You Are Mine, Viona : The Revenge

Luka lama Franklin



Luka lama Franklin

0

Mendengar perkataan profesor Frank membuat Viona menjauhkan dirinya dari adik kandung pria yang dibencinya itu, Viona sekarang tau apa perasaannya yang sebenarnya untuk Fernando. Bukan rasa takut atau bersalah melainkan kebencian yang kini merasuk di dalam hatinya.

"Tidak prof, saya tidak pantas untukmu," tolak Viona sambil menyeka air mata yang jatuh di pipinya.

"Tapi kau tau kakakku kan, dia tak akan melepaskanmu bahkan dia masih mencarimu dalam 6 tahun ini bukan?"tanya profesor Frank dengan nada kesal karena ajakannya di tolak Viona.

"Aku hanya tak ingin menambah masalah lainnya untukmu, aku hanya ingin kau melindungi ku bukan berarti kau harus menikahiku. Aku ingin kau berbicara pada Fernando kakakmu untuk melepaskan aku,"ucap Viona dengan menangis.

Profesor Frank merasa iba melihat Viona sehancur itu, padahal dia adalah dokter yang hebat yang dikagumi banyak orang. Tapi kini ia sangat rapuh karena perbuatan Fernando. Melihat keadaan Viona yang seperti ini benar-benar membuat profesor Frank menjadi serba salah, ia bahkan sempat berfikir bahwa Viona adalah seorang wanita murahan. Memikirkan itu membuatnya malu dan ia memilih memakai kembali pakaian yang sudah sempat ia buka itu karena mengira bahwa Viona menginginkannya.

"Lebih baik kau bersihkan dirimu dokter, disana kamar mandi," ucap profesor Frank sambil memberikan selembar handuk pada Viona. "Aku tunggu diluar, kau bisa memakai kamarku untuk berganti pakaian dan ini pakai ini untuk mengurangi bekas memar itu," imbuh profesor Frank sembari menyerahkan sebuah salep untuk memar.

Viona mengangguk perlahan lalu bangkit dari ranjang besar itu berjalan pelan kekamar mandi sementara itu profesor Frank memilih keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur. Profesor muda itu merasa bersalah dan kasian pada Viona, walau dia seorang dokter yang hebat ia tetaplah seorang wanita yang lemah.

Setelah mengunjungi pintu kamar mandi Viona membuka pakaiannya satu persatu, ia merasa jijik pada tubuhnya saat ini. Terlihat beberapa kissmark bersarang di lehernya dan lebih banyak lagi di bertebaran di kedua bukit kembar miliknya. Air matanya langsung mengalir deras ketika mengingat pelecehan yang baru saja ia terima itu, Viona membasuh dengan kasar tubuhnya yang sudah dijamah oleh Fernando. Berapa kalipun ia membasuhkan sabun mandi tetap saja tanda merah keunguan itu tak bisa hilang dari kulitnya. Dengan perasaan hancur Viona berteriak sekencang kencangnya dibawah tetesan shower yang mengalir itu, Viona menangis sejadinya berulang kali ia mengeluarkan jeritan kekesalannya pada Fernando.

Profesor Frank yang masih ada didapur pun bisa mendengar jeritan Viona dari arah kamarnya, karena panik profesor Frank meninggalkan coklat panasnya di atas meja. Dengan kasar ia membuka pintu kamarnya dan berlari ke arah kamar mandi dimana Viona masih ada didalam.

"Dokter Angel kau tak baik-baik saja kan?" teriak profesor Frank dari luar kamar mandi, ia menggedor-gedor pintu kamar mandi dengan keras.

"Dokter kalau kau tak menjawab aku akan dobrak pintu ini," imbuh profesor Frank dengan nada lebih tinggi.

"I still want to be here !!! Go awayyy ... " jawab Viona samar dari dalam kamar mandi.

Profesor Frank tertegun mendengar suara serak Viona dari dalam kamar mandi, ia tau kalau Viona sedang mencurahkan kekesalannya. Karena sudah terlalu lama akhirnya profesor Frank kembali mengetuk pintu kamar mandi, ia khawatir terjadi sesuatu di dalam.

"Dokter Angel keluarlah sudah hampir satu jam kau ada didalam kamar mandi," ucap profesor Frank meminta Viona keluar.

Tak lama kemudian Viona keluar dengan rambut masih sangat basah dan handuk yang melilit tubuhnya juga sangat basah, karena tak tega melihat kondisi Viona akhirnya profesor Frank kembali membalut tubuh Viona dengan piyama mandi berwarna hitam miliknya. Pandangan mata viona terlihat sangat kosong dan terlihat makin menyedihkan karena kedua matanya yang sembam berwarna merah akibat terlalu lama menangis.

Profesor Frank memasang handuk kecil dikepala viona untuk mengeringkan rambut basahnya, Viona hanya diam menerima perlakuan profesor Frank. Dengan telaten profesor Frank mengoleskan obat untuk membantu menghilangkan memar yang ada ditubuh Viona, ada luka memar di siku dan lengan Viona karena terjatuh saat di tampar Fernando.

"Kau bawa pakaian kan?"tanya profesor Frank lembut.

"Yes,"jawab Viona tanpa mengalihkan pandangannya dari tembok putih yang sedang ia pandangi itu.

Tanpa pikir panjang profesor Frank membuka tas yang Viona bawa, ia tak ragu menyentuh pakaian dalam milik Viona lalu menyerahkan pada Viona untuk dipakai sendiri karena ia tak mau membuat Viona membencinya juga. Saat Viona akan memakai pakaiannya profesor Frank kemudian membalikan tubuhnya membelakangi Viona yang sedang memakai pakaian yang diberikan oleh profesor Frank.

Profesor Frank keluar dari kamarnya menuju dapur untuk mengambil coklat panas yang sudah ia buat tadi untuk diberikan pada Viona, dengan menggunakan sendok profesor Frank perlahan menyuapi Viona minuman hangat itu. Sesekali profesor Frank menyeka air mata Viona yang masih menetes di wajahnya, kesedihan Viona benar-benar tak bisa ditutupi. Karena hari sudah malam akhirnya Viona terlelap, ia tertidur dalam pelukan profesor Frank yang sejak tadi memberikan semangat padanya.

"Bajingan kau Fernando, kau harusnya melihat gadis yang hampir kau rusak ini," sengit profesor Frank sambil menyelimuti Viona dengan selimut tebal miliknya.

"Aku akan bertarung sekali lagi melawanmu Fernando," ucap profesor Frank dalam hati lalu berjalan meninggalkan Viona yang sudah tertidur pulas.

Dengan hati-hati ia menutup pintu kamarnya lalu berjalan ke arah ruang tamu dan menyalakan perapian yang ada diruangan itu melalui remote, profesor Frank menjatuhkan tubuhnya diatas sofa yang menghadap perapian lalu ia memejamkan matanya mengingat awal mula ia bermusuhan dengan kakak kandungnya itu.

Setelah lulus kuliah kedokteran Franklin muda berjalan dengan bersemangat menuju rumah kekasihnya ia berniat melamar kekasihnya hari itu, dengan membawa cincin berlian yang ia beli Franklin berjalan dengan penuh percaya diri masuk ke dalam apartemen kekasihnya. Saat membuka pintu apartemen kekasihnya Franklin mendengar suara kekasihnya sedang mendesah, ia sempat tertegun karena mengira salah dengar tapi lagi-lagi suara kekasihnya kembali terdengar dan kali ini lebih jelas dan lebih keras.

Perlahan Franklin berjalan ke arah kamar kekasihnya dan melihat dengan jelas bagaimana kekasihnya sedang ada dibawah tindihan lelaki yang sangat ia kenal. Kekasihnya sedang bercinta dengan Fernando sang kakak dikamar yang biasa ia pakai untuk tidur bersama kekasihnya itu, dengan menahan amarah Franklin menatap nanar ke arah ranjang itu. Dengan sangat jelas ia melihat kekasihnya menikmati hentakan-hentakan penuh nafsu dari Fernando bahkan ia juga ikut mengimbangi Fernando dengan menggerakkan pinggulnya.

Saat mencapai puncak Fernando dengan cepat melepas senjatanya dari tubuh kekasih Franklin lalu ia arahkan ke wajah gadis itu untuk melakukan pelepasan. Dibarengi suara erangan panjang Fernando melepaskan hasil perjuangan nya yang baru selesai, cairan kenikmatan itu berceceran di wajah dan dada kekasih adiknya.

Profesor Frank membuka matanya dengan emosi ia membanting vas bunga yang ada dihadapannya, setiap ia mengingat kejadian itu amarahnya kembali meledak-ledak. Karena itulah ia menjadi sangat membenci Fernando karena setiap ia mempunyai kekasih sang kakak pasti merebut kekasihnya, bahkan ibu kandung dari Zevanya keponakannya adalah pacar pertama profesor Frank yang diperkosa oleh Fernando. Dan Fernando dengan sengaja meminta hak asuh atas Zevanya untuk membuat profesor Frank makin terluka karena melihat pacar pertamanya melahirkan anak yang menjadi keponakannya.

"Kau sudah terlalu lama menindasku Fernando, kali ini dokter Angel tak akan kulepaskan begitu saja padamu," ucap profesor Frank dalam hati sambil mengepalkan tangannya.

Bersambung


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.