You Are Mine, Viona : The Revenge

keyakinan profesor William



keyakinan profesor William

0Sepanjang perjalanan pulang menuju apartemen penthouse yang menjadi tempat tinggalnya saat ini Fernando tak melepaskan pegangan tangannya dari tangan kiri Viona yang sudah terlelap, istrinya itu memang tak menjawab secara lisan tentang pertanyaan yang tadi ia berikan. Namun Fernando cukup senang saat Viona menciumnya, ini adalah kali pertama Viona berinisiatif menciumnya terlebih dahulu karena selama mereka menikah dirinyalah yang selalu mengambil tindakan.      

"Jangan tinggalkan aku lagi babe, i can't live without you, " ucap Fernando pelan sambil mencium tangan Viona.     

Viona hanya menggerakkan kepalanya perlahan saat tangannya ditarik oleh Fernando, ia cukup lelah untuk membuka kedua matanya. Energinya sudah habis pasca harus melayani birahi Fernando kembali di dalam mobil untuk kedua kalinya sebelum mereka pulang ke apartemen.      

Fernando hanya terkekeh melihat Viona, ia lalu kembali fokus membawa mobilnya menuju apartemen karena hari sudah sangat malam. Pada awalnya Fernando ingin menghabiskan malam bersama Viona di tepi laut, namun karena ia tak bisa mengontrol keinginannya untuk tak menyentuh Viona akhirnya ia mengajak Viona kembali ke dalam mobil dan bercinta sampai hampir satu jam sehingga membuat Viona kelelahan. Karena itulah Fernando memutuskan untuk membawa Viona pulang ke apartemen.      

Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam Fernando akhirnya sampai di apartemen penthouse miliknya, beberapa orang penjaga yang melihat mobil Fernando masuk langsung berdiri menghampiri sang Tuan. Langkah mereka terhenti  saat melihat lambaian tangan sang tuan yang melarang mereka mendekat, Fernando tak mau anak buahnya itu melihat Viona yang sedang berantakan. Walaupun Viona memakai mantel namun tubuhnya tidaklah memakai pakaian dalam, semua pakaian yang ia pakai sebelumnya sudah hancur saat ia membukanya secara paksa ketika akan bercinta tadi dan sudah ia buang ke tempat sampah yang ada di dekat laut. Alhasil tubuh Viona hanya terlindungi mantel nya saja.      

Dengan perlahan Fernando mengeluarkan Viona dari dalam mobil, ia menggendong Viona ala bridal style setelah merapikan mantel yang dipakai oleh istrinya itu dan memastikan tak ada satupun kancing yang terlewatkan. Saat berada di dalam lift Fernando tak berhenti mencium kening Viona yang yang bersandar di dadanya, melihat Viona tertidur seperti itu membuatnya sangat bahagia.      

"Ok,kau bisa tidur dengan nyaman sekarang babe," ucap Fernando pelan saat sudah selesai merebahkan tubuh Viona di atas ranjangnya, mantel yang membalut tubuh Viona pun sudah ia buka. Fernando tak mau Viona tidur menggunakan mantel yang kotor penuh dengan spermanya.     

Fernando akhirnya ikut merebahkan dirinya di samping sang istri setelah ikut membuka seluruh pakaiannya, ia lalu masuk ke dalam selimut yang sama dengan Viona. Tak lama kemudian terdengar suara dengkuran halus dari Fernando yang sudah terlelap sambil memeluk tubuh telanjang Viona dibawah selimut yang sama, tidur dalam posisi skin to skin ini membuatnya cepat masuk ke dalam alam mimpi. Begitu pula Viona yang tersenyum dalam pelukan Fernando, berbagi panas tubuh bersama benar-benar membuatnya nyaman.     

Rumah Sakit Global Bross     

Malam ini dokter Ammy mendapatkan giliran jaga malam, seperti yang sudah ditentukan sebelumnya oleh Profesor Frank akhirnya divisi bedah membuat jadwal jaga malam yang baru. Ia sudah merombak jadwal untuk para dokter yang tidak punya jadwal praktek sendiri ia berikan tugas untuk berjaga malam selama satu minggu, setelah itu digantikan oleh dokter yang lain seperti itu terus. Dan minggu ini adalah jatah jaga Dokter Ammy yang ditemani oleh asisten pribadinya suster Lucia.      

Dokter Ammy tidak tau kejadian mengenai Viona yang menyelamatkan seorang putri mafia paling ditakuti di Meksiko, pasalnya baru malam ini ia naik jaga.     

"Kenapa banyak sekali pria berpakaian serba hitam di lorong sekitar ruang operasi sus?" tanya Dokter Ammy pelan kepada asistennya suster Lucia.      

"Dari gosip yang aku dengar di ruang ICU yang di dekat ruang operasi itu dirawat seorang gadis putri orang penting dokter," jawab suster Lucia dengan cepat.     

"Orang penting seperti apa memangnya yang sampai memerintahkan banyak pria berpakaian serba hitam berjaga di rumah sakit?" tanya dokter Ammy penasaran.     

"Sebenarnya bukan masalah mereka suruhan siapa dok, masalahnya disini adalah pasien itu ditangani oleh dokter siapa," jawab suster Lucia dengan senyum penuh arti.     

"Coba bicara yang jelas aku ingin tau maksud ucapanmu yang sebenarnya, jangan berputar-putar seperti itu suster,!!" hardik dokter Ammy dengan suara meninggi.     

Suster Lucia tertawa mendengar sang dokter marah, ia sebenarnya masih ingin bermain teka-teki dengan dokternya itu. Namun karena melihat dokter Ammy benar-benar marah, suster Lucia akhirnya menjelaskan secara detail apa yang ia dengar dari para suster lainnya saat sedang berganti pakaian di loker tadi sore.     

"Jadi yang merawat pasien itu adalah dokter Viona?" tanya dokter Ammy tak percaya.     

"Benar dok, dokter Viona lah yang bertanggung jawab atas nyawa pasien itu. Dokter Viona juga lah yang bertanggung jawab penuh atas tugas malam kita dok," jawab suster Lucia dengan jengkel.      

"Ya ya ya aku mengerti sekarang, itulah kenapa kemarin pagi semua dokter dikumpulkan di aula oleh Profesor Dexter yang marah besar. Ternyata dokter Viona sudah mengambil resiko dengan melakukan operasi besar itu sendirian, hmmm sangat menarik," ucap dokter Ammy dengan senyum licik mengembang.     

"Apa anda punya ide dokter?" tanya suster Lucia setengah berbisik, ia penasaran melihat dokter Ammy tertawa.     

"Kita tidak perlu melakukan apa-apa suster, aku yakin kondisi pasien itu pasti sangat kritis saat ini mengingat banyaknya pria yang menjaganya diluar. Apalagi sampai beberapa orang Profesor mondar-mandir keluar masuk dari ruangan itu, kita hanya menunggu saja suster. Saat semuanya siap baru kita siram dengan bensin ke api yang membara itu," jawab dokter Ammy penuh semangat.     

"Benar dok, anda benar sekali. Kita hanya cukup menunggu saja, aku yakin pasien itu juga tidak selamat mengingat banyaknya orang yang terlihat sangat tegang di sekitar tempat itu," jerit suster Lucia heboh.     

Dokter Ammy hanya tertawa kecil mendengar perkataan asistennya, ia yang tak tau apa yang sebenarnya sudah membuat asumsi sendiri yang tidak berdasar. Kebencian dan ketidaksukaannya pada Viona membuat dirinya gelap mata sampai berpikir sejauh itu, padahal sangat tidak etis seorang dokter menjelekkan hasil pekerjaan dokter lainnya seperti apa yang sudah ia lakukan pada Viona.     

Dokter Ammy dan asistennya itu pun akhirnya pergi ke ruang jaga untuk melakukan tugasnya karena jam malam mereka sudah dimulai.      

"Semuanya baik-baik saja kan prof, aku khawatir kenapa pasien ini belum sadar juga," ucap dokter Robert mulai pesimis.     

"Anda dokter hebat dok, sangat tak pantas seorang dokter hebat seperti anda berkata seperti itu," jawab profesor William dengan cepat, kedua matanya terus mengawasi monitor yang menampilkan grafik perkembangan Aurelie.     

"Iya dok, tapi ini sudah malam dan pasien belum sadar juga," gumam dokter Robert pelan, bekerja dibawah tekanan orang-orang besar seperti anak buah tuan Taylor James Luther membuat rasa percaya dirinya perlahan memudar.     

"Pasien ini melewati operasi besar yang dilakukan oleh dokter Viona kemarin pagi yang artinya belum ada 24 jam sampai saat ini, jadi sangat wajar kalau ia masih belum sadar mengingat operasi apa yang sudah ia lalui," imbuh profesor William pelan menambahkan perkataannya yang sebelumnya.     

Dokter Robert mencoba tersenyum mendengar perkataan Profesor William, ia sebenarnya juga paham dengan situasi yang dialami oleh Aurelia. Apa yang terjadi padanya adalah satu hal yang lumrah, namun karena ia tau siapa ayah dari pasien yang sedang ia jaga itu rasa percaya dirinya sebagai dokter mulai goyah.      

Profesor William kemudian mempersilahkan dokter Robert untuk istirahat sebentar, dia memilih untuk menjaga Aurelie sendirinya. Tak lama kemudian dokter Robert meninggalkan ruang ICU di mana Profesor William sedang berdiri melihat Aurelie.     

"Cepatlah sadar nona Luther, aku ingin bertanya banyak padamu kenapa gadis secantik dirimu harus menjadi incaran orang jahat yang tega menusukkan pecahan kaca seperti itu ke dadamu," ucap Profesor William lirih sambil menatap aurelia masih memejamkan kedua matanya.      

"Ok, selamat malam nona Aurelie. Semoga besok pagi kau sudah bisa bercakap-cakap denganku," imbuh profesor William pelan sambil menyentuh tangan Aurelie yang terpasang infus.     

Saat Profesor William duduk di kursinya Aurelie menggerakan beberapa jari di tangan yang baru saja disentuh oleh Profesor William, ia merespon sentuhan yang diberikan profesor tampan itu dengan sangat lemah.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.