You Are Mine, Viona : The Revenge

Permintaan Fernando



Permintaan Fernando

0Di dalam helikopter Fernando sesekali melirik ke arah sebelah kanannya di mana Viona memejamkan kedua matanya, pada awalnya Fernando ingin agar Justin yang menerbangkan helikopter kembali ke Ontario. Namun karena ia tak mau menunggu terlalu lama akhirnya Fernando memutuskan untuk membawa helikopter sendiri menuju ke kota berdua dengan Viona, sedangkan Justin dan Harry masih ada di belakang menunggu mereka terbang agak jauh baru mereka bisa mengudara menyusul pulang ke Ontario.      

Setelah mengudara selama 1 jam 15 menit helikopter yang dibawa oleh Fernando akhirnya sampai di rooftop apartemennya kembali dengan baik, tanpa ada masalah apapun. Ia memarkirkan helikopternya di atas helipad yang dekat dengan pintu menuju ke dalam gedung, sementara helipad  kedua yang agak jauh ia kosongkan untuk helikopter kedua yang dibawa oleh Justin dan Harry. Fernando memang mempunyai dua helikopter yang selalu standby di atas rooftop apartemennya, sebenarnya ia hanya bisa menyimpan satu helikopter di apartemennya namun entah mengapa sudah beberapa hari terakhir ini helikopter kedua yang biasa ia letakkan di halaman istana rumahnya ia bawa ke apartemen dan ternyata rupanya Tuhan mempunyai rencana lain atas keberadaan dua capung terbang itu.     

Dengan hati-hati Fernando menurunkan Viona di atas ranjang, Fernando tak tega membangunkan Viona saat mereka sampai. Akhirnya Fernando memutuskan untuk menggendong Viona masuk ke dalam apartemen, pasalnya sejak ada di desa Elora Viona terlihat sekali menahan rasa sakit sehingga Fernando bersikeras membawa Viona kembali ke kota supaya bisa beristirahat dengan nyaman. Saat akan menyelimuti Viona tiba-tiba Fernando dikagetkan saat melihat sprei sutra yang terpasang di ranjangnya tiba-tiba berubah merah, dengan cepat Fernando memiringkan tubuh Viona dan tersenyum saat melihat darah kotor dalam tubuh sang istri akhirnya keluar.     

Sebelumnya Profesor William mengatakan jika Viona sudah datang bulan maka rasa sakit di perutnya akan sedikit menghilang dan Fernando bersyukur akan itu, baru kali ini Ia senang mengetahui Viona datang bulan. Padahal sebelumnya ketika Viona datang bulan ia langsung frustasi karena tidak bisa bercinta.      

"Babe...bangun," bisik Fernando pelan mencoba membangunkan Viona.     

"Babe…"     

"Hmmm…"     

"Bangun, bersihkan tubuhmu. Lihatlah darah datang bulan mu mengotori tubuhmu, aku yakin kau pasti tak nyaman tidur dengan darah seperti itu," ucap Fernando pelan.     

Mendengar perkataan Fernando kedua mata Viona langsung terbuka lebar, ia kemudian melihat ke arah bawah tubuhnya dan melihat sprei yang ia tiduri sudah berubah warna karena terkena darah haidnya. Spontan Viona langsung bangun dari ranjang dan berdiri disamping Fernando dengan penuh rasa bersalah.     

"Maaf...tempat tidurmu jadi kotor," ucap Viona tergagap sambil menundukkan wajahnya ke bawah karena merasa bersalah dan malu.     

"Tak usah dipikirkan, yang penting bagiku kau sudah baik-baik saja itu sudah lebih dari cukup sayang.  Sekarang kau pergi ke kamar mandi membersihkan tubuh mu, setelah itu baru tidur lagi," jawab Fernando pelan sambil meraih wajah Viona yang tertunduk karena merasa bersalah.      

Viona hanya tersenyum mendengar perkataan sang suami, dengan menahan rasa malu dan bersalah Viona lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari darah haidnya. Setelah Viona masuk ke dalam kamar mandi Fernando berniat untuk melepas blanket yang terkena darah datang bulan sang istri namun saat baru menyentuh blanket sutra itu tiba-tiba Fernando teringat dengan darah perawan Viona yang 2 tahun lalu juga tercecer di sprei sewaktu ia pertama kali bercinta dengan Viona.     

"Rasanya baru kemarin aku bisa memilikinya secara utuh, kini pernikahan kami sudah berjalan dua tahun lebih," ucap Fernando dalam hati sambil meraba noda darah Viona, karena mendengar bunyi shower kamar mandi Fernando akhirnya membongkar blanket itu dan meletakkannya ke keranjang pakaian kotor untuk dicuci oleh asisten rumah tangannya yang akan datang besok pagi. Untung saja blanket yang dipasang di ranjang itu adalah jenis blanket waterproof sehingga noda darah itu tidak menembus ke ranjang yang terbuat dari bulu angsa itu.      

Karena Viona masih mandi akhirnya Fernando memutuskan pergi ke dapur untuk membuat teh hangat, Fernando sengaja membuat teh supaya membantu meredakan sakit perut sang istri seperti petunjuk yang diberikan sang sahabat profesor William.     

"Untung saja aku kemarin meletakkan pembalut di kamar mandi ini," ucap Viona dalam hati saat menemukan pembalut bersih di kamar mandi kamar Fernando, walaupun ia dan Fernando sudah tinggal satu rumah namun kadang-kadang ia mandi dialami mandinya sendiri.      

Namun tak jarang juga ia mandi dikamar mandi Fernando terutama setelah mereka bercinta, ia pasti akan langsung mandi di kamar mandi yang sedang ia pakai saat ini. Wedding agreement yang ia buat beberapa waktu yang lalu sama sekali tak berlaku bagi Fernando, ia tak bisa menahan Fernando untuk tak menyentuh dirinya. Oleh karena itu Viona melupakan tentang surat perjanjian itu dan tak mau mengingatnya lagi, tanpa ia sadari sebenarnya dirinya juga merindukan Fernando. Sehingga saat Fernando menyentuhnya pun dirinya tak bisa mengontrol dirinya.     

Setelah selesai berganti pakaian bersih Viona kemudian keluar dari kamar mandi dan tak menemukan Fernando, senyumnya tersungging ketika mendengar suara ribut dari arah dapur. Viona lalu melangkahkan kakinya menuju dapur untuk menyusul sang suami yang sedang membuat roti bakar untuk teman teh hangat yang sudah ia buat sebelumnya.     

"Kau sudah selesai sayang?" tanya Fernando pelan sambil tersenyum.     

"Huum," jawab Viona singkat sambil duduk di kursi bar yang ada di pantry.     

"Ya sudah kalau begitu duduk dan minumlah teh hangat itu supaya perutmu nyaman,"ucap Fernando pelan sambil melepaskan apron yang terpasang di tubuhnya.     

Tanpa diperintah dua kali Viona kemudian meraih cangkir berisi teh hangat buatan sang suami, dengan perlahan Viona meminum teh melati itu. Setelah meneguk beberapa kali Viona tersenyum karena perutnya sudah merasa jauh lebih baik, yang Fernando katakan benar. Perutnya menjadi terasa lebih nyaman saat ia minum teh hangat, ia kembali menenggak habis teh dalam cangkir itu tanpa sisa sehingga membuat Fernando yang duduk di hadapannya tersenyum.     

"Babe…"     

"Apa?" tanya Viona dengan cepat memotong perkataan Fernando.     

"Apa sesakit itu jika kau datang bulan?" tanya balik Fernando pelan.     

"Iya, dulu bahkan hampir pingsan," jawab Viona singkat tanpa rasa bersalah.     

"Maafkan aku, karena aku kau harus mengalami semua ini," pinta Fernando penuh sesal.     

"No, ini bukan salahmu. Ini adalah bagian dari takdir yang harus kita lalui, jadi jangan salahkan diri sendiri lagi. Dua wanita jahat itu sudah mendapatkan balasan jadi kita tak perlu mengingatnya lagi, aku tak mau kembali sedih jika membahas hal itu lagi," ucap Viona sambil tersenyum.     

Fernando terdiam mendengar perkataan sang istri, ia lalu tersenyum dan meraih tangan Viona lalu ia genggam erat     

"Aku mau bulan depan kau tak merasakan sakit seperti ini lagi sayang," ucap Fernando penuh harap sambil menatap tajam kedua mata Viona.     

"Maksudnya?" tanya Viona bingung.     

"Hamil, kandunglah lagi buah cinta kita babe. Sehingga kau tak perlu merasakan sakit perut karena datang bulan lagi my love…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.