You Are Mine, Viona : The Revenge

Kalian sama



Kalian sama

0

Melihat Viona menangis membuat Frank merasa bersalah ia menggaruk kepalanya yang tak gatal itu dengan kasar, Frank kemudian berjalan mendekati Viona yang masih menangis di lantai itu dengan melipat kedua tangannya di atas lutut persis seperti anak kecil yang sedang menangis.

"Maafkan aku Vio,"ucap Frank sambil menyentuh tangan Viona yang dingin itu.

"No...don't touch me .. please go!" teriak Viona sambil menepis tangan Frank yang mencoba menyentuhnya.

Mendengar teriakan Viona membuat Frank menjadi serba salah, ia pun memilih berjalan ke dapur untuk mengambil minum di kulkas. Dengan cepat Frank menghabiskan air dingin didalam gelas lalu melemparkannya ke lantai hingga membuat suara yang cukup keras dan terdengar oleh Viona yang ada diruang tamu.

"Aarrgghhhh.... brengsek!!!Bedebah kau Franklin,"teriak Frank dari dapur memaki dirinya sendiri.

Setelah puas berteriak seperti orang kesetanan Frank akhirnya berjalan keruang tamu mendekati Viona yang masih duduk dilantai itu, Frank kemudian duduk didepan Viona. Berulang kali ia minta maaf pada Viona atas kesalahannya yang tak ia sadari itu, sementara Viona masih tak merespon perkataannya.

Bunyi ponsel yang terus berdering memaksa Frank untuk melihatnya, ia pun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke dapur karena ponselnya ia letakkan di dekat microwave. Setelah melihat ponselnya mendadak Frank menjadi panik, dengan cepat ia berlari ke arah Viona yang masih duduk ditempat semula.

"Lepaskan akuuu..."Teriak viona mencoba melepaskan tangannya yang dipegang oleh Frank.

"Fernando sudah diperjalanan, lima menit lagi sampai disini Vio!"hardik Frank dengan emosi.

"Fer.. ferr nan..."

"Ayo cepat masuk ke kamarku, sembunyi disana dan jangan keluar apapun yang terjadi,"ucap Frank sambil menarik paksa Viona dan membawa tas Viona.

"Ingat pesanku jangan buka pintu apapun yang terjadi, kunci pintu dari dalam. Kau mengerti kan Viona!" tanya Frank ketika sudah sampai didepan kamarnya.

Viona mengangguk pelan sambil menyeka air matanya yang jatuh itu, dengan cepat ia menutup pintunya sesuai petunjuk Frank. Sebenarnya Viona sudah tak takut pada Fernando tapi peristiwa kemarin di apartemen langsung meruntuhkan keberanian yang sudah ia bangun selama enam tahun itu.

Setelah keluar dari kamarnya Frank langsung berjalan ke dapur dan merapikan bekas pecahan gelas yang tadi ia lempar, ia tak mau membuat Fernando curiga. Tak lama kemudian terdengar suara mobil Fernando berhenti didepan rumahnya, Frank dengan cepat duduk di sofa sambil menyalakan televisi untuk membuat Fernando tak curiga.

Brakkkk

Suara pintu yang dibanting oleh Fernando dengan kasar.

"Brengsek!!!"Teriak Fernando dengan kesal.

"Tak bisakah kau pelan-pelan masuk ke rumahku?"ucap Frank jengkel.

Tanpa menggubris perkataan Frank yang menyindirnya Fernando langsung duduk di sofa yang sama dengan Frank dengan menyandarkan kakinya ke atas meja.

"Kenapa?" tanya Frank sinis.

"Prrcuma aku bayar mahal pengawalku mereka tak becus kerja," jawab Fernando sambil menghela nafas panjang.

Frank kemudian berjalan ke arah dapur dan mengambil air minum untuk Fernando yang sedang kesal itu, Fernando menerima air pemberian Frank lalu menghabiskannya dalam satu tegukan.

Prankkk

Suara gelas yang dilempar Fernando menghantam meja hingga membuat ruang tamu di rumah Frank berantakan.

"Kalau kau ingin menghancurkan rumahku lebih baik kau keluar!" hardik Frank kesal sambil berdiri karena kaget melihat Fernando melempar gelas.

"Aku pakai kamar mandimu sebentar,"ucap Fernando sambil berdiri lalu berjalan kearah kamar tidur Frank dimana ada Viona yang sedang bersembunyi didalamnya.

Menyadari Fernando akan masuk kamarnya membuat Frank panik, ia langsung terfikir Viona yang ada di dalam. Dengan cepat ia meraih tangan Fernando untuk mencegahnya berjalan ke arah kamar nya.

"Aku lapar, mumpung kau ada disini buatkan makanan kesukaanku," pinta Frank cepat pada Fernando yang masih kaget karena tangannya di pegang oleh Frank.

"Are you kidding me?It's not funny Frank!!" hardik Fernando jengkel.

"No i'm serious, sudah lama aku tak makan masakan mu kak, ayolah aku lapar," jawab Frank sambil menarik tangan Fernando ke arah dapur.

Fernando terpaksa mengikuti langkah adiknya, dengan langkah gontai Fernando berjalan di dapur milik adiknya. Ia kemudian membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa butir telur, sayuran, tomat dan roti. Fernando sangat mahir membuat sandwich, tak menunggu lama akhirnya Fernando sudah sibuk dengan masakannya diatas kompor. Frank hanya duduk mengamati kakaknya berkerja, untung saja ia sudah merapikan dapurnya sehingga Fernando tak curiga.

Setelah tiga puluh menit akhirnya sandwich buatan Fernando sudah terhidang di atas meja ia juga menambahkan dua gelas orange jus untuk pendamping sandwich. Frank tersenyum puas melihat masakan kakaknya sudah siap diatas meja, dengan tersenyum lebar Frank. Mereka pun langsung menikmati makanan itu dalam diam, Fernando yang masih kesal dengan anak buahnya dan Frank yang takut kalau persembunyian Viona diketahui oleh Fernando.

"Kau kenapa kak? kenapa tak cerita padaku?" tanya Frank sambil memasukan sandwich gigitan terahir ke mulutnya.

"Aku hanya memberi mereka tugas kecil tapi mereka tak becus, membuatku marah saja,"jawab Fernando dengan ketus.

"Sudah lah kurangi sifat pemarahmu kak, oh iya bagaimana dengan Nessie? Apa hubungan kalian masih berlanjut?"Frank mencoba mengalihkan pembicaraan

"Cihh siapa sudi aku menikah dengan perempuan seperti itu," jawab Fernando sambil membuang sandwich terakhirnya ke dalam tong sampah karena jengkel.

"Dudah lah, aku muak kau menyebut namanya. Aku ingin menyegarkan diri dikamar mandimu, oh iya aku pakai handukmu Frank," imbuh Fernando sambil berjalan cepat ke arah kamar Frank.

Frank yang sedang menikmati orange jus tak dapat menahan Fernando lagi, ia sampai tersedak ketika melihat Fernando sudah berdiri didepan kamarnya. Dengan menahan sakit karena tersedak Frank menyusul Fernando yang sudah siap memegang gagang pintu, Frank kembali kaget ketika melihat Fernando bisa masuk kedalam kamarnya padahal jelas-jelas ia memerintahkan Viona untuk mengunci pintu itu.

Fernando langsung berjalan masuk menuju kamar mandi sementara Frank terlihat sangat panik didalam kamarnya sendiri, ia tak bisa menemukan Viona bahkan tas ransel milik Viona pun tak berhasil ia ketemukan. Frank menunggu dengan perasaan kacau balau, ia tak berani menyebut nama Viona atau mencari Viona diantara lemari pakaiannya karena takut akan dilihat oleh Fernando.

Tak begitu lama akhirnya Fernando sudah keluar dari kamar mandinya dengan hanya menggunakan handuk untuk menutup tubuh bawahnya, ia berjalan pelan menuju lemari pakaian Frank lalu mengambil baju miliknya yang ia titipkan di rumah adiknya itu karena dulu ia sering datang ke rumah adiknya itu. Fernando berganti pakaian didepan lemari dengan cepat, setelah memakai pakaian nya Fernando kemudian menyusul sang adik duduk di sofa dikamar itu.

"Kau membawa pulang wanita lagi Frank? " tanya Fernando tiba-tiba.

Bersambung


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.