dingin membasahi keningnya, ia memang hanya melayani Viona dan profesor William di meja operasi namun rasanya seperti dia sendiri yang melakukan operasi itu.     

Akhirnya keempat suster itu pun berjalan pelan meninggalkan ruangan operasi menuju tempat istirahat para suster ketika selesai melakukan operasi, sementara itu Viona dan profesor William masih ada didalam ruang operasi. Mereka berdua terlihat sangat kelelahan, Viona terduduk di bawah dekat pintu keluar sambil menatap meja operasi dimana pasieannya berada. Sementara itu profesor William tak jauh berbeda dengan Viona, ia berdiri sambil menyandarkan kedua tangannya di dinding sambil menunduk. Ia masih tak percaya bisa melakukan operasi sebesar itu dengan lancar tanpa masalah dalam waktu yang sangat singkat.     

"Ayo dok kita keluar, biarkan dokter lainnya yang mengurus sisanya," ucap profesor William pelan mengajak Viona keluar dari ruang operasi.     

"Sebentar prof, biarkan aku bernafas dulu,"jawab Viona dengan cepat.     

"Kalau begitu aku duluan dok,"pamit profesor William lirih, sudah lama tak melakukan operasi sebesar itu benar-benar membuatnya kewalahan.     

Viona hanya menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan profesor William, sebenarnya tujuan Viona tak langsung keluar dari ruang operasi adalah ia ingin memastikan pasiennya berhasil ia tolong atau tidak. Sebuah kebiasaan lama yang Viona lakukan sejak ia gagal menolong satu-satunya pasien yang gagal ia selamatkan di meja operasi bertahun-tahun lalu saat ia masih bekerja di Inggris, sejak saat itu Viona tak mau langsung keluar dari ruangan operasi dengan cepat.     

Saat profesor William keluar dari ruang operasi ia dikagetkan dengan sosok yang sedang duduk di kursi roda, raut kelelahan langsung hilang dari wajahnya saat melihat sosok itu.     

"Kenapa kau disini?" tanya profesor William pelan.     

"Aku menunggumu," jawab sang gadis yang duduk di kursi roda yang ternyata Aurelie malu-malu.     

"Sejak kapan kau ada disini?" tanya profesor William kembali.     

"Baru satu jam, tadi aku menunggumu di ruangan pribadimu tapi kau tak kunjung datang. Jadi aku datang kemari saat tau dari seorang suster yang mengatakan kalau kau sedang melakukan operasi besar dengan dokter Angel," jawab Aurelie jujur.     

Mendengar perkataan Aurelie membuat rasa lelah profesor William langsung hilang seketika, dengan menahan malu profesor William mengajak Aurelie meninggalkan ruang operasi. Karena kursi roda Aurelie adalah kursi roda yang digerakkan dengan mesin alhasil ia tak membutuhkan bantuan orang lain untuk membawa kursi rodanya, maka dari itu profesor William hanya berjalan pelan disamping Aurelie menuju ke ruang pribadinya. Saat profesor William dan Aurelie menghilang di balik dinding Viona keluar dari ruang operasi, wajahnya terlihat menunjukkan kelelahan yang amat sangat.      

"Babe..." panggil Fernando keras sambil berlari menuju tempat Viona berdiri, ia yang baru selesai meeting dengan beberapa vendor acara pernikahan profesor Dexter tak tau kalau Viona baru selesai melakukan operasi besar kalau tak diberitau seorang suster.     

Viona hanya melambaikan tangannya pelan ke arah Fernando sambil mencoba tersenyum, Fernando langsung memeluk Viona begitu ia sampai dihadapan istrinya itu.     

"Are you ok?" tanya Fernando pelan.     

"Yes," jawab Viona singkat.     

"Operasinya?" tanya Fernando kembali.     

"Berhasil dan tanpa ada masalah, saat ini pasien masih dalam pengaruh bius. Kita hanya perlu menunggu ia lepas dari bius saja," jawab Viona lirih.     

"Kalau berhasil kenapa kau sedih..."     

"Sepertinya dia tak akan bisa hidup normal lagi Fernando," sahut Viona pelan dengan suara parau menahan tangis.     

Fernando terdiam mendengar perkataan sang istri, ia mencoba mencerna baik-baik ucapan istrinya itu supaya tak membuat istrinya makin sedih.     

"Dari mana kau tau sayang, kau baru saja menyelamatkan nyawanya lho. Jadi jangan bicara aneh-aneh," ucap Fernando lembut mencoba memberikan semangat pada Viona.     

"Aku dokter Fernando, aku yang lebih tau hikss...tadi saat aku mencoba memeriksa kembali saraf motorik tubuh bagian bawahnya tak ada satupun tubuh bagian bawahnya yang merespon. Aku gagal Fernando...hikss aku gagal..aku gagal menolongnya, aku hanya menambah penderitaannya saja hu hu hu...."     

Tangis Viona yang ia tahan sejak didalam ruang operasi akhirnya pecah dalam pelukan Fernando, Viona sangat kecewa pada dirinya sendiri karena merasa gagal dalam melakukan pekerjaannya sebagai dokter.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.