You Are Mine, Viona : The Revenge

Will you be my fiance



Will you be my fiance

0

Akhirnya hari yang tak diinginkan oleh Viona datang juga , kedua adiknya harus kembali ke Inggris setelah tinggal di Canada selama hampir sepuluh hari . Berat baginya untuk berpisah dengan dua adiknya itu akan tetapi sangat tak adil bagi Jenni dan Amina kalau harus menuruti kemauan Viona lebih lama tinggal bersamanya di Canada , toko muffin mereka tak bisa tutup lebih lama karena para pelanggan sudah mulai banyak yang menanyakan secara langsung ke media sosial milik Jenni dan Amina yang terpasang di spanduk yang ada di depan toko .

" kalau kami libur lagi , kami akan datang lagi kak " ucap Jenni dengan menahan tangis sambil memeluk Viona , sangat jarang melihat Jenni seperti saat ini .

" iya kak jangan menangis lagi ya , aku jadi berat ini pulang ke sana hiks hiks " tangis Amina sedih karena terbawa suasana .

" kalian baru sebentar disini aku belum siap sendiri lagi di apartemen hiks hiks ... " sahut Viona sambil menyeka air mata yang jatuh di wajahnya .

" kan ada kak Andrew yang menjaga kakak disini " ucap Jenni sambil menyikut lengan Andrew yang ikut mengantar Jenni dan Amina ke bandara .

Andrew tersenyum merespon tindakan Jenni sambil terus mencoba menenangkan Viona , tak lama kemudian pesawat yang akan dinaiki oleh Jenni dan Amina memberikan pengumuman terakhir untuk para penumpang agar segera naik .

Mendengar pengumuman itu membuat Viona , Jenni dan Amina berpelukan dengan erat sekali lagi sebelum akhirnya berpisah lagi  . Viona melambaikan tangannya ke arah dua adiknya itu yang tengah berjalan menuju pesawat , Viona merasakan ada kesakitan di dalam dirinya ketika melihat dua adiknya harus kembali ke London .

" ayo Vio pulang " ucap Andrew pelan pada Viona .

" sebentar Andrew " sahut Viona lirih.

" kau mau berapa lama lagi disini ? pesawat mereka sudah pergi dua puluh menit lalu Vio dan kau bukankah harus berangkat kerja ? " tanya Andrew sambil mengangkat wajah Viona pelan .

Viona menatap wajah Andrew dengan pandangan sendu , kedua matanya masih memerah karena menangis . Melihat kondisi Viona yang seperti itu membuat Andrew tak tega , ia merasa bersalah karena telah memanfaatkan Viona . Dengan cepat Andrew menarik Viona jatuh ke dalam pelukannya dan  membelai rambut panjang Viona dengan tangannya untuk memberikan Viona semangat .

" ayolah berangkat kerja , kau bisa telat ini sudah hampir jam enam pagi Vio " bisik Andrew pelan .

" sebentar lagi , biarkan aku memelukmu sebentar lagi Andrew " jawab Viona cepat , ia merasa nyaman ada dipelukan Andrew .

Deg

Deg

Deg

Jantung Andrew berdetak lebih cepat ketika mendengar perkataan Viona , ia merasakan perasaan yang sama lagi seperti tujuh tahun lalu ketika bertemu Viona pertama kali di kereta bawah tanah .

" kenapa aku jadi begini " ucap Andrew dalam hati , ia benar-benar merasa kesulitan bernapas ketika mendengar perkataan Viona sebelumnya .

" kau kenapa Andrew ? " tanya Viona pelan sambil melepaskan pelukan pada Andrew .

" aku tak apa-apa " jawab Andrew cepat sambil berdiri dari kursi menghindari bertatap wajah dengan Viona terlalu lama .

Viona kemudian merapikan isi tasnya yang sempat berantakan ketika ia menangis untuk mencari tissue , ia kemudian berjalan ke pintu keluar menyusul Andrew yang sudah jalan terlebih dahulu . Mereka kemudian masuk ke dalam mobil Andrew untuk menuju ke rumah sakit Global Bross karena Viona ada jadwal operasi bersama profesor Frank .

" nanti sore aku jemput ya " ucap Andrew saat menurunkan Viona di tempat biasa kalau ia mengantar Viona.

" kau tak sibuk ? " tanya Viona sambil melepas masker yang ia pakai di bawah mata untuk menghilangkan bengkak di wajahnya yang baru menangis itu .

" tenang hari ini aku free semua pekerjaanku sudah ku selesaikan kemarin " jawab Andrew cepat .

" aku ingin pergi nonton bersama mu , bukankah kau belum menonton Charlie's Angel " imbuh Andrew sambil mengeluarkan dua buah tiket bioskop yang sudah ia beli sebelumnya .

" waaahhhh ok ok aku mau ,ya sudah kau jemput aku dan jangan telat ya " sahut Viona dengan sumringah karena ia memang sangat ingin menonton film terbaru itu .

Andrew mengangguk cepat lalu memberikan tiket bioskop pada Viona , ia kemudian memacu mobilnya untuk pergi ke kantor polisi untuk bekerja . Melihat mobil Andrew menghilang membuat Viona akhirnya berjalan pelan menuju rumah sakit , rasa sedihnya sedikit berkurang tiap berbicara dengan Andrew .

" terima kasih Andrew kau selalu ada di saat aku membutuhkan tempat bersandar " ucap Viona lirih sambil menyimpan tiket film yang sudah dibeli oleh Andrew.

" pagi dok !! " teriak suster Tina yang datang sambil berlari ke arah Viona .

" pagi " jawab Viona sambil tersenyum .

" dokter baru menangis ? " tanya suster Tina cepat saat menyadari kedua mata Viona yang masih sembab .

" oh mataku ini tadi pagi ketika mandi air shower terlalu panas sampai membuat mataku seperti ini " jawab Viona berbohong dengan tersenyum lebar .

Suster Tina yang tau Viona berbohong pun hanya diam saja tak berusaha menyangkal perkataan sang dokter lagi , ia kemudian memilih untuk pergi menyusul Viona yang sudah berjalan masuk ke rumah sakit .

Satu persatu kemudian para staff rumah sakit berdatangan termasuk profesor Frank yang datang lebih pagi karena harus melakukan operasi besar bersama asistennya dokter Viona , dengan cepat profesor Frank masuk ke rumah sakit agar tak telat ketika melakukan briefing pagi sebelum mulai bekerja .

Setelah selesai melakukan briefing pagi para dokter dan suster langsung bekerja sesuai bagiannya masing-masing , Viona yang sudah berganti pakaian operasi lalu masuk keruang operasi yang kemudian disusul oleh profesor Frank dan suster Tina . Atas permintaan Viona akhirnya suster Tina kini kembali bekerja bersama Viona sebagai satu team , mereka kemudian fokus melakukan operasi karena pasien kali ini adalah seorang remaja yang akan memasang pen di kedua kakinya pasca mengalami kecelakaan mobil .

Setelah bergelut di dalam ruang operasi selama hampir dua jam akhirnya Viona dan profesor Frank selesai melakukan tugasnya dengan baik , mereka kemudian membawa pasien pergi ke ruang perawatan untuk mendapatkan perawatan intensif selama beberapa minggu ke depan .

" Tuhan lelahnya aku hari ini " ucap suster Tina sambil meminum air mineral .

" terima kasih sus sudah membantu saya " sahut Viona cepat sambil menepuk paha suster Tina .

" akh bukan begitu dok , aku tak bermaksud seperti itu ...

" i know sus heheh ... ya sudah aku pulang dulu ya " ucap Viona cepat memotong perkataan suster Tina .

Karena merasa tak enak pada Viona wajah suster Tina mendadak memerah karena malu , ia terlihat tengah mengeluh tadi . Viona yang tau kalau hari ini sangat melelahkan hanya bisa tersenyum mendengar perkataan asistennya itu .

Drrttttt ...

Suara ponsel Viona berdering .

" ya " jawab Viona cepat ketika mengangkat panggilan dari Andrew .

" aku dalam perjalanan ke rumah sakit Vio "  ucap Andrew dari ujung telepon .

" oke aku siap-siap " jawab Viona sambil setengah berlari menuju loker , Viona tak menyadari kalau Fernando melihatnya dengan tatapan tajam di dekat ruang loker dimana ia baru selesai meeting .

Tak lama kemudian Viona sudah selesai berganti pakaian , ia memakai lipstik warna merah yang membuat wajahnya terlihat segar dan sensual . Semua orang yang melihat Viona berdandan merasa heran sekaligus takjup karena tak pernah melihat Viona memakai make up seperti itu sebelumnya , padahal Viona hanya memakai sedikit perona pipi dan lipstik .

Melihat Viona secantik dan seharum itu membuat darah Fernando mendidih ia merasa sangat cemburu melihat Viona seperti itu , dengan cepat Fernando mengikuti Viona keluar dari rumah sakit . Jantungnya berdetak cepat ketika melihat pria yang menjemput Viona , Fernando yang mengingat wajah Andrew langsung tau kalau ia adalah anak lelaki yang menggila di ruang pengadilan sepuluh tahun lalu .

" jadi kau berusaha mendekati Vionaku tuan Jordan Foy " ucap Fernando dingin , ia kemudian meminta anak buahnya untuk menyelidiki tentang Andrew .

Fernando kemudian pergi mengekor mobil Andrew yang membawa Viona , tatapan mata Fernando terlihat seperti ingin menelan Andrew saat itu juga tapi ia tahan karena tak mau membuat Viona membencinya . Fernando tak mau berbuat gegabah , ia harus hati-hati kali ini , bagaimanapun Andrew punya dendam mendalam pada keluarganya Fernando tau benar akan hal itu .

Karena Andrew mengajak Viona makan terlebih dulu akhirnya mereka telat masuk ke bioskop , akhirnya Andrew mengajak Viona duduk di taman yang ada di dekat kota . Mereka melihat hiasan lampu dari pohon natal yang mulai dipasang oleh warga , walau masih bulan November tapi masyarakat sudah antusias menyambut natal .

" will you be my fiance Viona " ucap Andrew tiba-tiba sambil duduk berjongkok dihadapan Viona dengan membawa cincin berlian ditangannya .

Viona yang tak menyangka Andrew berkata seperti itu nampak sangat shock , ia hanya bisa menutup mulutnya karena terlalu kaget . Beberapa orang yang melihat langsung bersorak dan meminta Viona untuk menerima lamaran Andrew , mendengar suara orang-orang yang ada disekitarnya membuat Viona makin malu .

" vio jawab pertanyaanku " ucap Andrew pelan sambil terus berjongkok .

" yes i will " sahut Viona lirih dengan wajah memerah .

prok

prok

prok

Semua orang yang menyaksikan lamaran itu langsung ikut bersorak dan berteriak bahagia , dengan cepat Andrew memakaikan cincin bermata berlian itu di jari manis Viona .

Setelah berhasil dipakaikan ke jari Viona dengan perlahan Andrew mencium tangan Viona , mereka lalu berpelukan dengan erat diiringi suara sorak-sorai dari pengunjung lainnya yang ikut mengucapkan selamat .

Di dalam mobil mewahnya mata Fernando nampak makin memerah ia melihat detik demi detik Andrew mengucapkan kalimat yang seharusnya ia ucapkan pada Viona .

Tringg

Tiba-tiba ponsel Fernando berbunyi karena ada pesan masuk , melihat pesona yang masuk itu mendadak wajah Fernando tersenyum .

" permainan baru dimulai Viona " ucap Fernando lirih sambil terus menatap tajam ke arah Viona dan Andrew yang masih menerima ucapan selamat dari orang-orang yang ada ditaman.

Bersambung


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.