You Are Mine, Viona : The Revenge

Salam perpisahan



Salam perpisahan

0Fernando yang menunggu kabar dirumah dari anak buahnya yang mencari sedang  Viona nampak tak tenang, ia berjalan mondar-mandir di dalam ruang kerjanya sendirian. Sedangkan dokter William nampak merapikan barang-barang Viona yang baru dibawa pulang dari rumah sakit, Fernando memerintahkan agar semua barang yang ada didalam ruang perawatan Viona dibawa pulang termasuk tissue dan pembalut bekas pakai Viona yang bercecer darah. Dokter William meminta para pelayan wanita untuk memilah-milah barang yang memilki noda darah paling banyak atas perintah Fernando, ia masih tak mengerti alasan Fernando memerintahkan semua barang itu dibawa pulang.     

"Nyonya...hikss...."     

"Sttt jangan menangis, nanti kalau tuan dengar kita semua bisa dihukum," bisik seorang pelayan wanita yang bernama Julie setengah berbisik pada temannya yang sedang menangis saat merapikan pembalut yang penuh darah ke dalam sebuah box.     

"Pasti nyonya sangat menderita saat mengalami pendarahan tadi malam Julie, lihatlah betapa banyak darah di pembalut dan tissue ini hiks.." jawab Bertha sang pelayan paling muda sambil sesegukan.     

"Sudahlah jangan menangis, nanti kalau tuan tau kita bisa dapat masalah besar Bertha," hardik Julia kembali ketakutan sambil melirik ke arah ruang kerja Fernando yang masih tertutup rapat.     

"Iya tapi aku tak bisa menahan air mataku Julie...air mataku keluar sendiri tanpa bisa kutahan hu hu huaaaaa.....     

Bertha tak dapat menyelesaikan perkataannya karena dadanya terlalu sesak, ia kemudian berlari menuju kamarnya sambil menangis. Walaupun bukan ia yang mengalami keguguran tapi ia merasa ikut sakit saat melihat dan menyentuh semua barang-barang yang terkena darah Viona, ia merasa sangat kasian pada sang nyonya yang sangat baik padanya itu.     

Setelah Berta pergi tinggallah Julie sendirian di depan barang-barang yang terkena darahViona itu, walaupun ia tak menangis seperti Bertha akan tetapi kedua matanya pun sudah penuh air mata. Kedua tangannya bahkan gemetaran hebat saat memindahkan barang-barang itu ke dalam box, Rita yang sejak tadi berdiri bersama Teddy melihat kedua pelayan itu melakukan tugasnya nampak tak tega. Ia berusaha menahan emosinya walau dalam hati terdalamnya ikut teriris akan tetapi ia harus bisa mengontrol dirinya dihadapan bawahannya.     

"Terima kasih Rita sudah membantuku," ucap Julie terbata.     

"Its oke, sekarang kau ambil minum dan tenangkan dirimu lalu jangan lupa cuci wajahmu terlebih dahulu jangan sampai tuan melihatmu seperti ini," jawab Rita dengan ramah.     

"Yes maa'am," sahut Julie dengan cepat, ia lalu berjalan cepat menuju ke arah belakang dimana kamarnya berada sambil menyeka air mata yang akhirnya menetes diwajahnya.     

Rita menghela nafas panjang melihat tingkah dua bawahannya, ia lalu menoleh ke arah dokter William dan Teddy yang sejak tadi berdiri di dekat piano tanpa bersuara.     

"Ini...     

"Letakkan box itu didepan ruang kerja tuanmu Rita," ucap dokter William memotong perkataan Rita.     

"Baik dok," jawab Rita patuh, dengan hati-hati Rita meletakkan kedua box berisi pembalut dan tissue yang penuh darah Viona itu didepan ruang kerja Fernando dimana sudah ada box yang berisi seprai dan handuk serta baju pasien Viona yang sudah lebih dulu dipisahkan.     

Rita kemudian pergi menuju kamar para pelayan wanita untuk mengecek kondisi Bertha dan Julie yang tadi menangis meninggalkan dokter William dan Teddy.     

Dokter William menengadahkan wajahnya ke langit-langit sambil memejamkan kedua matanya, sejak tadi ia berusaha menahan emosinya agar tak terbawa suasana. Walaupun dalam hatinya ia ikut sedih saat melihat para pelayan wanita menolak untuk merapikan barang-barang yang penuh darah Viona sampai akhirnya ditunjuk dua orang yang akhirnya merapikan barang-barang itu, walaupun ia bukan wanita namun sisi terdalamnya sebagai seorang manusia ikut tersentuh saat melihat para pelayan wanita itu menangisi barang-barang yang digunakan Viona sebelumnya.     

"Dokter anda tidak apa-apa?' tanya Teddy pelan.     

"Entahlah Tedd, aku nyaris kehilangan akal warasku setelah semua ini terjadi," jawab dokter William pelan sambil membuka kedua matanya perlahan.     

"Lebih baik anda minum dulu dok," sahut Teddy pelan sambil menyerahkan segelas air dingin pada dokter William.     

Tanpa bicara dokter William menerima gelas pemberian Teddy, dalam satu tegukan ia berhasil menghabiskan air itu tanpa sisa. Tenggorokannya yang terasa kering langsung lega seketika saat air melewatinya.     

"Untuk apa semua barang-barang itu dibawa pulang dok, bukankah itu...     

Ceklek     

Teddy tak dapat menyelesaikan perkataannya ketika pintu ruang kerja Fernando terbuka, ia langsung menutup rapat mulutnya ketika melihat sang tuan muncul dari balik pintu dengan wajah datarnya.  Begitupula dengan dokter William, ia terlihat langsung bersikap sempurna tanpa sadar saat melihat Fernando berdiri di pintu ruang kerjanya sambil menatap nanar ke arah tiga box yang sudah dirapikan itu.     

Fernando terduduk dihadapan tiga box yang ada dihadapannya, tangannya terulur pelan menyentuh ketiga box itu secara bergantian tanpa suara. Dari belakang dokter William dan Teddy tak bisa melihat ekpresi Fernando mereka hanya bisa melihat bahwa saat ini Fernando sedang menyentuh barang-barang dalam box.     

Langkah dokter William terhenti saat hampir sampai ketempat Fernando saat melihat Fernando berdiri sambil membawa tiga box itu secara bersamaan, ia kemudian membawa ketiga box itu menuju taman disamping istananya tanpa berbicara. Beberapa pelayan yang melihat sang tuan membawa box-box itu hanya bisa diam dan tertunduk, tak ada satupun dari mereka yang bersuara. Begitu pula dengan dokter William dan Teddy yang berjalan pelan dibelakang Fernando, mereka berjalan mengikuti langkah Fernando sampai akhirnya tiba ditaman dimana Fernando meletakkan ketiga box itu secara hati-hati diatas kursi panjang.     

"Apa yang kau...     

Dokter William tak dapat menyelesaikan perkataannya karena Fernando berbalik badan dan berjalan pelan menuju ke tempat penyimpanan alat-alat perlengkapan taman, tak lama kemudian ia berjalan pelan menuju tempat dokter William berdiri sambil membawa sebuah cangkul ditangan kirinya. Tanpa bicara ia lalu mulai menggali tanah yang ada dihadapannya seorang diri tanpa bicara, langit yang sedang mendung menguntungkan Fernando karena ia tak terlalu terkena sengatan matahari.     

"Biar saya bantu tuan," ucap Teddy perlahan sambil berusaha meraih cangkul yang dipegang Fernando.     

"Get Lost!!" sahut Fernando singkat tanpa menghentikan aktivitasnya.     

"Tapi tuan...     

Teddy tak menyelesaikan perkataannya saat dokter William menyentuh pundaknya dengan perlahan, dokter William memberikan kode pada Teddy untuk tak mengganggu Fernando dan membiarkan Fernando melakukan apa yang ia mau sendirian. Teddy akhirnya mengikuti petunjuk dokter William, ia akhirnya menutup mulutnya sambil berdiri disamping dokter William melihat Fernando bekerja sendirian, membuat lubang di tanah menggunakan cangkul. Untungnya tanah yang ada di taman sering disiram oleh tukang kebun sehingga Fernando tak begitu kesulitan saat mencangkulnya.  Setelah mencangkul selama hampir tiga puluh menit akhirnya sebuah lubang yang cukup dalam pun terbuat dengan perlahan Fernando meletakkan cangkulnya begitu saja disampingnya, ia kemudian mencuci tangannya yang penuh dengan tanah menggunakan air dari keran yang ada didekat tempatnya berada.  Dokter william dan Teddy yang sejak tadi diam tak berbicara apapun, mereka hanya diam melihat apa yang Fernando lakukan.     

 Fernando kemudian berjalan pelan ke arah kursi dimana tadi ia meletakkan tiga box yang berisi barang-barang yang terkena darah Viona, ia kemudian meraih box pertama yang berisi pembalut yang penuh dengan darah.  Dengan perlahan ia membuang isinya ke lubang yang baru ia buat tanpa bicara, setelah semua isinya ada didalam lubang Fernando kemudian meraih box kedua yang berisi tissue yang semuanya hampir berwarna merah. Seperti box pertama tadi Fernando pun menuang isi box kedua kedalam lubang buatannya, saat semua isinya sudah keluar semua Fernando kemudian meraih box ketiga yang berisi selimut, seprai, handuk dan baju Viona. Dengan menggunakan tangan Fernando mengeluarkan satu demi satu barang-barang itu dari dalam box dan membuangnya ke dalam lubang bersatu dengan barang-barang sebelumnya, saat tinggal tersisa pakaian yang dipakai oleh Viona tadi malam Fernando terlihat memeluk dan menicumnya dalam waktu lama.     

"Maafkan daddy nak, daddy yang membuatmu harus pergi dengan cara seperti ini," ucap Fernando terbata dengan suara parau.     

Blarrr     

Tiba-tiba langit yang mendung langsung penuh kilat dan dibarengi dengan turunnya hujanyang sangat deras, noda darah yang ada dipakaian Viona yang sedang dipegang Fernando luntur dan menetes ke tubuh Fernando.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.