You Are Mine, Viona : The Revenge

Perlindungan Fernando



Perlindungan Fernando

0Sepuluh menit kemudian peti jenazah ibu Debora sudah terkubur dan dengan baik di dalam tanah, semua pelayat lalu menaburkan bunga diatas makam ibu Debora yang masih basah setelah bagian kepala dipasangi nisan berbentuk salib dan tuliskan nama ibu Debora beserta tanggal lahirnya. Viona yang masih bersandar di tubuh Fernando hanya bisa diam sambil terus menatap nisan ibu Debora, ia tak menyangka ibu asuh yang menolongnya satu tahun yang lalu kini sudah berbaring di dalam peti di bawah tanah.      

"Tuan," ucap Harry pelan sambil memberikan satu buket bunga mawar yang ia beli di depan area pemakaman.     

"Thanks," jawab Fernando tanpa suara sambil menerima bunga pemberian Harry.     

Harry hanya menganggukan kepalanya perlahan merespon perkataan Fernando, ia lalu kembali berdiri di samping Justin dibelakang. Setelah Harry pergi Fernando kemudian memberikan satu buket bunga mawar itu kepada Viona cara perlahan.     

"Ini sayang," ucap Fernando lirih pada Viona agar mengikuti apa yang orang lain lakukan, dengan meletakkan bunga diatas makam ibu Debora sebelum pergi meninggalkan area pemakaman.     

Tanpa bicara Viona kemudian meraih bunga yang  dipegang oleh Fernando, ia lalu meletakkan buket bunga mawar itu secara cara perlahan diatas pusara ibu Debora dengan mata yang basah. Satu persatu peziarah yang mengantarkan ibu Debora ke peristirahatan terakhirnya mulai kembali ke rumahnya masing-masing, meninggalkan keluarga inti panti asuhan yang masih berdiri menatap pusara ibu Debora termasuk Viona yang masih belum mau meninggalkan pemakaman. Wajahnya terlihat pucat dengan keringat dingin yang mengalir dari keningnya membuat Fernando sedikit khawatir, maka dari itu ia tak melepaskan tangannya sedikitpun dari pinggang sang istri.      

Ibu Agnes yang melihat kondisi Viona nampak terdiam beberapa saat, ia lalu mendekati Viona dan menyentuh wajah Viona yang sudah basah dengan keringat.     

"Pulanglah nak kau sakit," ucap ibu Agnes pelan pada Viona.     

"Tidak bu, aku tidak apa-apa. Aku masih mau di sini menemani ibu," jawab Viona lirih sambil melepaskan pandangan matanya dari arah pusara ibu Debora.      

"Jangan memaksakan dirimu nak, ibu tau kalau kau dalam kondisi yang tidak fit. Lebih baik pulang bersama tuan Fernando dan istirahat sebentar di panti asuhan sebelum kembali ke kota," rayu ibu Agnes kembali.     

"Tidak bu, Anji masih mau disini," sahut Viona lirih dengan nada bergetar.     

"Sudahlah bu, kalau dia tak mau pulang ke panti tak usah dipaksa. Orang kaya seperti mereka mana mau berkunjung ke panti asuhan sederhana kita," ucap Adam tiba-tiba ikut bicara dengan suara keras.     

Semua orang langsung menoleh ke arah Adam termasuk Viona yang melihat Adam dengan tatapan tak percaya, ia tak menyangka kalau kakak asuhnya akan berkata seperti itu kepada dirinya. Justin dan Harry hampir saja meledak kalau tidak ditahan oleh Fernando, Fernando hanya tersenyum mendengar perkataan Adam tanpa berniat menjawab atau menimpali perkataan dokter umum yang menjadi satu-satunya dokter di desa Elora itu.     

"Adam jangan bicara seperti itu," sahut ibu Agnes dengan suara meninggi, ia merasa tidak enak pada Fernando.      

"Sudahlah bu, yang aku katakan itu adalah sebuah kebenaran untuk orang kaya seperti mereka pasti tidak akan sudi masuk apa lagi singgah di panti asuhan kita. Jadi ibu tak usah memaksa mereka lagi, aku yakin setelah ini mereka pasti akan kembali ke kota. Kembali ke rumah mewahnya lagi, jadi ibu tidak usah repot-repot manawari mereka untuk mampir ke panti asuhan kita," imbuh Adam lantang dengan mata berapi-api.     

"Kakak...aku tak menyangka kalau akan bicara seperti itu, kita sedang ada di makam kak. Tolong jaga ucapanmu," sahut Viona terbata-bata dengan nafas naik turun menahan emosi, ia tak menyangka bahwa sang kakak akan berkata seperti itu pada dirinya disaat ibu Debora belum ada lima belas menit dimakamkan.     

"Kenapa Anji, bukankah yang aku katakan itu benar. Kalian pasti akan segera kembali bukan ke kota, aku yakin kau juga sudah lupa kalau kau pernah tinggal di panti. Tinggal di sebuah tempat kumuh yang…"     

"Adam!!!jaga ucapanmu!!" hardik Fernando keras memotong perkataan Adam, ia tak bisa menahan dirinya lagi untuk tetap diam.     

"Aku sebenarnya tak mau ikut bicara masalah ini karena aku masih menghargai ibu Debora yang baru saja dimakamkan, namun karena kau sudah keterlaluan maka aku tidak akan menahan diriku lagi. Asal kau tau istriku sedang sakit, itu kenapa aku tidak datang bersamaan dengannya tadi  Awalnya aku berniat tak mau memberitahukan tentang peristiwa ini namun rupanya istriku tau kalau ibunya sudah meninggal, oleh karena itu ia pergi menyusulku bersama salah satu anak buah terbaikku. Kalau usaha istriku sampai sejauh ini tak kalian hargai aku tidak masalah, namun kalau kau menghinanya karena dia pernah tinggal di panti asuhan maka aku tidak akan pernah tinggal diam. Siapapun yang merendahkan istriku maka akan berhadapan denganku, aku tak akan membiarkan siapapun orangnya berani berbicara buruk tentang istriku apalagi di hadapanku sendiri seperti yang kau lakukan tadi. Walaupun istriku tinggal dan besar di panti asuhan namun dia jauh lebih hebat dari orang-orang yang mempunyai keluarga yang utuh, kau sendiri pun juga tau tentang hal itu bukan dokter Adam? kalau istriku tak hebat mana mungkin kau menyukainya," imbuh Fernando dengan suara keras dengan nada meninggi, ia sebagai menyindir Adam dengan membongkar rahasia bahwa Adam menyukai Viona dihadapan semua orang termasuk di hadapan Viona sendiri yang sangat kaget mendengar perkataan Fernando.     

Ibu Agnes yang sudah tahu kalau Adam menyukai Viona nampak sangat kaget ketika mendengar perkataan Fernando, ia tak menyangka kalau Fernando juga akan tahu mengenai hal ini. Padahal ia berusaha menutupi hal ini dari siapapun termasuk dari Viona sendiri karena tak mau membuat Adam malu, ia melakukan ini demi menjaga harga diri Adam atas permintaan ibu Debora.     

Adam sendiri tak bisa berkata apa-apa mendengar perkataan Fernando, semua suaranya seperti hilang padahal sebelumnya suaranya terdengar sangat lantang ketika menyindir Viona. Namun setelah Fernando bicara dia tak bisa mengeluarkan satu patah katapun dari bibirnya, wajahnya pun terlihat memucat.     

Sebuah senyum penuh kemenangan tersungging di wajah Fernando ketika berhasil membuat Adam mati kutu, sebenarnya Fernando tak mau membahas hal ini namun karena Adam sudah keterlaluan ia akhirnya mengeluarkan kata-kata pamungkas yang selama ini ia simpan seorang diri. Fernando bisa tau kalau Adam menyukai Viona pasca ia memperhatikan gerak-gerik Adam, selama ia tinggal dan berkunjung ke panti asuhan kasih beberapa waktu yang lalu ketika sedang berusaha merayu Viona untuk kembali padanya.      

"Fernando…"     

"Iya aku tau babe, maafkan aku," ucap Fernando pelan merespon perkataan Viona.     

Tak lama kemudian Fernando akhirnya berpamitan kepada ibu Agnes karena merasa mereka sudah cukup lama ada di desa Elora, apalagi ia melihat kondisi Viona makin tidak kondusif. Viona terlihat semakin lemah, ia tau kalau Viona berusaha menahan sakit perutnya dengan sekuat tenaga agar tak membuat semua orang khawatir padanya.     

"Tahan, sebentar lagi kita akan kembali ke Ontario," bisik Fernando pelan sambil menggendong Viona ala bridal style menuju helikopter yang terparkir di dekat panti asuhan kasih.     

"Sakit…" jawab Viona pelan.     

"Aku tau sabar ya, sebentar lagi kita pulang," ucap Fernando lembut berusaha menenangkan Viona.     

"Aku lelah, bolehkah aku tidur?" tanya Viona menahan sakit.     

"Tidurlah sayang," jawab Fernando singkat.     

Setelah mendengar perkataan Fernando tak lama kemudian Viona memejamkan kedua matanya, ia sudah tidak kuat lagi untuk berbicara atau membuka kedua matanya karena sakit perutnya benar-benar membuatnya tersiksa.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.