You Are Mine, Viona : The Revenge

More convinced



More convinced

0Karena hari ini ia belum resmi bergabung dengan rumah sakit Global bros Viona memilih merapikan kamarnya sebelum besok Fernando pulang. Ia sudah memutuskan untuk membuat Fernando merasakan sakit yang ia rasakan dulu, walaupun mereka tinggal di bawah atap yang sama namun Viona memutuskan untuk tidur dalam kamar yang berbeda.     

Setelah merapikan barang-barang belanjaannya di dalam lemari Viona lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang barunya yang cukup besar walaupun tak sebesar milik Fernando yang ada di kamar utama, ia lalu meraih ponselnya lalu menghubungi ibu Debora yang ada di desa Elora. Walau baru pergi beberapa jam namun Viona sudah rindu pada desa indah itu.     

"Ibu...ibu sedang apa?" tanya Viona dengan cepat saat tersambung dengan sang ibu.     

"Ibu baru saja makan dan minum obat, saat ini ibu sedang istirahat di kamar nak. Bagaimana harimu nak?" tanya balik ibu Debora pelan.     

"Anji senang mendengarnya, ibu harus banyak istirahat ya dan jangan lupa obatnya diminum supaya ibu cepat sembuh. Kembali tinggal di kota membuatku sedikit aneh, rasanya aku merindukan ketenangan Elora lagi bu," jawab Viona jujur.     

"Sebaik-baik tempat adalah rumahmu sendiri nak, bukankah rumahmu ada disana di rumah suamimu. Jadi kau harus menikmatinya sayang, oh iya bagaimana keadaan suamimu?" tanya ibu Debora kembali.      

"Kondisinya sudah jauh lebih baik bu, mungkin besok dia sudah diperbolehkan pulang. Saat ini Anji sedang merapikan rumah untuk menunggunya kembali besok bu," jawab Viona sedikit berbohong.      

"Ingat nak istri yang baik adalah istri yang bisa memaafkan kesalahan suaminya, apalagi kalau suaminya sudah meminta maaf dengan tulus seperti yang tuan Fernando lakukan. Kau tak boleh menyimpan dendam begitu lama nak, karena itu akan menyiksamu sendiri. Ingat dalam pernikahan tak selamanya jalan lurus ada kalanya harus melewati gunung yang terjal dan jurang yang dalam, disaat seperti itulah kesetiaan dan keteguhan cinta kalian berdua diuji," ucap ibu Debora pelan, ia sepertinya bisa membaca rencana Viona.     

Deg      

Viona terdiam mendengar perkataan sang ibu, ia lalu bangun dari ranjang dan langsung duduk seolah sang ibu sedang berbicara di hadapannya."Anji hanya ingin memberikannya sedikit pelajaran bu," jawab Viona pelan.     

"Ya sudah kalau begitu, tapi ingat jangan berlebihan. Dia adalah suamimu sayang, kau tak boleh menyulitkannya," sahut ibu Debora kembali.     

"Iya bu Anji paham,"ucap Viona lirih.     

"Ya sudah sayang, ibu mau tidur ya itu kakakmu sudah berdiri di pintu menatap ibu dengan tajam. Jaga kesehatanmu sayang, selamat malam anakku," pamit ibu Debora lembut.     

"Selamat malam ibu, i love you," jawab Viona lembut, ia lalu meletakkan ponselnya di atas nakas sambil melihat ke arah jam yang ada di dinding kamarnya. Senyumnya mengembang ketika melihat jam yang ada di dinding, rupanya dia terlalu sibuk membersihkan kamar sampai tak menyadari kalau hari sudah malam.     

  "Hari ini cepat sekali berlalu, ya sudah aku lebih baik mandi dulu baru menelefon Fernando," ucap Viona dalam hati, ia lalu berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri sebelum menghuni Fernando.      

Walau bagaimanapun ia adalah dokter pribadi sang suami, jadi ia harus tetap profesional menjalankan tugasnya. Berbelanja dan merapikan kamar benar-benar membuatnya lupa waktu, ia kini paham bagaimana kebahagiaan para wanita-wanita sosialita yang mampu menghabiskan waktu berjam-jam di satu butik saja. Pasalnya ia sudah merasakan sendiri sensasi berbelanja tanpa melihat harga, asal tunjuk barang yang disuka sesuka hati.     

RUMAH SAKIT GLOBAL BROSS     

Anastasia terlihat merengek di ruang pribadi profesor Dexter, ia memohon pada sang direktur rumah sakit termuda di seluruh Kanada itu sambil menangis. Anastasia memohon agar profesor Dexter tak membatalkan pernikahan mereka, pasalnya seluruh keluarga dan kolega sudah tau tentang pertunangan mereka.     

"Aku adalah orang yang tak bisa menarik ucapanku kembali Anastasia," ucap profesor Dexter berkali-kali.     

"Aku minta maaf Dexter, aku salah. Aku berjanji tak akan mengulangi kesalahanku lagi Dexter hiks hiks...aku mohon Dexter, aku sangat mencintaimu Dexter," jawab Anastasia sambil menangis.     

"Kau masih muda Anastasya, kau masih bisa mencari lelaki yang seumuran denganmu. Lagipula kau adalah seorang model yang cukup terkenal aku rasa didunia model pun banyak laki-laki yang menginginkanmu, jadi kau tak akan sulit mencari penggantiku," sahut profesor Dexter pelan sambil melepaskan cengkraman tangan Anastasia dan berjalan menuju meja kerjanya.     

Prank     

Sebuah gelas yang ada diatas meja dijatuhkan ke lantai oleh Anastasya, ia pun langsung meraih satu pecahan terbesar dan mengarahkannya langsung ke leher sehingga membuat Profesor Dexter panik.     

"Apa yang kau lakukan Anastasia?!" hardik profesor Dexter keras.     

"Lebih baik aku mati jika kau mencampakkan aku, toh sama saja kondisinya kalau berpisah denganmu," jawab Anastasia pelan sambil menekan pecahan gelas itu lebih kuat di lehernya sehingga membuat lehernya yang jenjang bersih tanpa noda langsung mengeluarkan darah segar.     

"Stop Anastasia!!!jangan gila!!!" pekik profesor Dexter panik, Anastasia rupanya tak hanya menggertaknya.     

"Aku tak mau berpisah denganmu Dexter, aku lebih baik mati jika aku tak…     

"Ok, aku menerimamu lagi Anastasia. Aku menerimamu, buang pecahan gelas itu sekarang juga dan mendekatlah padaku," ucap profesor Dexter pelan memotong perkataan Anastasia sambil mengulurkan tangan ke arah gadis yang sedang menangis itu.     

"Come...come here honey," pinta profesor Dexter melembut, mencoba merayu Anastasia supaya tak berbuat nekat lagi.      

Anastasia mendekati profesor Dexter dengan langkah berat, tangannya masih menggenggam pecahan gelas yang sudah membuat tetesan darah keluar cukup banyak dari luka yang ia buat. Karena khawatir Anastasia berbuat nekat lagi profesor Dexter akhirnya mendekati Anastasia dan merenggut pecahan gelas yang ada di tangannya dan segera melemparnya jauh kemudian memeluk Anastasia yang mempunyai luka sayatan di leher.     

"Gadis bodoh!!! Kenapa kau segila ini!!" hardik profesor Dexter kesal.     

"Aku mencintaimu Dexter, aku tak bisa hidup tanpamu. Maafkan aku, aku kemarin bersalah. Harusnya aku tak berkeliaran di rumah sakit seperti itu, harusnya aku tak mendengarkan Alisha. Harusnya aku…     

"Sudah, sudah jangan bicara lagi. Ayo duduk biarkan aku mengobati luka di lehermu," ucap profesor Dexter lembut sambil meminta Anastasia duduk disofa.     

Anastasia pun menurut pada perintah profesor Dexter, awalnya ia tak berniat untuk melakukan hal sejauh itu. Namun karena profesor Dexter tak luluh padanya akhirnya ia melakukan hal sejauh itu, Anastasia tak mau kehilangan Profesor Dexter.      

Dia adalah satu-satunya pria yang mau menerimanya yang sudah tak perawan, hidup di dunia model membuatnya kehilangan kesucian sejak dua tahun lalu oleh karena itu ia tak mau meneruskan lagi mencari uang di dunia yang membuatnya terkenal. Ia ingin menghabiskan hidupnya menjadi istri yang baik untuk Profesor Dexter.     

Tanpa Anastasia dan profesor Dexter tau diluar ruangan mereka nampak alisha sedang menguping pembicaraan mereka sejak tadi, sebuah senyuman tersungging di wajahnya.     

"Bagus, tak sia-sia aku menjadikanmu model Anastasia. Setelah kau kembali pada si bodoh Dexter maka aku dengan mudah bisa mendekati Fernando lagi, impianku untuk menjadi istrinya sudah didepan mata," ucap Alisha dalam hati.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.