You Are Mine, Viona : The Revenge

Beda ambisi



Beda ambisi

0

Sudah empat hari berlalu sejak kematian Jessica yang mengenaskan , suasana rumah sakit pun kembali kondusif . Profesor Frank yang sempat cuti selama tiga hari pun sudah kembali masuk bekerja hari ini , tak ada seorang pun yang menanyakan masalah Jessica atau mengungkit tentang Jessica mereka benar-benar melupakan Jessica . Bagi staff rumah sakit jika ada pasien yang meninggal maka mereka tak akan bersedih terlalu lama karena mereka juga harus kembali bekerja melayani pasien yang lain , sama halnya dengan kasus Jessica yang hanya dianggap kasus bunuh diri biasa .

" dokter Viona temui saya diruangan " titah profesor Frank pada Viona yang sedang duduk memasukan laporan ke komputer .

" baik prof " jawab Viona cepat sajmbil meletakkan laporannya di atas meja .

" tolong selesaikan ya sus " bisik Viona pelan pada suster Tina yang duduk disebelahnya .

Suster Tina mengangguk sambil mengangkat ibu jarinya keudara merespon perkataan Viona  , Viona kemudian berjalan menuju ruangan pribadi profesor Frank secara beriringan . Saat sedang berjalan banyak suster dan dokter muda yang terpesona melihat tampilan profesor Frank yang memotong rambutnya hingga lebih pendek sehingga membuat tampilannya terlihat makin hot dan menggoda tampaknya hanya Viona satu-satunya orang yang tak terpesona gaya rambut profesor Frank .

" kalau kalian tau siapa pria ini pasti kalian akan berfikir berkali-kali untuk mengaguminya " batin Viona dalam hati sambil berjalan dibelakang profesor Frank sambil tersenyum tipis melihat gadis-gadis yang tak henti-hentinya mencuri pandang ke arah profesor Frank .

" duduklah dokter Viona " pinta profesor Frank ketika sudah sampai diruangan pribadinya.

" terima kasih prof " jawab Viona cepat .

" aku langsung ke inti saja dokter tanpa basa-basi , setelah hasil rapat para profesor yang sudah kami lakukan sebelumnya dalam rangka pencarian profesor baru dirumah sakit oleh karena itu kami akan mendidik para dokter yang masuk kualifikasi secara langsung dan karena itu aku memilihmu untuk menjadi anak didikku " ucap profesor Frank dengan serius .

" apa !!! " jerit Viona kaget .

Profesor Frank tersenyum melihat ekspresi Viona yang terkejut , ia kemudian menyerahkan sebuah file yang berisi hasil rapat dan nama-nama dokter yang akan di ikut sertakan dalam kompetisi profesor muda . Viona kaget karena namanya ada di nomor satu dalam list tersebut , sebuah senyuman yang dipaksakan mengembang diwajah cantik Viona .

" setelah kau terpilih menjadi profesor maka karirmu akan berkembang lebih pesat dokter " imbuh profesor Frank menjelaskan secara lebih detail lagi .

Viona yang tak tertarik nampak setengah hati mendengarkan penjelasan profesor Frank , sejak dulu Viona tak pernah terobsesi menjadi seorang profesor . Kalau ia mau sudah sejak lama Viona mengambil kesempatan itu bahkan rumah sakit di Jepang pernah menawarkan posisi itu pada Viona sejak ia masih bekerja di rumah sakit London .

" oke saya harap kau akan bersemangat dalam mengikuti kompetisi ini , jika ada yang tak kau mengerti jangan sungkan bertanya padaku dokter Viona " ucap profesor Frank menutup penjelasannya .

" baik prof " jawab Viona yang kemudian pamit untuk bekerja kembali .

Saat berjalan menyusuri lorong rumah sakit Viona dengan perasaan campur aduk , ia mengingat perkataan ibu Maria yang dulu sering menceritakan bagaimana ayah George dengan tulus memilih pergi ke daerah konflik untuk mengobati para korban perang ditimbang berdiam di rumah sakit besar sampai akhirnya ia harus menyerah dengan penyakit cacar yang berhasil merenggut nyawanya .

" aku ingin seperti kalian ayah ibu " ucap Viona lirih sambil menutup matanya dan bersandar di dinding mengingat kedua orang tua angkatnya .

" oke Viona !!! jangan menyerah kamu pasti bisa " cicit Viona menyemangati dirinya sendiri yang kemudian berjalan menuju ruang kerjanya di dekat ruang operasi .

Saat Viona kembali banyak dokter wanita yang melirik tajam padanya , mereka tak suka ketika tau kalau Viona pergi menemui profesor Frank . Senyum Viona mengembang saat melihat dokter-dokter muda itu langsung pergi ketika ia datang termasuk dokter Ammy yang sudah terang-terangan mengakui perasaannya pada profesor Frank dihadapan dokter lainnya .

" sudah lah dok , tak usah dipikirkan " ucap suster Tina menyambut Viona .

" aku sudah biasa sus " jawab Viona dengan tersenyum .

Mereka tersenyum kemudian pergi ke ruang perawatan untuk melakukam kontrol sebelum jam makan siang tiba , keluarga pasien yang dirawat oleh Viona nampak sangat puas dengan pelayanan Viona bahkan mereka tak jarang membawakan makanan untuk Viona walau Viona sudah melarangnya .

Selesai melakukan tugasnya Viona mengajak suster Tina untuk pergi kekantin saat melewati papan pengumuman didekat ruang direktur mereka berhenti ketika melihat banyak orang yang berkumpul di lemari kaca yang berisi pengumuman itu . Suster Tina nampak antusias menatap lemari kaca itu , wajahnya sumringah saat melihat nama Viona tercantum dalam posisi pertama .

" wah selamat dokter !!! " teriak suster Tina bersemangat ketika berjalan ke arah Viona .

" hussstt " ucap Viona sambil meletakkan satu jarinya ke mulut memberikan aba-aba pada suster Tina untuk tak berisik .

" aku yakin anda pasti lolos dan ...." kelakar suster Tina penuh semangat .

" sudah-sudah ayo makan ... aku lapar " ucap Viona cepat memotong perkataan suster Tina.

Beberapa dokter di kantin langsung berbisik-bisik ketika melihat Viona dan suster Tina masuk , mereka membicarakan Viona yang terpilih untuk menjadi kandidat profesor muda di rumah sakit padahal Viona adalah dokter baru di rumah sakit Global Bross . Hal itu tentu saja memacu rasa iri dari dokter lainnya yang sudah lama bekerja di rumah sakit .

Viona menikmati makan siangnya dengan menahan sindiran-sindiran dari dokter lainnya  sementara suster Tina yang sudah siap meladak nampak hanya bisa menahan emosi karena tangannya di genggam oleh viona dibawah meja .

" dokter kenapa hanya diam saja , mereka itu harus diberi pelajaran bukankah nama yang masuk ke dalam list itu adalah pilihan langsung dari para profesor dirumah sakit ini " ucap suster Tina jengkel ketika keluar dari kantin .

" sudahlah suster ... tak perlu buang energi untuk berdebat hal yang tak penting seperti itu " jawab Viona dengan tersenyum .

" anda terlalu baik !! " protes suster Tina jengkel dengan suara meninggi lalu berjalan cepat meninggalkan Viona .

Viona hanya tersenyum melihat asistennya merajuk , bagi Viona menjadi profesor bukanlah tujuan utamanya . Ia kemudian menyusul suster Tina yang sudah berjalan ke ruang penjagaan lagi untuk kembali bekerja sebelum jam kerjanya habis .

Endurance Corporation

Di meja kerjanya Fernando nampak tersenyum puas ketika mendapat kabar bahwa kompetisi pemilihan profesor akan segera dimulai walau ia masih sedikit kesal karena melihat profesor Frank adalah profesor pembimbing Viona .

" aku akan membantumu menanjak puncak karirmu Viona hingga semua orang kagum padamu sampai akhirnya mereka tau bahwa dokter Viona yang hebat adalah milik Fernando " ucap Fernando lirih sambil menatap ke layar laptopnya yang berisi rencana pencarian profesor baru di Global Bross .

Sebagai salah satu pemegang saham di Global Bross segala urusan penting yang terjadi di rumah sakit Fernando pasti juga tau , apalagi ketika ia mendengar kompetisi penting ini ia langsung menyodorkan nama Viona pertama kali walau sebenarnya tanpa dukungan Fernando para profesor sudah memilih Viona .

Akhirnya hari-hari kompetisipun dimulai para calon kandidat yang terdiri dari 20 orang dokter wanita dan pria mulai memberikan hasil yang maksimal termasuk Viona .Viona tak ingin terlihat konyol dihadapan para seniornya ia harus membuktikan kalau ia punya kemampuan yang patut dipikirkan .

Sudah empat hari berlalu dan kompetisi masih berjalan , Viona sudah nampak sibuk dengan penelitiannya bersama profesor Frank yang membuat banyak dokter wanita lainnya iri pada Viona .

" oke Vio besok adalah hari terakhir sampai lusa penentuan , aku harap kau bisa terus seperti ini dan benahi laporan mu " ucap profesor Frank dengan tersenyum ketika melihat laporan Viona yang nyaris rampung .

" baik prof " jawab Viona tulus .

Viona kemudian berjalan ke arah lokernya untuk bersiap pulang , kompetisi selama empat hari benar-benar menyita waktunya bahkan ajakan Andrew untuk pergi ke bioskop pun ia tolak . Saat sedang berjalan pulang menuju ke halte bus untuk pulang tiba-tiba ponsel Viona bergetar dengan cepat ia meraih ponselnya yang ada di dalam tas . Wajahnya langsung berbinar ketika membaca pesan di ponselnya , dengan cepat Viona berlari ke pinggir jalan untuk langsung memesan taksi .

Setelah berkendara selama hampir satu jam akhirnya Viona sampai ke bandara , Viona berjalan dengan bersemangat menuju pintu kedatangan . Ia melambaikan tangan ke udara .

" Jenni .... Amina .... " teriak Viona bersemangat .

Bersambung 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.