You Are Mine, Viona : The Revenge

Masih diatas awan



Masih diatas awan

0Jam tujuh pagi semua dokter, suster dan beberapa staff lainnya sudah berkumpul di tempat meeting utama. Satu persatu para petinggi rumah sakit mulai berdatangan dan mulai duduk di kursinya masing-masing. Tak lama kemudian datanglah Profesor William, Profesor Frank dan profesor Dexter sang direktur rumah sakit.      

"Selamat pagi semuanya, seperti biasanya untuk setiap hari selasa pagi kita akan melakukan briefing pagi bersama-sama di ruang aula utama ini. Namun kali ini ada yang berbeda karena kami akan memperkenalkan salah satu dokter bedah terbaik yang akan kembali bergabung di rumah sakit ini, setelah sempat berhenti beberapa bulan yang lalu," ucap Profesor Dexter membuka briefing pagi. "Untuk mempersingkat waktu mari kita panggil dokter Viona Angel masuk," imbuh profesor Dexter mempersilahkan Viona masuk.     

Suara tepuk tangan dari para staf divisi bedah terdengar sangat keras, terutama suster Tina dan suster Chloe yang sampai bersiul saat Viona dipanggil masuk. Viona masuk ke dalam ruang briefing dengan senyum mengembang, ia lalu berjalan menuju ke tempat Profesor Dexter berada. Kelima dokter muda yang tadi pagi membicarakan Viona langsung terdiam, mereka terlihat menundukkan wajahnya ke bawah saat secara tak sengaja beradu pandang dengan profesor Frank yang duduk menatap tajam ke arah mereka.     

"Terima kasih atas sambutannya profesor Dexter dan rekan-rekan semuanya, perkenalkan saya Viona Angel dokter spesialis bedah yang mulai hari ini akan bergabung di rumah sakit Global Bros," ucap Viona pelan menggunakan microphone.     

"Untuk kedepannya mohon kerjasama dan bantuannya, terima kasih," imbuh Viona kembali menimpali perkataannya yang sebelumnya.     

Prok     

Prok     

Prok     

Suara tepuk tangan mengiringi perkenalan singkat Viona, ia lalu mengembalikan microphone pada Profesor Dexter yang berdiri di sebelahnya. Tak lama kemudian sesi briefing pun berakhir, para dokter dan staf yang sudah mengenal Viona langsung berlari mendekati Viona. Mereka mengucapkan selamat pada Viona yang kembali bergabung dengan rumah sakit Global Bros.      

"Selamat bergabung kembali dokter," ucap dokter Cecilia tulus sambil meraih tangan Viona.     

"Terima kasih dokter, rasanya sangat menyenangkan sekali bisa bergabung kembali dengan kalian semua," jawab Viona pelan.     

"Saya turut berduka atas apa yang terjadi dengan anda dok," imbuh dokter Cecilia dengan mata berkaca-kaca.     

"Its ok dok, itu adalah yang terbaik untuk semua. Anakku juga sudah baik-baik saja disana, jadi tak ada lagi yang perlu disesali. Aku cukup bahagia bisa mengandungnya selama empat bulan," jawab Viona sambil tersenyum.     

Dokter Cecilia langsung memeluk Viona dengan erat, ia tau apa yang dialami Viona sangat berat namun ia tak menyangka kalau Viona bisa setabah ini.     

  "Anak anda pasti sangat bangga sekali memiliki ibu seperti anda dok," ucap dokter Louisa pelan sambil menepuk pundak Viona yang sedang dipelukan dokter Cecilia.     

"Anda bisa saja dok, ya sudah ayo ke kantin aku lapar," ajak Viona pelan mencoba mengalihkan pembicaraan, ia tak mau terus menerus membahas anaknya yang sudah tiada. Karena itu akan mengingatnya pada dokter Ammy dan suster Lucia yang sudah membunuh anaknya.     

Dokter Louisa dan dokter Cecilia menganggukan kepalanya kompak, mereka lalu berjalan menuju kantin untuk sarapan bersama dimana suster Tina dan suster Chloe sudah pergi terlebih dahulu. Dengan menggunakan sedikit riasan Viona terlihat lebih berbeda, aura yang keluar darinya pun membuat dokter Ammy dan suster Lucia yang bertemu dengannya tak berani bicara. Mereka berdua langsung pergi ketika melihat Viona padahal sebelumnya mereka akan pergi ke kantin.     

"Kenapa dia orang itu, aneh sekali hari ini," ucap suster Tina pelan membuka percakapan.     

"Siapa yang kau maksud sus?" tanya dokter Louisa sambil menggigit sandwichnya.     

"Siapa lagi kalau bukan dua orang itu dok, biasanya mereka selalu mengganggu kita kan," jawab suster Chloe dengan cepat sambil menunjuk ke arah dokter Ammy dan suster Lucia yang baru datang di kantin.     

"Mengganggu kalian? mengganggu bagaimana?" tanya Viona penasaran.     

Suster Tina dan suster Chloe kemudian menceritakan secara detail apa dilakukan oleh dokter Ammy dan asistennya kepada mereka berempat akhir-akhir ini, Viona pada awalnya tak percaya mendengar perkataan kedua suster itu namun setelah dokter Louisa dan dokter Cecilia membuka mulut ia akhirnya percaya.      

"Kenapa kalian diam saja, kenapa tak lapor profesor yang bertanggung jawab?" tanya Viona heran.     

"Profesor Frank sudah tahu dok, tapi beliau tak memberikan hukuman apapun kepada dokter Ammy. Bahkan ketika dokter Ammy menghina dokter Louisa yang belum hamil ia hanya diam dan tak memberikan hukuman apapun pada wanita jahat itu dok," jawab suster Chloe dengan cepat.     

"Benarkah?!" tanya Viona kembali sambil membelalakkan mata menatap ke arah dokter Louisa tak percaya.      

"Sudahlah dokter, tak usah dibahas lagi. Disini memang aku yang salah, karena belum bisa memberikan keturunan pada suamiku," jawab dokter Louisa tersenyum.     

"Jodoh, maut dan anak adalah rahasia Tuhan, kita tidak pernah tau akan berjodoh dengan siapa. Kita juga tidak akan tau berapa anak yang akan kita dapatkan begitu pula dengan kematian, jadi jika ada orang yang berani bicara seperti itu pada kita yang belum mempunyai anak atau kita yang belum mempunyai jodoh seharusnya orang itu berkaca lagi apakah dia percaya dengan adanya Tuhan atau tidak. Karena pada dasarnya manusia hanya menjalankan apa yang sudah menjadi rencanaNYA, selama kita yakin kita bisa mempunyai anak maka kita pasti bisa mendapatkannya.  Percaya saja itu dok, Tuhan bukan tidak memberikan kita anak DIA hanya menundanya saja sampai kita benar-benar siap," ucap Viona pelan sambil menggenggam tangan dokter Louisa dan tangan dokter Cecilia dengan erat.     

  Air mata dokter Louisa dan dokter Cecilia langsung mengalir deras ketika mendengar perkataan Viona, mereka berdua memang sangat menginginkan anak selama menikah hampir setahun ini. Hal inilah yang membuat dokter Louisa dan dokter Cecilia semakin dekat satu sama lain.     

"Kehilangan anak membuatku percaya bahwa Tuhan sangat menyayangiku dan aku pun yakin Tuhan juga menyayangi kalian berdua, DIA saat ini sedang melihat dan menunggu waktu yang tepat untuk memberikan malaikat malaikat kecil di dalam kehidupan rumah tangga kalian berdua dokter," imbuh Viona lirih sambil menyeka air mata dokter Cecilia dan dokter Louisa bergantian.     

"Terima kasih dok, jujur saat aku sering disindir oleh suster Lucia aku ingin sekali marah. Namun ketika aku memikirkannya lagi aku tak pantas marah padanya, karena apa yang ia katakan benar. Aku memang belum menjadi wanita sempurna karena belum bisa memberikan Andrew anak," jawab dokter Cecilia terbata.     

"Begitu pula aku dokter, rasanya sangat sakit ketika dokter Ammy dengan berani dan tanpa rasa bersalah menyindirku di hadapan suamiku. Aku ingin sekali rasanya saat itu pergi, namun ketika aku memikirkan lagi bahwa aku adalah istri sah dari Profesor Franklin aku hanya bisa bersabar dan bertahan di sini," ucap dokter Louisa lirih sambil menyeka air matanya.      

"Sekurang ajar itulah Amelia Smith itu?" tanya Viona dengan suara bergetar menahan emosi.     

"Iya dok, sudah banyak dokter yang tak suka padanya. Namun karena ia mendapatkan dukungan dari Profesor Frank tak ada yang berani menegur nya lagi," jawab suster Tina pelan sambil menenangkan dokter Cecilia.      

Viona menggelengkan kepalanya perlahan sambil memejamkan kedua matanya, ia benar-benar tak menyangka kalau dokter Ammy sudah bertindak sejauh ini. Tak lama kemudian Viona pun berpamitan kepada teman-temannya itu untuk pergi ke lantai 20, karena mendapatkan panggilan dari Justin asisten pribadi sang suami.      

"Ok, nanti kita lanjutkan lagi bincang-bincang ini. Sekarang aku harus pergi dulu, pasien VIP-ku sudah memanggil," ucap Viona pelan mencoba mencairkan suasana.     

"Iya dokter, lebih baik anda segera pergi ke tempat tuan Fernando. Terima kasih untuk nasehatnya, hatiku benar-benar sangat lega mendengar semua masukan dari anda dokter," jawab dokter Cecilia dengan cepat sambil tersenyum.     

"Ya sudah aku pergi dulu ya sampai jumpa semuanya," sahut Viona berpamitan, setelah berkata seperti itu Viona kemudian berjalan lagi menuju ke lift yang akan mengantarkannya ke lantai 20.     

Saat ada di dalam lift ia melihat dua orang gadis yang tak pernah ia lihat sebelumnya, karena stetoskopnya tertinggal di ruang pribadinya Viona akhirnya turun di lantai 5 dan keluar dari lift untuk pergi mengambil stetoskopnya di ruang tangannya yang ada di lantai 2 meninggalkan dua orang gadis cantik yang ternyata pergi menuju lantai 20.     

"Kenapa dua gadis itu pergi ke lantai 20, bukankah di lantai 20 hanya ada Fernando. Oh mungkin saja ada pasien baru yang masuk tadi malam, ya sudah lebih baik aku segera mengambil stetoskop dan cepat datang ke ruangan Fernando kalau tidak dia pasti akan berteriak-teriak," ucap Viona dalam hati sambil berjalan cepat menuju ke ruangannya.     

  Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.